Putri Raja yang Terkutuk

Istana di kerajaan Astherin.

Tempat yang indah. Dulunya. Sekarang tidak lagi. Tempat itu tampak seram dan suram tidak terawat. Tidak ada kehidupan di dalamnya. Orang-orang membiarkan istana itu terbengkalai, mereka tidak berani mendekat. Banyak rumor yang mengatakan bahwa istana itu berhantu, terkutuk dan julukan lainnya yang sangat buruk. Bahkan, tidak ada seorang pun yang berani lewat di depan gerbang istana itu.

Beberapa tahun lalu, terjadi pembataian di istana Astherin. Namun, tidak ada yang tahu persis bagaimana pembantaian itu terjadi, semua penghuni istana mati atau menjadi pengikut penyihir. Para penduduk hanya mendengar rumor dari mulut ke mulut, yang mengatakan bahwa Putri bungsu Raja lah yang memberikan kutukan itu. Putri itu yang membuat Naga bangkit dari tidurnya, hingga menghabiskan seluruh penghuni istana.

Putri yang terkutuk itu, kini kembali. Dia terbaring di atas rerumputan hijau di tengah hutan. Mengenakan pakaian seperti jubah berwarna merah darah. Rambutnya tetap hitam, matanya tetap ungu. Kulitnya bersih dan seputih susu. Siapa pun yang melihatnya akan terpesona dan menarik perhatian.

Hutan itu sangat lebat. Daunnya sangat hijau dan lembap. Cahaya masuk melalui celah-celah pepohonan dan daun sangat sedikit. Rasa dingin lebih menyengat di dalam hutan itu, walaupun siang terik di luar sana. Tidak ada yang berani masuk ke dalam hutan itu tanpa persiapan, selain rutenya yang rumit dan terdapat banyak jurang, hutan itu juga memiliki puluhan hewan buas dan ratusan binatang berbisa serta tumbuhan beracun.

Arcilla terbangun. Matanya terbuka perlahan. Dia merasa aneh dengan tempat tidur dan juga selimut yang biasa menutupi tubuhnya. Di bawah sana terasa keras dan dingin yang sangat menusuk. Saat dia membuka mata, dia sedikit terkejut. Dia pun kembali menutup matanya. Menyangka semua itu hanyalah mimpi. Namun, dia tidak merasakan perubahan apapun.

Dia kembali membuka matanya. Memperhatikan sekitar. Ini dimana?

Hutan lebat itu terasa sangat mengerikan dan dia hanya sendirian di tempat itu. Tidak melihat siapa pun. Melihat pakaian yang di pakainya telah berubah, dia semakin merasa cemas. Situasi itu terlalu nyata untuk di sebut mimpi.

Arcilla pun berdiri, menepuk-nepuk tanah yang menempel di jubah merah darahnya. Dia mulai berjalan, sambil menatap awas ke sembarang arah. Dia tidak tahu tujuannya saat ini. Jangankan tujuan, dia bahkan tidak tahu dimana dia berada dan bagaimana dia bisa berada di tempat itu. Dan siapa yang membawanya.

Saat dia hendak berjalan lebih jauh. Langkahnya terhenti. Dia melihat sepasang mata yang menatapnya dari jauh. Di balik semak belukar. Mahkluk itu berjalan perlahan, menunjukkan dirinya. Dia memperlihatkan wajahnya yang buas dan gigi-gigi serta taring yang runcing. Seekor Srigala. Arcilla terpikat.

Ini aneh. Jika manusia biasa merasakan ketakutan yang luar biasa saat melihat mahkluk itu. Arcilla justru merasakan perasaan antusias. Dia tidak merasa takut sama sekali, jantungnya tidak berdegup kencang. Dia ingin mendekati Srigala itu dan mengelusnya.

Srigala itu mengatupkan rahangnya. Tatapan mereka bertemu. Hewan buas itu terlihat sangat kebingungan, sebab gadis di depannya terus menatapnya, seolah sedang berusaha berkomunikasi. Padahal, tubuh hewan itu jauh lebih besar dari gadis itu. Arcilla tersenyum tipis dan mulai merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang tidak pernah dia rasakan. Namun, pertemuan mereka berlangsung cepat. Sebuah anak panah melesat cepat, membuat keduanya sadar.

Srigala itu segera melarikan diri. Dan Arcilla menoleh ke arah panah yang tertancap di badan pohon. Untungnya tidak ada yang terluka. Gadis itu mencari sumber anak panah itu berasal. Dia mendengat tapak kuda dari arah belakang. Lalu, terlihat seseorang yang menunggang kuda berjalan ke arahnya.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya orang itu.

Wajahnya tertutup. Pakainnya lengkap. Dan banyak peralatan yang di bawa orang itu bersama kudanya, terutama busur dan anak panah. Dia adalah seorang gadis. Rambutnya berwarna jingga.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya gadis itu sekali lagi. Karena Arcilla hanya termangu menatapnya.

Arcilla mengangguk

Gadis berkuda itu turun dari kudanya, lalu mendekat "Sedang apa kamu disini? Dimana kuda mu? Terlambat sedikit saja, Srigala itu bisa menerkammu. Tidak ku sangka, hewan malam itu akan berkeliaran di siang hari"

Arcilla masih termangu, menatap gadis di depannya. Dia berharap semua ini adalah mimpi. Karena dia merasa asing dengan bahasa yang di gunakan gadis itu, namun dia bisa mengerti ucapannya dengan mudah. Seolah dia pernah mempelajarinya.

"Apa kamu tersesat?" Tanya gadis itu lagi.

Sejak tadi, gadis berkuda itu tidak bisa melihat Arcilla dengan jelas, karena tertutup tudung merah darah dan juga kondisi hutan yang tidak terlalu terang. Namun, sebaliknya. Arcilla bisa melihat gadis itu dengan jelas.

"Hei orang asing! Apa yang kamu lihat dari tadi? Aku bertanya dan kamu tidak menjawab. Sedang apa kamu disini? Dimana kudamu?"

"Aku tersesat. Tidak. Aku di buang ke tempat ini. Aku tidak ingat apapun" akhirnya Arcilla menjawab. Dia semakin kebingungan, karena dia bisa menjawab bahasa asing itu. Dengan lancar.

"Tidak heran. Banyak sekali manusia yang di buang kesini, mereka di jadikan persembahan untuk santapan hewan buas, agar mereka kenyang dan tidak menganggu permukiman. Tapi, kamu terlihat baik-baik saja"

Arcilla tidak mengatakan apapun. Dia hanya berharap gadis itu akan membawanya keluar dari hutan.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu. Tapi, aku tidak bisa membiarkan manusia yang masih hidup berada di hutan ini. Ikutlah, aku akan membawa mu keluar dari sini" ucap gadis berkuda.

Arcilla tersenyum senang. Dia pun mengikuti gadis itu, menunggangi kuda bersama. Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah perkampungan. Tiba di salah satu rumah kayu yang terlihat sederhana.

"Ibu, aku pulang" ucap gadis berkuda.

Mereka bedua memasuki rumah itu. Arcilla terlihat ragu saat melangkah, sedangkan gadis berkuda itu segera masuk dan meletakkan barang-barangnya.

"Aku tidak mendapatkan apapun hari ini. Tapi, aku bertemu seseorang. Dia di buang, hilang ingatan"

Arcilla berdiri di tengah ruangan. Kebingungan. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya keluar dari salah satu bilik, menyingkap tirai dan melihat ke arah Arcilla.

"Astaga!" Seru wanita paruh baya itu.

Arcilla terkejut. Gadis berkuda pun merasa heran.

"Matamu... dari mana kamu mendapatkannya?" Tanya wanita paruh baya itu. Dia berjalan mendekat ke arah Arcilla.

Arcilla kebingungan. Wanita paruh baya itu membuka tudung yang menutupi sebagian wajahnya, lalu menggenggam tangannya. Wanita itu menatap Arcilla dengan wajah cemas.

"Ibu, siapa dia?" Tanya gadis berkuda. Dia masih sibuk mengemas barang-barangnya.

Seli. Itulah nama si gadis berkuda. Dia memiliki mata dan rambut berwarna jingga. Dan wanita paruh baya itu bernama Edhna.

Tangan Edhna gemetaran. Dia menatap gadis di depannya dengan penuh rasa haru. Dia memeluk gadis itu dengan erat. Arcilla semakin bingung.

"Kamu adalah orang yang kita butuhkan selama ini. Tapi, kamu belum bisa melakukannya. Seli! Carikan daun dan bunga teh sebanyak-banyaknya. Kita memerlukan bahan itu untuk mengubah warna rambutnya" ucap Edhna.

Seli sedikit merasa bingung. "Baiklah"

Tanpa bertanya apapun, Seli langsung keluar rumah dan mengerjakan tugas yang di perintahkan ibunya.

"Matamu tidak boleh di lihat siapa pun. Kamu harus menutupinya" ucap Edhna.

Edhna segera bergerak dan mencari sesuatu di berbagai tempat. Hingga dia menemukan seutas kain putih sepanjang 2 meter dan lebar 5 cm. Lalu, kembali berbicara pada Arcilla.

"Tutup matamu dengan ini. Kamu masih bisa melihat karena kain ini sangat tipis. Jika ada yang bertanya, bilang saja kamu memiliki penyakit mata yang serius"

Saat Edhna hendak menutup mata Arcilla dengan kain. Gadis itu menahan tangannya.

"Maaf, bi. Aku tidak tahu kenapa bibi melakukan ini. Tapi, aku baik-baik saja" ucap Arcilla.

"Matamu. Warna matamu bisa membawa petaka. Bukan hanya kamu, tapi semua orang yang ada di sini bisa mati. Kamu harus menyembunyikan petaka itu" jawab Edhna.

"Apa maksud bibi? Aku tidak mengerti. Anda harus menjelaskannya dulu padaku"

"Tentu saja kamu tidak mengerti. Kamu telah hilang ingatan. Orang-orang yang membuangmu juga pasti melakukannya karena takut pada kutukan itu"

"Kutukan?" Arcilla mengerutkan alisnya.

"Iya. Kutukan manusia bermata ungu"

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!