Pada malam hari David masih bersama Aira. Mereka tengah berada di balkor apartemn milik David. Jam baru nenunjukkan pukul tujuh malam waktu setempat. Mereka berdua menghabiskan waktu setelah seminggu terpisah jarak. Aira berdiri sembari menelentangkan kedua tangan, menikmati keindahan malam. Langit berbintang seolah iri melihat kemesraan meraka saat ini. Di bawah naungan malam Bulan nampak mengintip dari balik awan hitam. Angin berbisik manja kepada hati tengah di mabuk cinta. Kedua tangan David melingkar di pinggang Aira dengan dagu nemepel di pundak "Kenapa malam ini bintang nampak redup ya"
Aira membuka mata menatap langit "Masa sih" menurutnya bintang masih bersinar seperti biasa. Hanya saja malam ini terlihat sedikit berbeda. Gumpalan awan hitam menutup sebagai keindahan bintang malam ini. Sama halnya dengan kebahagiaan yang mereka rasakan, ada satu hati tengah menangis perih.
"Kamu tidak lihat ya kalau bintang redup karena malu melihat kemesraan kita. Bulan mengentip di balik awan" Menunjuk langit di mana bulan dan bintang berada.
"Kamu emang paling bisa marangkai kata, sudah kaya novelis ternama saja" Ujar Aira.
"Loh memang saya seorang novelis. Novelis tentang cinta kita berdua"
"Bisa nggak sih jangan ngarang cerita mulu, mending kasih bukti nyata bukan hanya cerita"
Dari belakang David mencium pipinya "Bagaimana sidah nyata belum?"
Aira berbalik badan lalu melingkarkan kedua tangan di leher David. Tatapan mata mendalam sampai tembus dalam hati "Kamu paling bisa buat aku bahagia. Alam saja ikut merestui kita, tapi kenapa kedua orang tua mu nenetang hubungan kita?"
Seketika David terdiam. Ketika membahas tentang restu membuatnya kesal. Mengingat dahulu cinta mereka di tentang keras.
Membelai rambut panjang Aira "Sudahlah, jangan ungkit hal itu lagi. Karena bagiku status tidaklah penting di banding cinta kita. Sampai kapan pun cinta ini hanya milik mu seorang"
"Tapi aku juga mau status yang sama di mata umum. Jika seperti ini terus aku terkesan seperti orang ketiga dalam rumah tangga kamu. Padahal bukan aku tapi dia. Dia sudah merebut hak ku sebagai istri kamu" Seketika wajah Aira berubah menyun.
"Cinta tidak harus menjadi suami mau pun istri. Cinta itu tidak memandang status, sayang ku. Cinta ini hanya untuk kamu seorang. Jangan perdulikan status kalau kita mau terus bahagia"
"Nggak bisa gitu dong. Biar bagaimana pun aku akan menua seiring waktu, jika sudah seperti itu pasti kamu mencari wanita lain yang lebih cantik dariku lalu meninggalkan aku begitu saja."
David mulai kewalahan menghadapi sikap Aira. Kalau sang kekasih tengah merajuk akan sulit di kendalikan.
"Demi apa pun cinta ini tetap untuk kamu. Coba deh ingat waktu malam pertama pernikahan, siapa wanita yang bersama saya? itu kamu bukan wanita lain." Ujar David mengingatkan. Satu bulan lalu di malam pertama David melarikan diri dari rumah. Ia tidak mau melewatkan malam bersama wanita lain. Hanya Aira Andini yang boleh bersamanya, menghabiskan malam bersama.
"Kenapa? melihat saya seperti itu?" Tanya David kala melihat lolongan tatapan mata sang kekasih.
Tersenyum sembari terus menatap sang kekasih "Nggak apa apa. Melihat kamu bersama ku di sini, itu hal paling meyenangkan dalam hidup. Semoga malam ini tidak cepat berlalu"
"Tidak hanya malam ini tapi seumur hidup saya khusus untuk mu, sayang" Rayuan manis itu tidak sekali pun David betikan pada wanita lain. Hanya bersama Aira dia merasa bahagia.
"Benar ya hanya untuk aku saja nggak boleh untuk yang yang lain"
"Sungguh, sayang. Coba deh rasakan detak jantung ini, hanya kamu yang mampu membuatnya berdetak kencang" Meletakkan tangan Aira di dada bidangnya.
Benar kata david jantungnya terasa berdetak kencang sampai dada bidang itu naik turun tak beraturan. Kemeja putih yang ia kenakan terbuka dua kancing membuat Aira bisa melihat bulu halus di dada bidang sang kekasih.
Aira memeluk David dengan erat sembari mengayun perlahan. Bagai berdansa tanpa nada, dengan kedua kaki mengayun pelan. Di bawah naungan malam mereka pusatkan kerinduan mandalam sampai nyamuk pun tidak mampu mendekati mereka. Cinta maha dasyat terpancar kuat dari dalam diri mereka. Andai kisah cinta terlarang ini berubah menjadi cinta halal, dunia pun ikut bergembira. Namun, cinta mereka telah tertulis sedemikan rupa, sayang untuk di tinggalkan, sulit di lupakan, dan satu satunya jalan di jalani sampai Takdir memisahkan mereka dengan caranya.
"Saya mau kamu sekarang juga" Bisik David seraya meraih ujung tali kimono yang masih melekat di badan Aira. Kimono putih atas lutut menambah kecantikan wanita berdarah campuran tersebut. Wangi tubuhnya membangkitkan hasrat dalam diri.
"Sabar dulu jangan terburu buru" menghentikan tangan David kala tali hampir terlepas "Aku nggak suka terburu buru, mending pemanasan dulu"
"Terus mau pemanasan seperti apa? saya sudah tidak bisa manahannya lagi" Memeluk erat sang kekasih.
"Ih....tapi masih sakit sayang" Berusaha menolak gejolak hasrat sang kekasih, sebab ulah David pagi tadi masih menyisakan sakit.
"Sakit tapi enak" Tangan nakal David mulai beraksi.
"Sabar dulu (Menghentikan tangan David) Masih jam berapa ini? nanti ya habis kita makam malam biar kamu punya tenaga"
Sontak David memicingkan mata "Jadi kamu meremehkan tenaga saya? oke, kalau begitu biar saya perlihatkan seberapa kuatnya saya saat di ranjang" Membopong badan Aira lalu membawanya masuk ke dalam kamar.
"Nggak gitu sayang, maksud aku tadi...." Belum sempat berkata lebih, badannya sudah terlempar di atas ranjang. Perlahan David membuka kancing baju seraya naik ke atas ranjang "Saya pastikan malam ini kamu akan kewalahan" Senyum nakal terkulas di bibir David.
Kedua pipi Aira memerah seketika "Sayang, jangan dulu masih sakit"
"Tidak ada kata nanti. Salah kamu sendiri meremehkan saya. Sekarang biar saya tunjukkan seberapa kuatnya saya"
Mereka pun tenggelam dalam balutan kenikmatan.
Drttttt...
Berulang kali ponsel David bergetar di atas meja, tapi tidak di respon sedikit pun olehnya.
"Mas David kemana saja kamu, mas. Sampai jam segini kenapa belum pulang juga?" Diandra terlihat panik melihat jam menunjukkan pukul delapan malam. Tapi tidak ada pertanda suaminya pulang. Seharusnya David sudah pulang kerja dari jam empat sore, tapi sampai sekarang belum pulang juga. Wajar jika seorang istri merasa khawatir kepada sang suami yang tak kunjung pulang. "Ya Tuhan semoga mas David baik baik saja"
Tok, tok, tok....
Pintu kamar di ketuk pelan. Segera Diandra membuka pintu " Bibi? ada apa bi?" Diandra mengira suaminya yang datang tapi malah asisten rumah tangga.
"Non Diandra belum makam dari tadi, lebih baik non makan dulu saja. Bibi takut kalau non jatuh sakit"
"Saya belum lapar, Bi. Nanti saja sekalian nunggu mas David pulang."
"Tapi non...."
Menyentuh lengan asisten rumah tangga "Bibi tidak perlu khawatirkan saya, kalau bibi mau istirahat silahkan. Biar nanti saya masak buat mas David"
"Tidak bisa seperti itu dong non. Bibi di bayar untuk melayani non Diandra sama Tuan David, sudah kewajiban bibi menyiapakan segala keperluan non sama Tuan"
"Saya hargai kerja keras Bibi. Tapi, saya juga punya kewajiban besar atas suami saya sendiri. Pokoknya bibi cepat istirahat biar saya nanti buatkan makan malam untuk suami saya"
"Baiklah, kalau itu mau Non Diandra. Kalau begitu bibi permisi dulu ya. Kalau ada apa apa tinggal panggil Bibi saja"
"Iya. Bibi tenang saja"
Asisten rumah tangga itu lantas pergi meninggalakn kamar Diandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
kasihan Diandra nunggu orang lg selingkuh ,
2022-09-26
1
Irnaningsih
disini diandra la pemenang nya nnti
2022-09-26
1