Suasana malam minggu yang begitu ramai, memenuhi sirkuit balap. Deru motor bersahut-sahutan saat masing-masing pengendara motor menaik-turunkan gas motor mereka.
Tepat di depan garis start, tiga motor ninja sejajar berbaris di belakang garis. Yang berbeda kali ini adalah, ketiga pembalap yang sudah siap ini adalah perempuan.
"AYO RA, SEMANGAT!" Pekik Arsa yang berada di pinggir sirkuit bersama, Danael, Gean, dan Naira yang dipaksa oleh Danael untuk ikut.
Dari balik helm ful face yang digunakan, Ladira tersenyum ke arah teman-temannya.
"Lo jangan berharap deh kali ini. Pasti gue yang menang," ucap seorang perempuan yang berbaris di bagian tengah.
"Lo jangan pede, pasti kalian kalah," ucap perempuan di bagian kanan barisan.
"Terserah kalian. Kita lihat aja nanti," balas Ladira.
Perempuan yang berbaris di tengah tertawa pelan, "kalau lo kalah, Danael akan jadi milik gue," ucapnya kepada Ladira.
Ladira hanya diam, dia tidak begitu perduli dengan ancaman itu. Telinganya sudah terbiasa mendengar ancaman itu berulang kali, tapi Naudra seorang gadis yang tidak akan mau menyerah dan tidak akan mengalah akan kekalahannya.
Satu...
Dua...
Tiga...
Suara motor ber deru nyaring, kepulan asap memenuhi sekitar, tepat saat ketiga motor sudah melaju menelusuri sirkuit.
Urutan pertama sekarang dipimpin oleh seorang perempuan, bernama Jinan yang disusul Ladira dan terakhir Naura.
Tapi, belum sempat separuh perjalanan. Jinan kehilangan keseimbangan, sehingga motor dan dirinya berhenti di pinggir sirkuit dengan keadaan memprihatinkan.
Sekarang sudah tersisa Ladira dan Naudra. Tepat saat sebuah tikungan, Naudra berhasil menyalip Ladira.
"Lo harus kalah Ladira," gumam Naudra, menambah kecepatan motornya.
Mengingat jarak finish yang semakin dekat, Ladira semakin menambah kecepatannya. Beberapa meter lagi di depan sana, adalah penentuan siapa yang menang. Posisi Ladira dan Naudra sudah berdampingan, membuat siasat gelap tersirat di pikiran Naudra.
Motor mereka semakin mepet saat Naudra mendekat, tepat saat Naudra mengangkat kakinya untuk menendang body motor Ladira, gadis itu menancap gas motornya cepat, sehingga siasat jahat Naudra gagal dan mengakibatkan motor Naudra hilang kendali dan membuatnya harus berhenti mendadak sebelum kecelakaan terjadi.
Finish...
Tepuk tangan bergemuruh saat pemenang mereka yaitu Ladira berhasil memenangkan balapan malam ini. Danael, Gean, Arsa dan Naira berlari menghampiri Ladira ke tengah sirkuit.
"Wah...kamu hebat bisa menang!" Pekik Naira senang, melihat aksi balap Ladira yang mengagumkan.
"Ini nih, namanya. Murid yang bisa gue andalin," Danael menepuk pundak Ladira bangga.
"Hebat Ra, habis ini jangan lupa traktirannya," serobot Arsa membuat mereka yang berada di sana tertawa.
Ladira mengangguk, "tenang aja, habis ini kita ke kafe buat makan-makan," jawab Ladira.
"Lo gak ada yang luka?" Tanya Gean yang tiba-tiba ikut bertanya, padahal sangat jarang sekali untuk Gean mau menanyakan sesuatu, apalagi keadaan Ladira.
"Apa lihat-lihat, gue cuma nanya keadaan!" Lontar Gean saat teman-temannya memperhatikan dirinya.
Danael menepuk pundak Gean, "tumben lo bisa perhatian sama orang? Apa ada maksud tertentu?" Tanya Danael.
"El, gak boleh gitu. Gean punya niat baik buat nanyain keadaan Ladira, gak mungkin kan punya maksud gak baik." Nasihat Naira kepada Danael yang merupakan pacarnya sendiri.
Danael tersenyum, "enggak gitu kok, cuma nanya aja," jawab Danael lalu merangkul Naira.
"Ehemm, kita ke kafe sekarang," ucap Ladira, membuat teman-temannya bersorak heboh, karena mereka akan makan gratis hari ini.
...***...
Suasana kafe lumayan ramai, karena Ladira memutuskan mengajak beberapa teman-temannya yang mau ikut dari sirkuit balap, untuk makan bersama di sana.
"RA, I LOVE YOU. KAPAN MAU PUNYA PACAR, KALAU BOLEH SAMA GUE AJA!" Teriak seorang laki-laki yang bersorak heboh dari meja lain.
Ladira hanya menggeleng dan tertawa pelan, menanggapi kegilaan teman-temannya.
"El, jangan banyak minum. Nanti kalau kamu sampai mabok, aku gak suka ya," imbuh Naira, tidak suka saat Danael hampir menghabiskan satu botol bear.
"Tenang aja sayang," ucap Danael merangkul erat Naira, sehingga gadis itu merasa khawatir jika Danael akan mabok dan berbuat tidak baik.
Mata Ladira masih menyorot ke arah dua sejoli yang duduk berdampingan di depannya, entah apa yang Ladira rasakan sampai dia merasa tidak ingin melihat interaksi romantik antara Danael dan Naira.
"Ra, lo jangan minum banyak." Ucap Gean menahan Ladira yang ingin meminum minumannya kembali.
Ladira berdecak kesal, "terserah gue, jangan banyak ngatur," Ladira menarik tangannya yang Gean genggam.
"Cukup Ra, lo bisa mabok," Gean mengambil paksa minuman itu dari Ladira.
Brang...
"Lo ngelarang Ladira minum? Ayolah Ge, gak masalah," Danael yang sudah berada di ujung kesadaran menarik Ladira duduk di sampingnya.
Gelas kembali terisi penuh dengan ber, sehingga Danael dan Ladira tertawa puas meminum minuman itu sampai habis.
"El, jangan banyak-banyak," Naira menarik-narik lengan Danael.
"KALAU GAK SUKA, YA JANGAN GANGGU!" Bentak Danael tanpa sadar, sehingga membuat Naira menunduk takut. Mati-matian gadis itu menahan air mata yang ingin meluncur dari kelopak matanya.
Arsa yang masih dalam kendali, karena tidak minum terlalu banyak segera menghampiri Naira. "Nai, gue anterin lo pulang yuk. Gak baik juga kalau lo harus pulang larut gini," Arsa mengulurkan tangannya.
"Lo pulang Nai, biar mereka gue urus," Gean menunjuk Danael dan Ladira, yang sudah tidak perduli keadaan sekitarnya karena minuman mereka sudah mengambil alih kesadaran masing-masing.
Naira mengangguk dan menerima tawaran Arsa untuk mengantarnya pulang.
Setelah Arsa dan Naira sudah pergi, Gean duduk di sebelah Ladira dan mengecek suhu tubuh gadis itu. Ternyata benar dugaannya, Ladira pasti demam setelah mengonsumsi alkohol.
"Reno, bawa El pulang!" Titah Gean dan langsung dilaksanakan.
"Ra, udah cukup. Sekarang kita pulang," Gean merampas paksa gelas dari tangan Ladira dan menahan kedua tangan gadis itu untuk segera berhenti.
"Haa, Gean. Gue masih mau," rengek Ladira.
"Lo bisa sakit." Gean mendekap tubuh Ladira, sehingga gadis itu diam dan tidak lama setelahnya dia langsung tertidur dengan cepat di dalam pelukan Gean.
...***...
"HAAA, TAKUT!" Teriak Ladira melompat ke atas pangkuan Gean yang duduk di kursi kemudi.
Gean memekik pelan saat lutut Ladira menghantam aset berharganya di bawah sana. "Ra...Ra...Ra, ADUHH. KAKI LO!" Teriak Gean tanpa sadar. Mencoba mati-matian menahan diri untuk tidak mendorong Ladira, yang sedang memeluk erat lehernya.
"Takut, petir nya buat telinga aku sakit," lirih Ladira saat kesadarannya masih dikuasai alkohol yang baru dia minum tadi.
Saat Gean ingin mengantarkan Ladira pulang menggunakan mobilnya, tiba-tiba hujan turun sangat lebat. Membuat Gean tidak ingin mengambil resiko untuk tetap melaju, dan memilih berhenti untuk menunggu hujan sedikit reda.
"Ra, bisa geser kakinya," pinta Gean pelan sambil mengangkat kaki Ladira sedikit menjauh dari bawah sana.
Masih dengan posisi yang sama, sampai hujan reda. Gean membantu Ladira yang sudah tertidur pulas, kembali ke tempat duduknya semula.
Tubuhnya terasa remuk setelah hampir setengah jam Ladira memeluk dirinya sampai hujan reda.
Akhirnya mobil bisa kembali Gean jalankan.
...***...
"PEREMPUAN MACAM APA KAMU. PULANG MALAM BAU ALKOHOL, SAMA SIAPA KAKU SAMPAI LUPA PULANG HAH!" Amarah Hendra kepada Ladira yang merupakan putri satu-satunya.
Plak...
Satu tamparan lagi dihadiahi Hendra pada pipi Ladira untuk kesekian kalinya.
"Dira, minta maaf pa. Tadi Dira cuma kumpul sama teman-teman," tangis Ladira memohon.
"Kumpul sambil belajar mabok? Di mana masa depan kamu kalau terus begini?"
"Bukan gitu," Ladira menggeleng.
Hendra menyeret Ladira menuju keluar rumah, "SEBAGAI HUKUMAN, MALAM INI KAMU TIDUR DI LUAR SAMPAI PAGI," tegas Hendra meninggalkan Ladira yang menangis. Hujan yang kembali turun membuat ya harus menahan dinginnya udara di luar sana.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments