Jadilah istriku

***

Menjadi perjaka bertahun-tahun sangat sulit. Ardian tak pernah ingin tergoda dan mengikuti nalurinya. Jika sudah seperti ini, dia akan sulit menahan diri.

"Stop! masuk ke dalam lagi," perintahnya saat melihat Rindu mendekat, wanita itu pun berhenti.

Rindu tersenyum geli dalam hatinya. Dia tau Adrian akan seperti ini. Tadi dia terpikir untuk menjahili sahabat lamanya itu. "Rasain kamu! memangnya bisa tahan kalau begini?"  Rindu cengar-cengir sendiri di belakang pintu, setelah kembali ke kamar.

"Rin ... size kamu berapa?" tanya Ardian dari luar. Rindu pun menyebutkan ukuran yang biasa dia pakai, tanpa malu.

"Wow, cukup besar," otak nakal Ardian mulai bekerja, dia tersenyum mesum. Ardian menepuk pipinya sendiri agar tersadar dari pikiran mesum itu. Ardian mengambil ponsel lalu menghubungi asistennya untuk mengirim pakaian, piyama, serta dalaman.

Tak lama seorang pegawai dari toko pakaian komplek apartemen itu mengantarkan barang pesanan Ardian. Akhirnya dia bisa bernafas bebas, melihat pemandangan seperti tadi bisa membuat imannya jebol seketika.

Rindu keluar dari kamar dan mengambil ponselnya. Sedangkan Ardian masuk ke ruang kerja. Rindu mencari kontak sang mama dan membuat panggilan video. Guna menanyakan kabar putri kecilnya. 

"Hai, Sayang." Rindu melambaikan tangannya ke layar.

"Bunda …! Kapan bunda pulang?" Kanaya yang sudah mulai bijak memanyunkan bibirnya.

"Bunda masih kerja, Naya sama oma dulu yah! Besok bunda pulang. Naya jangan nakal ya, Sayang."

"Iya, Bunda … Naya kangen, Bunda."

"Iya, Sayang. Bunda juga kangen, Naya baik-baik ya sama Oma."

"Iya, Naya janji mau nurut sama, Oma," jawab gadis kecil tiga tahun itu dan mengangguk. Kanaya pun menyerahkan ponsel pada omanya. Celotehan khas Kanaya membuat Rindu ingin segera memeluknya. 

"Rin ... besok pasti pulang, kan? Ada kerjaan dari kantor apa kafe, Rin?"

"Iya, Ma. Kafe lagi ada acara di luar kota. Rin diminta gantikan orang. Ini juga dadakan, Ma. Nggak sempat kabarin Mama juga. ini Rin sedang istirahat di hotel. Maaf ya, Ma." Rindu terpaksa berbohong pada mamanya.

"Iya, nggak apa-apa, Sayang. Tadi juga ada yang datang kasih tau ke rumah. Kamu baik-baik ya di sana."

"Iya, Ma."

"Ya sudah, kalau gitu. Kanaya juga udah ngantuk, matikan dulu aja." Dahlia memutar ponsel itu. "Naya, dadah dulu sama bunda."

"Dadah … Bunda … muach!"

"Dadah … Sayang … muach."

Ternyata Ardian melihat semua itu, tanpa sepengetahuan Rindu. Dia terenyuh, melihat kedekatan Rindu dengan gadis kecil yang lucu itu. Pasti sulit bagi Rindu hidup tanpa pendamping. Mengurus anak yang masih kecil serta menjadi tulang punggung keluarga. Hanya laki-laki bodoh dan tidak bertanggung jawab yang sanggup meninggalkan keluarga begitu saja.

"Erghm …." Ardian berdehem. Rindu menoleh kebelakang.

"Ah, Ardi? Ngagetin aja kamu." Ardian pun duduk di sampingnya.

"Sudah selesai telponannya?"

"Sudah."

Adrian tersenyum dan mengangguk. "Mau makan malam dulu?"

"Boleh deh, kebetulan lagi laper."

"Tunggu sebentar, aku buatkan sesuatu." Ardian bangkit dan pergi ke dapur.

Kening Rindu mengerut. "Kamu mau masak?" Dia mengekori langkah pria itu.

"Iya."

"Wow ... sejak kapan seorang Ardian bisa masak?"

"Sejak Papa mengirimku kuliah di Amerika, aku dipaksa untuk mandiri, uang saku pas-pasan, bahkan aku harus bekerja sambil kuliah." Ceritanya seraya mengeluarkan bahan makanan.

"Benarkah?" tanya Rindu menaikkan pinggul di kursi mini bar. Kedua tangan dilipat ke meja.

"Kehidupan di sana sangat sulit, beruntung aku ketemu Eja. Dia mengajarkanku mandiri dan membantuku mencari pekerjaan. Dia satu-satunya teman terdekatku dan sekarang menjadi asisten kepercayaanku." Cerita Ardian tentang masa kuliahnya.

Sedari dulu Rindu tau gimana tegasnya keluarga Ardian cara mendidik. Sebagai putra satu-satunya, tentu saja Ardian menjadi kebanggaan. Untuk menjadi pewaris keluarga, harus belajar sedari awal.

"Oo … kamu mau masak apa? Sini kubantu!" Rindu melihat pria itu sangat terampil memakai pisau dapur.

"Boleh, bisa bantu menggoreng ikan?" 

Rindu pun bergerak cepat, mencuci ikan, membumbui dan mengoreng. Ardian tersenyum memperhatikan setiap gerak geriknya. Sesekali mereka bercanda dan bercerita banyak hal.

Dulu waktu SMA, Rindu suka memasakkan makanan untuk teman-temannya ketika datang kerumah. Ardian selalu suka apapun yang Rindu masak. 

Ardian menumis sayuran, membumbui dan mengaduk di atas wajan. Terlihat terampil dan sudah biasa melakukannya. Rindu melihat dengan takjub. Cara pria itu menggerakkan spatula terlihat sexy dimata Rindu. Ardian mencubit hidungnya, dia pun tersentak dari lamunan. Mereka saling pandang dan tersenyum.

"Ok, selesai!" Ardian berseru setelah menata makanan di meja. Dia terlihat senang karena makan malam hari ini tidak sendirian. Ada Rindu, dan Ardian pasti akan sangat menikmati makanannya.

"Ardi, ini minumannya." Rindu meletakkan glass teapot di meja. Teh hangat yang diberi irisan lemon segar, minuman kesukaan Ardian sejak dulu.

"Kamu masih ingat kesukaanku?"

"Tentu saja," jawabnya tersenyum manis, Ardian membalas senyum itu.

"Baiklah, ayo mulai makan!"

Mereka pun duduk dan mulai menikmati hasil masakan mereka berdua. Makan malam yang sederhana, Ikan goreng dan beberapa tumisan sayuran berbahan seafood.

"Mmmm … ini enak! hebat kamu bisa masak seenak ini. Seperti masakan chef profesional," kicau Rindu dengan ceria.

"Benarkah? kamu bisa makan masakanku setiap hari jika kamu mau?"

"Oya?"

"Tentu, tapi ada syaratnya?"

"Syarat apa?"

"Jadi istriku." 

"Prruuupp … huk … huk … huk .…" Rindu tersedak tepat sedang mengunyah makanan. Ardian bangkit lalu menepuk-nepuk pundak wanita itu.

"Hei, hati-hati … minum ini pelan-pelan." Ardian mengambilkan minuman dan membantu Rindu minum.

"Ini gara-gara kamu becanda kelewatan!" protes Rindu.

"Aku nggak becanda," akunya saat kembali duduk. Matanya menatap Rindu dengan tulus.

"Hahaha, sudahlah, Ardi." Rindu sengaja tertawa untuk menghindari obrolan itu.

"Rin ... aku serius, alasanku datang mencarimu mau menjadikanmu istriku." 

Rindu melirik sebentar lalu membuang napas dan memejamkan mata sesaat. 

"Ardi, aku sudah pernah menikah." Terpancar kesedihan dari sorot mata Rindu.

Ardian mengangguk dan tersenyum tipis. "Aku tahu."

Rindu diam, dia tidak ingin melanjutkan obrolan. Tidak tahu apakah Ardian benar-benar serius dengan perkataannya. Rindu menganggap itu hanyalah candaan. Rindu pikir mungkin Ardian sudah melupakan perasaannya, setelah bertahun-tahun tidak bertemu.

Kenyataannya tidak. Cinta Ardian tidak pernah berubah. Dia benar-benar tulus pada Rindu sejak dulu. Tidak peduli wanita itu pernah menikah atau belum. Tidak ada yang berubah, bahkan cintanya semakin dalam sekarang. Ardian pernah berpikir untuk hidup membujang ketika tahu Rindu telah berkeluarga.

Tidak ada pembicaraan apapun lagi di antara mereka hingga selesai makan. Rindu tampak kehilangan mood-nya. Ardian tidak ingin lagi merusak suasana. Dia membiarkan sementara menunggu waktu yang tepat untuk membicarakannya.

Menunggu sebentar lagi bukan masalah bagi Ardian. 

***

Terpopuler

Comments

delissaa

delissaa

rindu masih trauma lah gak mudah buat Ardi naklukin hati rindu

2022-10-12

2

Rizki Al-Mubarok

Rizki Al-Mubarok

'ke rumah' di pisah kan, Mak? Itu kata tempat, kan?

2022-10-12

1

lihat semua
Episodes
1 Waktunya akan tiba
2 Ingat lagu ini
3 Tidak merindukanku?
4 Mau kemana?
5 Jadilah istriku
6 Memulai lagi
7 Takaran cintanya
8 Tentang Rindu
9 Kisah masa lalu
10 Serangan romantis
11 Ketakutan Rindu
12 Bertemu Kanaya
13 Hatinya terlalu rumit
14 Menuggu dan melupakan
15 Terlambat
16 Sahabat baik
17 Diam-diam
18 Ardian datang
19 Melupakan
20 Berbaikan
21 Give Away karya Baru
22 Sakit perut
23 Cemburu
24 Surprise
25 Senam jantung
26 Apa itu cinta?
27 Menangislah
28 Kelulusan
29 Hatinya lelah
30 Jujur
31 Pertama
32 Rindu pergi
33 Kenangan Rindu
34 Mimpi buruk
35 Pesan masuk
36 Kambuh
37 Gangguan mental
38 Cara cinta
39 Posesif
40 Tempat kerja baru
41 Impian dulu
42 Detak jantung
43 Mentariku
44 Jatuh cinta lagi
45 Reuni
46 Tidak terbebani lagi
47 Rindu di Jerman
48 Gelagat Anton
49 Pengumuman
50 Dijebak
51 Hancur
52 Psikopat
53 Maukah kamu membantu
54 Mainan
55 Serangan
56 Kecupan Terakhir
57 Membekas
58 Kita satu
59 Harus kembali
60 Sisi lain Rindu
61 Calon istri
62 Terluka
63 Diary Ardian
64 Maaf dan terima kasih
65 Tidak cemburu
66 Diikuti seseorang
67 Amukan Bagas
68 Kanaya Hilang
69 Bawa aku
70 Di pelabuhan
71 Misi berhasil
72 Ardian kritis
73 Rahasia mengejutkan
74 Orang tua Ardian
75 Tes DNA
76 Sesuatu yang spesial
77 Kekasih terakhirku
78 Momen bahagia
79 Kita harus bicara
80 Panggilan spesial
81 Hal yang mengganjal
82 Baru menyadari
83 Sudah direncanakan
84 Berjuang
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Waktunya akan tiba
2
Ingat lagu ini
3
Tidak merindukanku?
4
Mau kemana?
5
Jadilah istriku
6
Memulai lagi
7
Takaran cintanya
8
Tentang Rindu
9
Kisah masa lalu
10
Serangan romantis
11
Ketakutan Rindu
12
Bertemu Kanaya
13
Hatinya terlalu rumit
14
Menuggu dan melupakan
15
Terlambat
16
Sahabat baik
17
Diam-diam
18
Ardian datang
19
Melupakan
20
Berbaikan
21
Give Away karya Baru
22
Sakit perut
23
Cemburu
24
Surprise
25
Senam jantung
26
Apa itu cinta?
27
Menangislah
28
Kelulusan
29
Hatinya lelah
30
Jujur
31
Pertama
32
Rindu pergi
33
Kenangan Rindu
34
Mimpi buruk
35
Pesan masuk
36
Kambuh
37
Gangguan mental
38
Cara cinta
39
Posesif
40
Tempat kerja baru
41
Impian dulu
42
Detak jantung
43
Mentariku
44
Jatuh cinta lagi
45
Reuni
46
Tidak terbebani lagi
47
Rindu di Jerman
48
Gelagat Anton
49
Pengumuman
50
Dijebak
51
Hancur
52
Psikopat
53
Maukah kamu membantu
54
Mainan
55
Serangan
56
Kecupan Terakhir
57
Membekas
58
Kita satu
59
Harus kembali
60
Sisi lain Rindu
61
Calon istri
62
Terluka
63
Diary Ardian
64
Maaf dan terima kasih
65
Tidak cemburu
66
Diikuti seseorang
67
Amukan Bagas
68
Kanaya Hilang
69
Bawa aku
70
Di pelabuhan
71
Misi berhasil
72
Ardian kritis
73
Rahasia mengejutkan
74
Orang tua Ardian
75
Tes DNA
76
Sesuatu yang spesial
77
Kekasih terakhirku
78
Momen bahagia
79
Kita harus bicara
80
Panggilan spesial
81
Hal yang mengganjal
82
Baru menyadari
83
Sudah direncanakan
84
Berjuang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!