Terjebak Di Dua Pilihan
Tak terasa ,hari sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, Tania masih menggeliat di tempat tidur nya, Pagi ini terasa sangat mengantuk, Tania masih menguap berulang kali.
Sayup-sayup, Tania mendengar suara ada yang memanggil namanya, Namun sekaan Tania masih bermimpi.
karena terlalu bersemangat untuk belajar malam tadi, Tania sampai lupa jam berapa dia tertidur, karena Tania masih melihat buku yang menemaninya di atas tempat tidur.
"Tania, nak bangun!" Suara dari luar kamar kembali terdengar.
Tania,Mencoba melawan rasa kantuknya, bangun dan mendekati pintu,masih dengan mata sedikit terpejam, Tania membuka pintu kamar nya.
Kamar yang begitu sempit, Namun terasa bagaikan istana untuk Tania.
"Sayang kenapa baru bangun" Ucapa seorang ibu yanh berada didepan kamar.
"Tania,asih ngantuk Bu" jawab Tania.
ibu yang berdiri didepan pintu kamar itu tak lain adalah ibu Tania, Orang tua satu-satunya yang Tania punya.
Sejak kepergian ayah nya Tania hanya tinggal berdua dengan ibunya disebuah rumah kecil.
"Tania sayang, tapi Tania ingin membantu ibu pagi ini"Ucap ibu Tania.
Namun Tania terlihat bingung, dan belum sepenuhnya kembali kesadarannya.
"Sayang, Jam.berpa kmu tidur tadi malam?" Tanya ibu.
"Tania lupa Bu." Jawab Tania denga suara serak nya.
"ya sudah kami mandi dulu, Hari ini kamu ujian kan?" Ucap ibu.
Mendengar kata ujian, kantuk Tania sekaanenghilang begitu saja.
"Ibu ini sudah jam berapa?" Tany Tania.
"jam 06.00 pagi sayang."jawab ibu santai.
"Jam 06.00 Bu?" Tanya Tania balik.
Namun kalia ini ibu hanya menganggukkan kepalanya saja, Dan tersenyum ke arah Putri semata wayang nya.
"Ibu .....!" Tania pun berlari masuk kedalam kamar nya.
Meraih handuk dan berlari keluar kamar menuju kamar mandi, yang berada tak jauh dari dapur.
Dan saat melewati dapur, betapa terkejutnya dia, ternyata pagi itu Tania lupa kalau setiap pagi membantu ibunya untuk membuat kue.
Ya, ibu Tania adalah seorang penjual kue, dia akan berjualan kue setiap pagi diteras rumah nya, selama ini itulah yang ibunya lakukan untuk bisa menyekolahkan Tania.
Begitu juga Tania, akan bekerja paruh waktu di supermarket yang tak jauh dari sekolah nya.
Tania tak pernah mengeluh, Untuknya itulah kebahagiaan nya, bisa membantu meringankan beban ibunya.
Walaupun selama ini Tania sekolah dari beasiswa yang diperoleh nya, Namun Tania tak ingin membicarakan ibu berjuang sendirian untuk mas depan dirinya.
Tania yang saat itu sedang termenung, disamping meja, yang sudah dipenuhi kue pun dikejutkan oleh kehadiran ibunya.
"Tania" panggil ibu.
"Tapi mau mandi, kenapa malah melamun disini?" Tanya ibu.
"Maaf kan Tania ya Bu, Tania kesiangan." Ucap Tania penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa sayang, kan biasanya Tania yang lebih dulu bangun dari ibu kan"jawab ibu.
Tania hanya tersenyum, ke arah ibunya. Dan bergegas masuk kekamar mandi, karena dia tak ingin terlambat kesekolah nya.
Setelah selesai mandi,Tania pun bersiap-siap untuk berangkat kesekolah, seperti biasa sebelum berangkat kesekolah, Tania pun sarapan terlebih dulu dirumah.
" Ibu, Tania berangkat kesekolah dulu ya, do'akan Tania bisa menyelesaikan ujian dengan baik." Ucapa Tania saat berpamitan.
Ibu pun tersenyum ke arah putrinya, memeluk erat Tania, tentu saja berbagai do'a saat itu ia lantunkan dalam hatinya.
Tania pun berjalan menyusuri jalanan, Dia mempercepat langkahnya karena takut akan terlambat sampai disekolah.
Sekolah Tania hanya sekitar dua puluh menit dari rumah nya. Tania tak pernah lelah setiap pagi dan pulang berjalan kaki, untuk nya hitung-hitungan olah raga.
Tak berapa lama Tania pun tiba digerbang sekolah, dan ternyata disana sudah ada dua sahabat nya yang menunggu nya, Caca dan Tia, Terlihat melebarkan senyum ke arah Tania.
"Tan, kok tumben terlambat" Tanya Caca.
"Iya ca, aku kesiangan." Jawab Tania.
"Tumben kamu kesingan Tan?" Kali ini Tia yang bertanya.
"Nanti aja ya cerita nya, kita masuk dulu!" Ajak Tania.
Ketiganya pun masuk keruang kelas, tempat dimana mereka akan mengikuti ujian hari ini.
Entah kenapa walaupun Tania terkenal dengan kepintarannya, namun Tania merasa sedikit gelisah, karena akan mengikuti ujian akhir sekolah nya.
Tania menatap barisan komputer yang sudah di atur dengan rapi diruang ujian melalui kaca jendela.
Ruangan yang masih tertutup rapat itu yang akan dia gunakan untuk menentukan hasil yang selama ini sudah dia pelajari.
Tia dan Caca yang melihat Tania seperti tak biasanya pun saling berpandangan, Namun mereka tetap diam saja, tak ingin bertanya apapun pada Tania,walaupun sebenarnya hatinya bertanya-tanya.
Tak berpa lama dua orang guru, yang diyakini kanengawas diruang ujian tersebut pun datang, dan membuka pintu, sebelum peserta ujian masuk, mereka pun diperiksa kelengkapan ujiannya.
Tania terlihat melangkahkan kakinya perlahan, entah apa yang ia takutkan saat itu, suasana hening, diruang ujian.
Satu persatu peserta ujian sudah duduk berhadapan dengan komputernya, dna tak ada lagi yang bersuara kecuali hanya arahan pengawas yang terdengar.
Tania merasa seperti sedang diruang persidangan perkara, dia gugup, dan terlihat memjamkan mata sebelum akhirnya dia mulai membuka soal-soal yang ada dilayar komputer.
Senyap dan sunyi, semua peserta ujian sibuk dengan soal masing-masing, waktu pun terus bejalan, tak terasa suara bel tanda mata ujian pertama telah selesai.
Tania menarik nafas panjang, satu beban suda ia lewati, namun masih akan ada dua hari lagi setelah hari ini.
Saat istirahat, Tania pun terlihat fokus pada buku pelajarannya, sehingga Caca dan Tia pun hanya diam dan ikut membaca buku disamping Tania.
Dan setelah setengah jam beristirahat, mereka pun kembali ke ruang ujian untuk mata peljaran kedua. Hari ini Tania tidak bekerja paruh hari karena harus fokus ujian.
Setelah ujian selesai Tania pun langsung berjalan menuju rumah, beristirahat dan belajar.
Dan tak terasa tiga hari pun berlalu begitu cepat, hari ini adalah terakhir ujian, Tania terlihat begitu serius menjawab soal-soal pada layar.
Dan setelah ujian selesai, Tania dan kedua temannya pun duduk di bangku panjang didepan ruang ujian.
"Tan!" Panggil Tia.
Tania tak menjawab hanya mengalihkan pandangan ke arah sahabatnya.
" Kamu akan kuliah kemana?"tanya Tia lagi.
Namun Tania belum juga menjawab, dia hanya diam, tak ada ekspresi yang dia tunjukan hanya tatapan datar saja.
"Kamu sendiri mau lanjut kemana Tia" tanya Caca memecah keheningan.
"Mungkin keluar kota ca" jawab Tia.
"Berarti kita gak akan ketemu lagi dong!" Ucap Caca
" Kan kita masih bisa bertemu kalau aku lagi libur." Jawab tia.
Keduanya pun terus membahas masalah kuliah dan perpisahan mereka, sampai-sampai mereka tak menyadari kalau mereka sedang bertiga, dan satu sahabatnya hanya diam.
Saat itu terlihat tatapan Tania masih lurus kedepan, seperti sedang ada yang dia pikirkan, tapi apa sebenarnya yang saat ini Tania pikirkan? Akankah Tania putus pendidikan karena biaya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments