Siang itu setelah dari sekolah Tania langsung menuju ke supermarket, tempat dimana dia bekerja separuh waktu.
Seharusnya Tania memang tidak kerja hai ini karena sudah izin selama ujian kelulusan, Namun Tania pun enggan pulang dia ingin langsung bekerja.
Sesampai didepan supermarket Tania bertemu dengan pemilik supermarket yang tentu saja Heran kenapa tania ada disana.
"Tania, kamu sedang apa?" Tanya lelaki paruh baya tersebut.
"Saya mau kerja hari ini pak" jawab Tania dengan sopan.
"Bukannya kamu masih izin hari ini?" Tanya nya lagi.
"Iya pak, tapi hari ini Tania sudah selesai ujian pak, jadi apa boleh Tania masuk kerja hari ini?" Tanya nya.
"Tentu saja boleh" jawab pemilik supermarket sambil tersenyum.
Tania pun langsung pamit, izin untuk masuk kedalam supermarket, Tania langsung berganti pakaian dengan pakaian kerjanya.
Hari itu Tania terlihat murung, dan menjadi pendiam, entah apa yang sedang dipikirkannya. Teman-teman ditempat kerjanya pun banyak yang saling bertanya-tanya kenapa dengan Tania.
Namun mereka tidak berani bertanya langsung karena memang Tania tak terlihat seperti biasanya.
Apalagi saat itu Tania sedang serius melayani pelanggan, Tania memang terkenal tekun dalam pekerjaan nya, dia tak pernah menggunakan waktu kerja untuk bicara atau bermain-main.
Waktu terus saja berputar, Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul enam sore hari.
Tania bersiap untuk langsung menuju tempat berganti pakaian ,mengganti bajunya dengan seragam sekolah nya, Karena kebetulan Tania tidak membawa baju ganti.
Seperti biasa Tania berjalan kaki menuju rumahnya yang tak jauh dari tempat dia bekerja.
Sesampai dihalam rumahnya, Tania sudah melihat ibunya yang sedang duduk di bangku tua diteras rumah mereka
Tania pun mendekati ibu nya dan mencium tangannya. Sambil memperlihatkan senyum nya, senyum yang memang dipaksakan oleh Tania.
Dia tak ingin ibunya tau kalau dirinya sedang memikirkan sesuatu hal. Namun bukan seorang ibu namanya jika tidak bisa melihat sesuatu yang berbeda dari putrinya.
Ibu yang tadinya ingin bertanya kepada Tania, namun langsung diurungkannya. Dan mengajak Tania untuk masuk dan beristirahat.
Tania menuju kamar nya ,mengambil handuk dan menuju kamar mandi yang berada didapur.
Seperti biasa mereka akan makan malam bersama, karena dirumah itu hanya ada Tania dan ibunya.
Keduanya pun makan, ingin ibu membuka pembicaraan, namun ibu tak ingin mengganggu makan malam Tania.
Setelah makan dan mencuci piring keduanya duduk di depan televisi yang berukuran 14 inci itu.
"Tania" panggil ibu.
Tania pun memutar pandangannya dari layar televisi.
"Apa ada yang ingin Tania ceritakan sama ibu?" Tanya ibu nya.
"Tidak ada Bu" jawab Tania berbohong.
"Sayang, ibu sudah merawat Tania selama 18 tahun, ibu tau apa pun perubahan pada Tania." Kata ibu.
Tania pun hanya tersenyum ke arah ibunya, dan menggenggam tangan tua milik ibu nya itu.
"Bagaimana ujian nya hari ini?" Tanya ibu lagi.
"Semua berjalan lancar Bu,ibu do'akan supaya Tania bisa lulus dengan nilai yang bagus ya Bu."ucap Tania.
"Tentu saja ibu selalu mendo'akan yang terbaik untuk Tania."
"Nak!" Panggil ibu.
"Iya buk." Jawab Tania.
"Kemana rencana nya Tania akan melanjutkan kuliah?" Tanya ibu lagi.
Kali ini tak ada jawaban ,Tania kembali diam, karena memang ini lah yang dia takut kan ,bahkan yang menjadi pikirannya dari sekolah.
Tania memang ingin melanjutkan kuliah nya, namun Tania tau kalau biaya kuliah itu mahal, dan itu pasti akan menambah beban untuk ibu nya.
Namun kalau Tania mengatakan kepada ibu kalau ingin kerja dan tak ingin melanjutkan kuliah ibu akan kecewa.
Rasanya Tania tak ingin lagi melihat ibu banting tulang, kerja ini itu untuk biaya sekolah nya, apalagi kondisi ibu nya yang sudah tua.
"Kenapa Tania hanya diam"
Pertanyaan ibu membuyarkan lamunan nya Tania.
"Bu" panggil Tania ragu-ragu.
"Ada apa nak, cerita dengan ibu" ucap ibu.
"Ibu jangan marah ya?"
"Tentu saja tidak, katakan saja !" Jawab ibu.
"Bu ,apa boleh jika Tania tidak melanjutkan kuliah, Tania ingin bekerja saja, Tania ingin membantu meringankan beban ibu." Ucap Tania.
"Tania, kalau memang Tania ingin meringankan beban ibu, kamu harus kuliah, raih cita-cita kamu menjadi seorang dosen." Jawab ibu dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi Bu, Tania tak ingin lagi ibu banting tulang untuk mewujudkan impian Tania." Jawab Tania.
Tania tak lagi dapat membendung air mata nya, Karena memang sejak dari sekolah dia sedang gelisah memikirkan kelanjutan sekolah nya.
Tania pun memeluk ibu nya, satu-satunya tempat dia bersandar, tempat bercerita, seorang wanita tangguh yang selama ini menjadi ibu dan juga ayah untuk nya.
Rasa nya, seandainya saja bisa Tania ingin menggantikan ibunya mencari nafkah dimasa tua nya.
Namun Tania tak ingin mengecewakan ibu nya ,yang mungkin sangat berharap dirinya bisa menjadi seorang dosen, seperti impiannya selama ini.
Namun Tania berpikir, akan kah dia bisa ? Karena kuliah itu butuh biaya yang tidak sedikit, sedang ibunya hanya seorang penjual kue, dan dia hanya seorang pekerja paruh waktu.
Tapi apa masih bisa itu dia lakukan jika nanti dia sudah kuliah, berbagai hal terpikirkan oleh Tania saat itu, namun dia tak mungkin mengungkapkannya kepada sang ibu
Saat itu hanya Isak tangis dari Tania yang terdengar, mungkin sulit untuk orang pahami dengan kesedihan dirinya, namun ini adalah luapan rasa yang ada dalam diri Tania.
"Tania, selama Tania masih ingin belajar, dan ibu masih hidup, percayalah nak, ibu akan melakukan apapun untuk Tania." Ucap ibu.
Suara nya terdengar parau, Karena menahan tangis, dia tak ingin terlihat lemah dihadapan putri tercinta nya.
" Nak, cari lah kampus yang bisa mewujudkan cita-cita mu nak." Ucap ibu lagi.
Tania melepaskan pelukannya, menatap mata ibu nya, mata tua yang selama ini kurang tidur demi dirinya, mata yang mungkin meneteskan air mata untuk kebahagiaan dirinya.
Tania meletakkan kedua tangannya, dikedua pipi keriput ibu nya, menatap kedua mata itu.
"Ibu, Tania berjanji akan berusaha keras, belajar dengan rajin untuk mewujudkan semua mimpi ini."ucap Tania.
Terlihat air mata pun lolos seketika dipipi sang ibu, begitu juga dengan Tania, seakan tangannya bergetar.
"Tania tidak akan mengecewakan ibu, Tania akan menjadi seorang dosen, Bu, dan membahagiakan ibu." Ucap Tania lagi.
Tania pun memeluk ibunya dengan erat, dalam hati dia benar-benar berjanji akan berusaha untuk mewujudkan semua mimpi dan membahagiakan ibunya.
"Nak, apapun yang terjadi kuliah lah sampai selesai, ibu pasti akan bahagia jika kamu bisa sukses nak." Ucap ibu.
Keduanya pun larut dalam kesedihan, mungkin setelah ini ibu Tania akan bekerja lebih keras lagi untuk mengumpulkan biaya masuk kuliah untuk Tania.
Tidak ada salahnya bekerja keras untuk kebahagiaan anak nya, itulah yang dipikirkan oleh ibu Tania saat itu,
Namun akan kah ada jalan untuk Tania bisa masuk fakultas, sedangkan biaya masuk fakultas itu sangat mahal?
Atau akan kah janji Tania untuk ibunya hanya akan tinggal janji saja?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments