Bulir-bulir keringat sudah membasahi pelipis Ladira, perjalanan yang cukup melelahkan.
"Dasar, gak bisa nepatin janji," umpat Ladira, begitu kesal kepada Danael yang tadi pagi katanya akan antar-jemput Ladira karena gadis itu sudah terlambat, tapi malah mengantar Naira. "Coba aja gue pakai motor sendiri."
Jadilah, gadis itu harus berjalan menuju rumahnya yang berjarak cukup jauh.
Jika bertanya berapa jumlah uang di dalam dompetnya? Hanya tersisa 5 ribu rupiah. Tidak cukup untuk Ladira memesan ojol. Sehingga gadis itu memilih membeli minuman dan sedikit makanan, untuk modal dirinya berjalan sampai ke rumah.
Suara deru motor yang Ladira kira hanya pengendara lewat, tapi malah berhenti di depannya sekarang. Dari motor dan sorot mata dari balik helm ful face yang dia gunakan, sudah sangat Ladira kenali.
"Aduhh, kasihan ya, puteri keraton jalan kaki," ledek lelaki itu setelah melepas helmnya.
Ladira memutar bola matanya malas, selalu saja laki-laki itu mengganggu hidupnya. Karena tidak ingin menanggapi, Ladira berjalan pergi tanpa merespon apapun.
"Etss, mau ke mana cantik?" Ucap cowok itu yang sudah berdiri di depan Ladira, dengan merentangkan kedua tangannya.
"Aduhh, bisa gak sih sekaliii aja. Jangan ganggu gue," pekik Ladira terlampau kesal.
Zeano Andara, tetangga Ladira yang begitu cerewet dan banyak maunya. Rasanya ingin sekali Ladira pindah ke daerah lain, asalkan tidak memiliki tetangga seperti Zeano.
"Sayangnya gak bisa, lo udah jadi langganan buat gue ganggu." Zeano tersenyum sumringah setelah mengatakan itu. Mata Zeano menelusuri area sekitar mereka, "mana tuh bestoi Dana kehidupan lo?" Tanya Zeano, yang dimaksudnya adalah Danael.
"Lo tau kan, dia punya pacar." Jawab Ladira, melipat kedua tangannya di depan dada.
Zeano mengangguk-angguk, "gue kira kalian dekat sejak lama pasti pacaran..," ucap Zeano menjeda kalimatnya. "Ternyata cinta bertepuk sebelah tangan...haha," tawa Zeano pecah, saat itu juga Ladira memukul-mukul bahunya karena kesal.
"DASAR LO AMPLAS KERE, BERANI BILANG GITU. GUE BUNUH KUCING BOTAK LO," pekik Ladira membawa-bawa kucing oranye kesayangan Zeano yang di beri nama Kebo.
Bukan hanya karena karena kucingnya kebo atau suka tidur, tapi arti sebenarnya adalah, kucing botak.
Saat kucing itu masih kecil, tidak disangka kalau adik Zeano yang berumur kisaran 3 tahun, menggunting rambut kepala kucing itu, sehingga beberapa bagiannya botak permanen sampai kucing itu tumbuh besar.
"Etdah, jangan berani bunuh kucing gue," ucap Zeano.
Tin...tin..tin.
Suara klakson motor membuat debat antara Ladira dan Zeano terhenti, saat mereka melihat ada Gean dan motornya.
"Ngapain kalian, gak malu kelahi di pinggir jalan," ucap Gean.
Zeano mengangguk, " malu lah," jawabnya.
"Ra, lo ikut gue. Biar gue antar pulang!" Perintah Gean kepada Ladira.
"Eh...eh, enak aja lo. Gue yang antar dia pulang, kita aja tetangga." Ucap Zeano menahan Ladira.
"Sorry, gue gak mau sama lo," tekan Ladira lalu segera menghampiri Gean.
Zeano hanya mencebik kesal, "yasudah, kalau gak mau." Ucap Zeano lalu pergi dari sana.
"Nih helm," Gean menyerahkan helm kepada Ladira, tapi gadis itu tidak menerimanya. "Lo mau ikut atau gue tinggal?" Tanya Gean.
"Lo ngeselin, gue gak mau ikut." Jawab Ladira lalu berjalan meninggalkan Gean.
Gean menghela nafas panjang, "YA UDAH, GUE TINGGAL. GANG NANGGUNG KALAU NANTI LO KETEMU ANJING GILA DI DEPAN GANG!" Teriak Gean lalu menyalakan motornya melewati Ladira.
"GEANN, TUNGGUIN. GUE IKUTT!" Teriak Ladira berusaha mengejar motor Gean yang berjalan lambat.
Dari balik helm, Gean tertawa pelan melihat Ladira dari kaca spion. Dia sengaja berpura-pura tuli, saat Ladira masih mengejarnya.
Brugg
Gean segera menarik tuas rem dan berhenti tiba-tiba, saat melihat Ladira yang jatuh di aspal. Dirinya segera berlari menghampiri gadis yang sudah terduduk sambil memegangi lututnya yang mengeluarkan darah.
"Lo gak papa Ra?" Tanya Gean panik.
"Udah, pergi sana, gak usah tolong gue. Jahat banget, gue capek lari, lo gak mau berhenti." Ucap Ladira kesal.
"Iya, gue minta maaf. Lagian lo juga salah, gue udah nawarin lo buat ikut, tapi malah gak mau." Gean mengambil tisu untuk membersihkan sedikit darah di kaki Ladira, lalu mengikatkan sapu tangannya untuk menutup luka sementara di kaki Ladira.
Ladira hanya diam saat Gean mengobati lukanya untuk sementara, diri ya dapat merasakan kalau suhu tubuh Gean masih belum normal saat tangan laki-laki itu bersentuhan dengan permukaan kulitnya.
"Ya udah, kita ke apotek dulu buat beli obat kaki lo." Gean membantu Ladira berdiri.
"Kalau akhirnya beli obat, ngapain diobatin duluan sih?" Tanya Ladira bingung.
"Makanya, jangan suka bolos. Masalah gitu aja gak tau tujuannya," jawab Gean.
"Emang apa tujuannya?" Tanya Ladira, tidak perduli dengan singgungan dari Gean.
" PPSI, pertolongan pertama sebelum infeksi," jawab Gean asal, tapi memang benar jika itu bertujuan sebelum luka Ladira infeksi.
Karena ketidak luasan pemikirannya, Ladira hanya mengangguk-angguk paham dengan apa yang dikatakan oleh Gean.
...***...
Di sebuah taman kota yang selalu ramai pengunjung di sore hari. Gean sedang mengobati kaki Ladira, dan memasangkan perban untuk menutupi luka yang lumayan besar itu.
"Udah selesai, kita pulang sekarang!" Ucap Gean yang sudah berdiri setelah membereskan barang-barang yang dia gunakan, untuk mengobati kaki Ladira.
Ladira mengangguk, lalu berjalan bersama Gean menuju motor yang terparkir tidak jauh dari taman.
Selama perjalanan, tidak ada yang membuka pembicaraan, hening di antara keduanya. Sampai hari yang mulai gelap, akhirnya mereka sampai di depan rumah Ladira yang lumayan megah untuk di tinggali gadis itu, yang hampir tiap hari tinggal sendiri di rumah.
Gean membantu Ladira untuk berjalan sampai di teras rumah, "lo tunggu sebentar di sini," titah Ladira, sehingga Gean mengangguk dan duduk di sebuah kursi yang tersedia di teras.
Tidak berlangsung lama, Ladira sudah kembali. "Lo berdiri dulu," pinta Ladira.
Setelah Gean berdiri, Ladira memasangkan sesuatu di dahi Gean setelah meminta cowok itu menahan anak rambutnya yang menutupi dahi.
"Ini buat apaan? Kayak anak kecil aja," Gean menunjuk sesuatu yang ada di dahinya.
Ladira tersenyum, "itu plester kompres, dari tadi siang lo demam. Sekalian, bentuk terima kasih karena lo udah banyak bantu gue hari ini," jelas Ladira.
Gean mengangguk-angguk, "oke, terus ini kapan bisa dilepas? Gue kayak bocah pakai ginian," tanya Gean.
Gadis itu mengendus kesal, "katanya lo pintar. Tapi jangan dilepas deh sampai nanti pagi," jawab Ladira akhirnya.
"Oke gue pulang, habis ini mandi, makan, langsung tidur. Lo sakit, jadi harus banyak istirahat," perintah Gean, mengusap pelan kepala Ladira lalu melenggang pergi dari sana.
Ladira yang diperlakukan seperti itu hanya terdiam sesaat, sampai tetangga konyolnya yaitu Zeano berteriak kencang di dalam rumah. Membuat lamunan Ladira buyar seketika. "Tetangga gila," umpat Ladira.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments