Berada di taman rupanya sedikit membantu Bayu dalam menenangkan diri. Entah berapa lama ia tidak lagi pernah bisa bersantai seperti ini. Kesehariannya hanya bekerja untuk bisa membayar utang tanpa bisa bersantai sedikit pun.
“Taman ini indah bukan? Setidaknya ini sama sekali tidak terlihat seperti taman yang di rumah sakit pada umumnya,” ucap Fani.
“Ya, terlihat indah. Sepertinya aku perlu menyempatkan waktuku untuk bisa pergi ke taman yang seperti ini suatu saat nanti.”
“Kamu emang perlu ngelakuin hal itu, Bang. Uang bisa dicari kapan aja, tapi kesehatan perlu juga diperhatikan. Nggak hanya kesehatan fisik, mental juga perlu sehat. Bersantai sehari ke tempat seperti ini, tidak akan membuatmu rugi, ini justru banyak membantu.”
Bayu mengangguk pelan. Ketika ia sibuk berbicara dengan Fani, sayup-sayup Bayu mendengar sebuah diskusi antara pasangan suami istri. Bayu langsung menajamkan pendengarannya setelah menangkap beberapa kata yang mereka bicarakan.
“Aku nggak ada uang lagi, Mas. Bagaimana kita bisa bayar rumah sakit anak kita? Obat juga perlu ditebus.”
“Itu karena Kamu selalu boros dalam berbelanja. Tiap bulan selalu aja Kamu bilang nggak ada uang. Lalu ke mana semua uang yang Kamu dapat dari gajimu sebagai guru les piano itu? Pasti Kamu hambur-hamburkan semuanya bukan?” tanya sang suami dengan berapi-api.
“Mengahamburkannya? Siapa yang menghamburkannya? Aku nggak pernah seperti itu. Uangku aku pakai untuk memenuhi kebutuhan dapur, bayar listrik sama air, internet, jajan anak-anak juga dari uangku. Kamu nggak pernah sekali pun bantu aku buat bayar semua itu?”
“Oh jadi sekarang Kamu ngeluh? Gaji aku itu nggak seberapa, banyakan gaji Kamu. Semua uangku udah abis buat makan dan beli bensin. Kamu jadi istri pengertian dong. Masak Kamu nggak tahu sih kalo aku ini hanya punya gaji pas-pasan?”
“Gaji pas-pasan? Mana mungkin, Mas. Bulan lalu aku lihat slip gaji milikmu, Mas. Gajimu lebih besar daripada aku, dua kali lipat. Jadi bagaimana mungkin Kamu bilang gajimu kecil. Aku tidak masalah membiayai kebutuhan rumah tangga kita sendiri tanpa campur tanganmu.”
“Namun, Kamu sama sekali nggak mau ngeluarin uang sepeser pun untuk biaya rumah sakit anak kita? Dion itu anak kandungmu loh, Mas. Masak Kamu setega itu?”
“Itu bukan urusanku. Siapa suruh dia main ujan-ujanan dan sekarang sakit kayak gini. Nyusahin orang aja. Kamu urus sendiri aja semuanya. Lagian, Kamu bisa ngusahain sendiri dengan pinjam uang bukan? Udah, aku nggak mau tahu, urus saja semuanya sendiri. Aku harus kerja sekarang,” ucap sang suami yang kemudian pergi begitu saja.
Bayu yang menguping semua itu geram karena perkataan laki-laki tadi. Andai saja ia bisa berdiri dan berjalan normal, pasti sekarang Bayu akan berlari dan menghampiri laki-laki itu untuk memukulnya. Meski Bayu tidak mengetahui sepenuhnya mengenai permasalahan mereka, tetapi sebagai laki-laki dia tidak seharusnya begitu.
“Eh Bang, mau ke mana?” tanya Fina ketika melihat Bayu mengarahkan kursi rodanya pergi.
“Tunggu sebentar. Aku mau ke sana sebentar,” jawab Bayu.
“Biar aku aja yang nganter.”
Fani sedikit bingung dengan Bayu yang tiba saja ingin pergi. Apalagi tujuan Bayu adalah mendatangi seorang perempuan yang sekarang terlihat sedih. Meski bingung, Fani tetap mendorong kursi roda Bayu medekati perempuan itu.
“Maaf, Bu, aku tadi nggak sengaja denger pembicaraan Ibu dengan suami tadi. Apakah Ibu perlu bantuan pinjaman uang? Kalo emang butuh, aku bisa meminjamimu uang, Bu,” ucap Bayu.
Kedua perempuan yang ada di sana kaget mendengar perkataan Bayu. Fani kaget karena Bayu, yang selama ini ia ketahui memiliki utang besar, sekarang malah memilih meminjamkan uang kepada orang lain. Lalu, perempuan yang Bayu temui juga kaget ketika Bayu tiba-tiba datang menawarkan pinjaman.
“Eh, Mas nggak perlu.”
“Nggak masalah, Bu. Aku yakin Ibu sangat butuh uang itu sekarang bukan?”
“Meski aku butuh, kenapa Mas tiba-tiba aja nawarin aku pinjaman? Kita nggak saling kenal bukan sebelum ini? Kenapa Mas tiba-tiba menawari pinjaman?” tanya Arista.
Tentu saja Arista perlu mewaspadai orang yang tidak ia kenal dan memberikan bantuan. Di jaman sekarang banyak sekali pinjaman yang diberikan rentenir dengar bunga yang cukup tinggi. Utang satu juta rupiah, ketika melakukan pelunasan berubah menjadi satu juta lima ratus, atau bahkan lebih.
“Aku pernah berada di posisi Ibu. Butuh uang ketika salah satu anggota keluargaku sakit. Jadi, aku berniat membantu dengan meminjamkan uang. Mungkin dengan begitu, aku sedikit bisa meringankan bebanmu, Bu,” jelas Bayu.
“Berapa bunganya? Aku yakin bunga yang akan Kamu berikan padaku sangat tinggi. Aku tidak akan mau jika bunganya terlalu tinggi.”
Arista akan mempertimbangkan tawaran Bayu jika saja bunga yang dia tawarkan tidaklah terlalu banyak. Sekarang ia benar-benar butuh uang. Mencari pinjaman pun belum tentu akan langsung dapat. Obat-obatan yang dibutuhkan anaknya, perlu ditebus secepatnya.
“Tidak ada bunga sepeser pun. Namun, sebisa mungkin Ibu harus membayarnya tepat waktu. Untuk sekarang, aku hanya bisa meminjamkan tiga sampai empat juta saja kepadamu, Bu. Dengan nominal itu, Kamu harus mengembalikan uangnya dalam waktu dua minggu,” jelas Bayu.
“Tiga, empat juta dalam waktu dua minggu? Mana mungkin aku bisa membayarnya secepat itu?”
“Itu adalah perjanjiannya. Tidak akan ada bunga dalam pinjaman ini, tetapi Ibu harus membayarnya dua minggu kemudian,” jelas Bayu.
Aturan ini bukan Bayu yang membuat, tetapi Sistem. Menurut Bayu, cukup sulit juga untuk seseorang membayar utang tiga sampai empat juta hanya dalam waktu dua minggu. Jika itu dua bulan, masih sangat memungkinkan.
“Tapi apa benar ini nggak ada bunga sama sekali? Sangat tidak masuk akal ada orang meminjamkan uang tanpa bunga seperti ini.”
“Aku hanya berniat membantu. Ibu bisa mengambil tawaranku ini atau tidak, terserah. Lalu, kita bisa membuat surat perjanjian kalau perlu. Biar ibu merasa lebih aman lagi meminjam uang padaku. Bagaimana?” tanya Bayu.
Bayu sekarang mulai mengerti kenapa sistem miliknya adalah sistem yang seperti ini. Mungkin Sistem ingin Bayu membantu orang lain yang membutuhkan agar mereka tidak mengalami nasib yang sama dengan Bayu, harus terlilit utang berbunga tinggi yang diberikan oleh rentenir.
“Apa itu sungguhan?” tanya Arista ingin memastikan kembali.
“Yakin, sangat yakin.”
Bayu lalu berusaha meyakinkan Arista bahwa ia sama sekali tidak berniat menipu atau apa pun itu. Uang yang ia pinjamkan sama sekali tidak memiliki bunga. Pada akhirnya, setelah lebih dari lima belas menit membujuk, Bayu berhasil membuat Arista meminjam uang padanya.
…
“Kamu nggak masalah Bang minjemin uang ke ibu-ibu tadi? Bukannya Kamu sendiri masih memiliki utang ya?” tanya Fina setelah mereka kembali ke kamar rawat Bayu.
Sedari tadi Fina ingin menanyakan hal ini kepada Bayu, tetapi ia menahan diri karena melihat betapa besemangatnya Bayu dalam meminjamkan uang. Fina tidak ingin hanya karena meminjamkan uang, Bayu tidak bisa membayar hutangnya kepada para rentenir.
“Itu nggak masalah. Ibu-ibu tadi lebih membutuhkan uang itu daripada aku. Aku masih bisa mengusahakan untuk membayar hutangku.”
“Empat juta itu nggak sedikit loh, Bang. Kamu sering makan dengan lauk seadaanya hanya untuk membayar hutang. Sekarang, Kamu justru meminjamkan uang itu kepada orang lain. Apa benar Kamu akan baik-baik saja?”
“Sunguh, Fin. Aku akan baik-baik aja. Itu nggak akan ngeganggu aku buat bayar hutang. Lagian, aku masih ada uang untuk bayar hutang, itu nggak akan ngebuat aku nggak bisa bayar hutang.”
Andai saja ini bukan uang milik Sistem, dan merupakan uang Bayu sendiri, ia akan tetap meminjamkan uang kepada Arista. Bukan apa-apa, jika Bayu membayar lebih dari jumlah cicilan yang sudah ia sepakati dengan Hendra, itu tidak akan membuat utangnya berkurang. Hendra akan menganggap bahwa Bayu hanya membayar denda keterlambatan meski tidak terlambat sama sekali.
“Baiklah jika Kamu ngomong gitu, Bang. Tapi, kalo Bang Bayu sampai butuh uang lebih buat bayar utang, bilang aja padaku. Aku masih punya sedikit tabungan yang bisa aku pinjamkan padamu,” jelas Fina.
“Terima kasih sudah menawarkan bantuan, tetapi aku tidak butuh.”
…
[Nama : Bayu Andrian Santoso]
[Umur : 23 tahun]
[Level Sistem : 0 (0/100)]
[Nominal Cashback : 2 persen]
[Nominal Modal : Rp 10.000.000,-]
[Saldo : Rp 6.000.000,-]
[Jumlah debitor : 1]
[Misi : Berikan pinjaman sebanyak Rp 10.000.000,- kepada lebih dari dua orang. Batas waktu : 4 hari 15 jam]
“Aku sudah berhasil meminjamkan uang kepada satu orang, sekarang tinggal dua orang lagi,” gumam Bayu. Setidaknya sekarang ia memiliki satu orang pelanggan, tinggal mencari dua orang lagi agar misinya bisa terlaksana. Mungkin besok Bayu juga perlu pergi ke taman rumah sakit lagi untuk mencari target selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
nath_e
betul curiga itu perlu😎
2023-06-05
0
nath_e
eeh kok jd berantem😅🙈
2023-06-05
0
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor 😀💪👍👍👍
2023-05-28
0