Rambut Arcilla tidak lagi hitam, melainkan berwarna coklat gelap. Matanya di tutup kain putih. Dia masih bisa melihat karena menggunakan kain yang menerawang. Arcilla sempat menanyakan tentang kutukan itu. Edhna menjawab secukupnya.
"Siapa pun yang memiliki anak bermata ungu, maka dia harus mati, bersama ibu yang melahirkannya. Siapa pun yang bertemu dengan pemilik mata ungu, dia harus membunuh orang bermata ungu dan dirinya sendiri. Perkampungan yang menyembunyikan orang bermata ungu, semua penduduknya harus mati. Seli tidak melihat matamu saat kalian bertemu di dalam hutan, karena itu dia tidak membunuhmu" jawab Edhna.
Jawaban Edhna membuat jantung gadis itu berdegup kencang. Dia tidak menyangka, mata unik yang selama ini di banggakan dan terlihat spesial, ternyata membawa dampak buruk di negeri lain.
"Lalu, apa yang harus ku lakukan?" Tanya Arcilla.
Edhna terdiam sesaat. "Siapa namamu, nak?"
"Arla. Anda bisa memanggilku Arla"
"Baiklah, Arla. Untuk saat ini, kamu harus menggunakan penutup mata itu, kemana pun kamu pergi. Jangan membukanya di hadapan siapa pun. Termasuk Seli. Tidak ada yang boleh kamu percayai di tempat ini"
"Aku mengerti. Tapi, kenapa bibi percaya padaku? Padahal, kita baru saja bertemu. Harusnya bibi takut atau segera mengusirku saat melihat mata ini. Bibi mengetahui semuanya. Tapi, bibi malah menolongku. Bagaimana jika bibi, Seli dan seluruh penduduk kampung terluka karena aku?" Tanya Arcilla cemas.
"Hanya masalah waktu itu akan terjadi. Selama kamu bisa menyembunyikannya dengan baik. Semua akan baik-baik saja. Lagi pula, semua kisah itu adalah rumor belaka"
"Kisah? Rumor? Apa semua itu ada hubungannya denganku?"
"Seli akan segera tiba. Sebaiknya kamu segera mengenakan kain penutup itu"
Edhna mengalihkan topik pembicaraan. Terlihat jelas dari tatapan dan gerak tubuhnya. Wanita itu menyimpan rahasia tersembunyi yang akan di beri tahu sedikit demi sedikit pada Arcilla.
Matahari tenggelam. Siang telah menjadi malam. Waktu yang di gunakan di negeri itu sama seperti negeri lain. 24 jam, bergantian siang dan malam. Memiliki empat musim. Yang berbeda adalah, negeri itu sangat fantastis, ajaib dan penuh dengan hal-hal baru. Lebih tepatnya, sesuatu yang telah punah di dunia modern, masih ada di tempat itu. Contohnya adalah pohon Sigillaria dan Harimau Kaspia.
Seli bertanya banyak hal pada Arcilla. Namun, Arcilla mengatakan jika dia tidak mengingat apapun kecuali namanya. Itu adalah saran dari Edhna. Seli juga bertanya tentang mata yang tertutup.
"Ternyata, mataku memiliki penyakit berbahaya dan bisa menular jika di pandang. Karena itu, ibumu sangat terkejut dan segera menutupnya" jawab Arcilla.
Seli mengangguk saja. Dia tidak ingin bertanya banyak pada wanita yang hilang ingatan. Dia juga setuju untuk membiarkan Arcilla menetap sementara di rumah mereka dan sekarang Seli sedang membawa gadis itu berjalan keliling kampung.
"Ada berapa banyak orang di kampung ini?" Tanya Arcilla.
"Tidak lebih dari 300 orang. Dulu. Penduduk di sini cukup ramai. Tapi, sejak kejadian 17 tahun yang lalu. Banyak yang memilih untuk pindah dan menetap di tempat lain"
"Apa karena kampung ini dekat dengan hutan itu?" Arcilla menebak.
Seli mengangguk. "Kamu pandai membaca situasi. Tebakan mu benar. Sejak Raja mati dan di gantikan Raja yang lain. Penduduk kampung menjadi takut. Mereka takut, jika hewan-hewan buas datang dan menyerang penduduk. Walaupun hal itu tidak pernah terjadi"
"Apa hubungan antara Raja itu dengan hewan buas?"
"Raja sebelumnya, memiliki kekuatan untuk mengendalikan hewan buas dan melindungi perkampungan. Namun, karena kelahiran seorang putri. Negeri ini menjadi terkutuk. Raja itu mati beserta seluruh penghuni istana"
Arcilla tertegun mendengarnya. Dia berpikir Apa mungkin kejadian itu berhubungan dengan pemilik mata ungu?
Selain bisa mengendarai kendaraan secepat kilat tanpa hambatan. Arcilla juga memiliki otak yang cerdas yang bisa menganalisis suatu cerita dengan mudah. Dia mudah sekali menyusun setiap puzzle dalam hidupnya.
"Sudah lama sekali, aku tidak membahas hal ini. Mungkin, para penduduk juga sudah mulai melupakan kisah tragis itu. Mereka tidak ingin membahasnya, bahkan lebih memilih diam saat ada yang bertanya" ucap Seli.
"Itu artinya, sekarang kita sedang membicarakan hal terlarang?"
"Bisa jadi. Tapi, tidak ada larangan bagi siapa pun untuk membahasnya. Kamu juga perlu tahu. Karena mungkin bisa memulihkan ingatanmu" jawab Seli.
Arcilla diam. Dia memandang rumah-rumah penduduk di balik kain putih menerawang yang menutup matanya. Dia sedikit terganggu dengan kain itu, karena tidak bisa leluasa melihat apapun. Terhalang benang-benang tipis yang buram. Tapi, dia harus bertahan demi keselamatan semua orang.
Kedatangan gadis itu di sambut baik oleh penduduk setempat. Beberapa kali dia di tanyakan tentang penutup kain di matanya. Seli yang menjelaskan. Beberapa orang memuji kulit bersih dan bibir merah miliknya. Dia hanya tersenyum. Dia terbiasa mendengar hal itu.
"Jika matamu telah sembuh. Kau bisa membuka kain itu dan memperlihatkannya pada kami. Aku yakin, gadis ini pasti cantik sekali" seru salah satu penduduk.
"Benar, benar" jawab penduduk yang lain.
Arcilla hanya tersenyum ketir. Para penduduk tidak tahu, bahwa hal yang paling di takutkan negeri ini ada di hadapan mereka.
Setelah berjalan-jalan. Akhirnya dua gadis itu kembali ke rumah Edhna. Mereka menghabiskan makan malam bersama dan terlelap. Suara dengkuran Seli langsung terdengar, karena dia sangat kelelahan, mencari tanaman obat di hutan serta bunga dan daun teh untuk tamu mereka. Arcilla.
Edhna juga sudah terlelap di biliknya yang juga terbuat dari kayu dan bilah bambu. Hanya Arcilla yang tidak bisa tidur dengan mudah. Dia memikirkan banyak hal. Termasuk kabar kedua orangtua angkatnya, yang pasti sangat panik saat tahu dirinya menghilang. Arcilla tidak bisa tidur. Dia pun bangkit dari ranjang_yang terbuat dari kayu. Lalu berjalan ke arah jendela. Menatap keluar. Lagi-lagi, dia melihat Srigala itu.
Awalnya. Dia hanya ingin menghirup udara segar dan melihat pemandangan malam. Namun, matanya tertuju pada sepasang sinar kuning dari dalam hutan. Sepasang sinar itu adalah mata dari seekor Srigala. Hewan yang sama_yang dia temui pertama kali di hutan gelap.
Karena rasa penasaran yang mencekik. Arcilla melangkah menuju pintu keluar. Dia hendak menghampiri Srigala itu. Hewan buas itu menjauh, tapi gadis itu tetap mengikutinya. Perlahan. Langit semakin gelap. Udara pun semakin dingin. Arcilla hanya mengenakan mantel tipis untuk menutupi tubuhnya. Kakinya terus berjalan masuk ke dalam hutan. Tanpa rasa takut.
Hingga tiba di pinggir hutan. Hewan buas itu menghilang, tidak ada tanda apapun, bagai di telan hutan. Arcilla menyisir sekitar, mencari Srigala bermata kuning itu. Namun, dia tidak menemukan apapun. Hanya suara jangkrik dan suara binatang malam lainnya yang terdengar.
"Aku juga akan penasaran, jika seekor hewan buas menatapku seperti itu" suara berat dari seorang terdengar.
Arcilla menoleh ke arah sumber suara. Dia menatap lekat laki-laki di belakangnya. Laki-laki itu menunggangi kuda, berpakaian lengkap seperti hendak berburu atau mungkin pakaian seorang ksatria. Wajahnya tidak terlihat jelas karena gelapnya malam. Namun, bulan di atas sana masih memberikan sedikit cahaya, hanya sedikit yang terlihat.
"Siapa kamu?" Teriak Arcilla. Dia mundur tiga langkah.
Pria itu tersenyum. Tapi senyumannya tidak bisa terlihat jelas. "Menakjubkan. Kau tidak takut pada Srigala itu, tapi kau takut padaku yang seorang manusia?"
Arcilla diam. Berdiri dengan sikap waspada.
"Tapi itu tidak salah. Manusia memang lebih mengerikan dari seekor binatang" lanjut pria itu lagi.
Awan-awan yang menutup bulan, perlahan menggeser. Cahaya terangnya langsung menyinari apapun yang di sentuhnya. Tidak seterang matahari. Tapi, cahayanya membuat pria itu bisa melihat dengan jelas wajah gadis di hadapanya. Bergitu pun sebaliknya. Arcilla bisa melihat wajah pria itu. Keduanya terdiam beberapa saat.
"Warna mata mu unik" ucap pria itu.
Arcilla sadar, bahwa dia tidak menggunaka kain penutup mata. Dia pun segera menunduk dan menutupi wajahnya dengan rambut.
"Kau pasti sudah mendengar kisah palsu tentang manusia bermata ungu. Tenang saja. Aku bukan orang yang percaya dengan kisah itu" ucap pria itu.
Arcilla tidak percaya. Dia tetap menunduk. Dia ingat pesan Edhna "Aku tidak boleh percaya dengan siapa pun"
"Wanita tua itu juga sudah mengatakan padamu, untuk tidak percaya dengan siapa pun" ucap pria itu lagi.
Arcilla terkejut. Bagaimana pria itu bisa tahu? Perlahan. Gadis itu kembali menatap lawan biacaranya. Kali ini, pria itu sudah turun dari kudanya. Mendekat padanya. Arcilla bisa melihat dengan jelas wajah pria itu. Dia laki-laki yang tampan, memiliki rahang yang tegas, mata berwarna hijau dan rambut berwarna hitam_mungkin. Memiliki alis mata yang tebal, bibir yang indah dan hidung yang mancung. Tubuh pria itu lebih tinggi daripada tubuhnya. Ciptaan yang indah. Bagai pahatan.
Jika situasinya lebih baik. Gadis itu mungkin telah jatuh cinta pada pria yang baru dia temui. Karena pria itu seperti pangeran dari negeri dongeng. Tidak pernah dia bertemu sesuatu yang begitu indah. Tapi, jangankan jatuh cinta, saat ini dia ketakutan. Karena berpikir pria itu bisa saja membunuhnya. Seketika.
"Aku tidak akan membunuhmu" ucap pria itu lagi.
Arcilla semakin takut. Ucapan itu bagai ancaman untuknya. Pria itu seolah berkata "aku tidak akan membunuhmu. Tapi, aku bisa membuatmu memohon untuk di bunuh"
Tapi, pria itu tulus. Dia tidak ingin menyakiti gadis di depannya, apa lagi membunuhnya. Dia hanya tidak tahu, bagaimana cara menenangkan orang lain.
"Namaku Carl. Jangan takut. Aku salah satu Ksatria dari kerajaan Brizeel. Aku bukan penjahat" ucap pria itu. Pria bernama Carl.
Carl terlihat semakin bingung, karena Arcilla semakin waspada. Dia menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal. Bahkan, Arcilla telah memegang sebilah kayu di tangannya.
"Purpulian. Perkampungan di daerah gurun. Terdapat dua orang bermata ungu di tempat itu. Mereka aman. Kalau kamu bersedia, aku bisa mengantarmu kesana. Agar kamu lebih merasa nyaman" ucap Carl.
Arcilla telah menghadapi banyak orang. Selebriti, wartawan, politikus, pejabat kota, bahkan presiden. Tapi, dia tidak pernah tahu sifat orang-orang di negeri asing. Dia ingin mempelajarinya. Namun, belum sempat memulai, dia malah bertemu dengan pria aneh di hadapannya.
"Sejak kapan kamu mengikutiku?" Tanya Arcilla. Berusaha menahan rasa takutnya. Dia juga tidak mengerti, kenapa dia takut? Padahal dia selalu berurusan dengan sesuatu yang berbahaya.
"Sejujurnya. Aku penasaran denganmu sejak kamu berjalan di sekitar desa" jawab Carl.
"Sejak saat itu?"
"Tidak juga, mungkin sebelumnya. Di kampung ini Tidak ada penduduk yang memiliki paras sepertimu. Orang seperti dirimu adalah putri Raja atau kaum bangsawan. Tapi, kamu berada di tengah desa ini. Aku berpikir, apa mungkin kamu tersesat?"
Arcilla menjatuhkan sebilah kayu dari tangannya. Dia menunduk melihat tanah dan rumput yang di pijakinya.
"Ya, tapi aku tidak berasal dari sini" jawab Arcilla.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments