part 4

Dikhianati Suami dan Mertua

Part 4

"Hei, lama nunggunya?" Dimas membuyarkan lamunanku. Dokter single itu memang memintaku menunggunya di taman ini. Supaya ngobrolnya lebih rileks dan tidak dikenakan biaya konsultasi. Begitulah guraunya, meniru candaku kemarin melalui aplikasi hijau.

"Lumayan." Aku mengnggukkan kepala.

"Boleh aku duduk di sini?"

"Jadi mau duduk di mana?" Di sini hanya ada satu kursi panjang. Kalau tidak duduk di kursi yang kini kududuki, di mana lagi. Di atas rumput?

"Aku sungkan dengan suamimu. Eh, mana dia? Nggak ikut?" Matanya jelalatan kesegala arah untuk menemukan suamiku.

"Lho ... kirain harus sendiri. Nggak bilang, sih."

"Aku kira kamu paham. Yang berobat, kan, kalian berdua. Apa lagi yang punya masalah itu ... suamimu." Pria tampan dan klimis itu duduk di sampingku. Namun, menjaga jarak. Bukan karena corona, tapi jarak karena aku wanita sudah ada yang punya. Ah, aku tampak bodoh di hadapannya. Yang dia ucapkan itu benar, tapi itu tak penting lagi.

"Harusnya suamimu ikut. Aku punya solusi untuk kalian agar bisa punya ...."

"Nggak perlu!" pungkasku.

"Kenapa?"

Aku terdiam. Malu rasanya mengatakan yang sebenarnya. Suami selingkuh, itu adalah aib bagiku.

"Ada masalah dengan hubungan kalian?" tanyanya lembut tatkala air mata tak dapat kubendung.

"Dia menikah lagi?"

Aku semakin terisak. Begitu mudah Dimas membacanya.

"Istrinya yang sekarang hamil?"

Aku menolehnya. Seakan lupa sedang menangis. Rasanya terhenti begitu saja. Kenapa tebakannya selalu pas? Selain dokter, apa dia juga paranormal?

"Kasus seperti ini sering terjadi. Laki-laki memang egois. Mereka selalu beranggapan bahwa yang mandul adalah wanita. Tapi aku tidak menyangka ini terjadi padamu. Sebab, melihat kalian berdua datang menemuiku, kalian tampak begitu harmonis. Saling melengkapi."

Aku memalingkan wajah. Aku juga tidak menyangka ini terjadi padaku. Ibu mertua yang begitu lembut dan penyayang, juga suami yang begitu baik, ternyata menusukku dari belakang. Mereka mengkhianatiku, tanpa mempedulikan ketulusanku.

"Kamu sudah memberi tahunnya bahwa dia ...."

Aku menggelengkan kepala, hingga Dimas tak melanjutkan kalimatnya.

"Kenapa? Dia harus tau. Dan jangan biarkan wanita itu merebut kebahagiaanmu dengan menutupi dosanya." Dimas tampak kesal.

Aku tidak diam. Hanya menunggu waktu yang tepat. Biarlah sekarang mereka menari sebelum terpeleset dan jatuh di air kubangan yang keruh.

Aku rasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Memilih pamit untuk pulang.

"Aku antar, ya." Dimas menawarkan jasa. Aku menautkan kedua alis.

"Bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin menjagamu. Tidak baik sendirian dalam keadaan hati semrawut. Mudah terhipnotis, lho ...." Dimas paham aku tak menyukai tawarannya. Mengingat statusku bukan lagi gadis.

"Aku baik-baik saja," ucapku sambil berdiri. Dimas pun ikut berdiri.

"Terima kasih, Dok." Kali ini aku bersikap antara dokter dan pasien. Lalu pergi meninggalkannya. Setelah beberapa langkah, aku menoleh kebelakang. Entah mengapa ia masih mematung dan menatapku. Apakah dia mengasihaniku? Aku tidak suka dikasihani. Tak kuhiraukan lagi dirinya. Aku meneruskan langkah. Ya, langkahku masih panjang.

***

"Dewi ... mulai bulan ini, gaji Irwan dibagi dua, ya. Sebagian kasih sama Salwa." Ibu mertua membuka pembicaraan disela sarapan kami.

"Kenapa?" Aku mengernyitkan dahi. Melirik Bang Irwan. Sepertinya dia pura-pura tidak mendengar. Menyendok nasi ke mulut dengan lahap. Serta menghentakkan sendok ke piring berbahan keramik hingga terdengar denting yang nyaring. Aku menaruh curiga, ini konspirasi.

"Kan, Salwa juga istri Irwan."

"Tapi tidak sah secara hukum, Bu. Jadi dia tidak punya hak menerima gaji suami." Bang Irwan tersedak mendengar ucapanku.

"Kita sedang nggak membicarakan secara hukum. Tapi secara kekeluargaan." Salwa ikut bersuara.

'Kekeluargaan?'

"Apa kau menganggapku keluarga? Giliran uang aja bilang keluarga." Hah, nafsu makanku mendadak hilang.

"Dewi ... kita semua ini keluarga," tutur Ibu mertua lembut. Iya, kita semua. Tapi, itu dulu sebelum kalian mengkhianatiku.

"Selain gaji, Bang Irwan, kan, ada uang masuk. Itu aja yang dikasih. Itu juga jangan sampai aku tau," kataku lagi menambahkan.

"Oh, jadi kamu mau berkuasa di rumah ini? Mau menguasai Bang Irwan? Aku juga istrinya!" Tiba-tiba Salwa berdiri dan memukul meja dengan kedua tangan. Cukup keras, hinggan keluar air dari dalam gelas. Aku pun terkejut dengan suaranya yang meninggi.

"Sebenarnya yang mau berkuasa siapa? Aku yang pertama di rumah ini. Dan ingat, kamu tidak sah secara hukum. Jadi tidak punya hak! Harusnya tau diri!" Tak senang dengan tuduhannya. Suaraku pun tak kalah tingginya.

Bang Irwan merangkul bahuku dan Ibu merangkul bahu wanita itu. Mereka berusaha menenagkan.

"Bawa Salwa masuk." Ibu menyuruh Bang Irwan membawa wanita tidak tahu diri itu ke dalam kamar. Dasar cengeng. Dia yang memulai, dia yang menangis.

Bang Irwan menurut, lalu menuntun istri sirinya berjalan menuju kamar.

"Aku nggak betah kalau diginiin terus ...." Terdengar rengekannya setelah ia meninggalkan aku dan Ibu.

'Diginiin terus?' batinku terheran. Dasar cari perhatian.

Kini tinggal aku dan Ibu yang berada di meja makan. Suasana berubah mencekam. Ah, sudah tidak kurasakan lagi kenyamanan duduk berdekatan dengan Ibu mertua.

"Bersikaplah sedikit mengalah. Dia sedang hamil. Hormonnya tidak stabil," ucap Ibu dengan wajah tidak senang. Namun, masih dengan suara tenang. Lagi, kehamilan itu menjadi alasan untuk membelanya. Lalu, jika sedang tidak hamil, apakah sikapnya tidak seperti itu? Aku memang belum pernah hamil, tapi sudah sering melihat orang hamil. Tidak ada yang seperti dia. Dasar lebay.

"Dek ...." Terdengar suara Bang Irwan memanggil dari belakang. Aku memutar kepala untuk dapat melihatnya.

"Abang mau bicara."

"Bicara?" Setelah mengantar istri sirinya ke kamar, tiba-tiba Bang Irwan mengajakku berbicara. Tampaknya serius. Apa dia akan memarahiku demi membela istri sirinya?

Terpopuler

Comments

ratu adil

ratu adil

kyk e dimas ska ma dewi

2022-11-02

0

Sarini Sadjam

Sarini Sadjam

ko dewi lemah gitu...klo aku dah abis to mulut mertua..

2022-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!