Semua Tentang Rindu

Semua Tentang Rindu

Waktunya akan tiba

***

Beberapa pasang mata menatap iba pada wanita yang duduk di sisi jendela kaca. Bus antar kota itu sedang melaju di jalan tol. Perjalanan akan ditempuh lebih dari dua belas jam. Gadis kecil dalam pangkuan wanita itu telah tertidur lelap. Barulah dia membiarkan air matanya terjun bebas ke pipi. Menumpahkan segala kesedihan akan penderitaannya selama beberapa tahun ini.

"Kamu kenapa, Nak?" tanya seorang wanita paruh baya yang duduk di bangku sisi lain.

Wanita yang menangis tanpa suara itu menoleh. Bunyi tarikan hidung terdengar karena pernapasannya terganggu. Dia pun menghapus air mata dengan punggung tangannya. "Tidak apa-apa, Bu. Maaf."

"Lagi ada masalah, ya? Kamu mau kemana?" tanya wanita paruh baya itu lagi. Sepertinya dia punya jiwa keingintahuan khas ibu-ibu.

Wanita itu—Rindu tersenyum tipis. Iya, memang dia sedang ada masalah, pelik. Namun, dia juga tidak berkeinginan untuk menceritakan masalahnya pada siapapun. Apalagi pada orang yang baru dia kenal. Maka Rindu hanya menjawab seperlunya saja. "Saya mau pulang ke Jakarta, Bu."

Ibu itu seolah paham kalau Rindu tak ingin terbuka. "Apapun masalah kamu, yang sabar, ya. Tuhan pasti akan kasih jalan yang terbaik. Lapangan dada, ikhlas, semoga dengan begitu tuhan akan memberi ganti yang lebih."

"Makasih, Bu, nasehatnya." Rindu lalu tersenyum paksa membalas kebaikan si ibu. Perkataan ibu itu mungkin hanya basa basi. Tapi Rindu sedikit senang ada yang memperhatikannya.

Percakapan di telepon beberapa jam yang lalu kembali dia ingat. Yang akhirnya membuat Rindu yakin menaiki Bus ini.

"Mas, kamu seharusnya bisa menilai bagaimana sikap ibu kamu padaku. Aku sangat menghargai beliau sebagai ibumu. Bahkan aku menganggap seperti ibuku sendiri, tapi kamu lihat, aku selalu diabaikan. Aku tidak pernah diajak berdiskusi. Kamu juga, apa kamu peduli pada perasaanku. Kamu tidak mau memberikan aku tempat tinggal yang nyaman. Aku bahkan merasa tidak dianggap di rumah ibumu."

"Jadi, kamu benar-benar gak mau tinggal di sini lagi?"

"Mas aku mau, tapi tidak sekarang. Mamaku lebih membutuhkan aku. Kamu aku ajak tinggal di sini sementara, kamu menolak."

"Aku tidak mungkin meninggalkan ibu sendiri!"

"Aku ingat janjimu padaku, jika kondisi sudah tidak memungkinkan kamu mau ikut aku pulang. Di sini peluangnya lebih bagus. Kita bisa mencicil dan menabung lagi. Tapi akhirnya kamu lupa janjimu. Aku mengalah dan ikut pindah ke rumah ibu. Syarat yang kamu janjikan juga kamu lupakan."

Hening.

"Mas, kamu memang tidak bisa mau mengerti keadaan ku. Kamu mengabaikan tanggung jawab kepada istri dan anakmu. Kamu lebih memilih tinggal dengan ibu dan terpisah dari istri juga anakmu."

"Ahhh… sudahlah!" Suara itu terdengar lantang. Tidak lama pertengkaran itu berakhir.

Rindu memutuskan untuk tidur saja sebelum pemberhentian selanjutnya. Tubuhnya juga sudah merasa lelah. Walau ngantuk belum datang, karena terlalu larut dalam pikiran yang kusut. Namun, Rindu akan berusaha istirahat. Putri kecil dalam pangkuan, butuh perhatian. Jika dia sakit, siapa yang akan membantu dalam keadaan seperti ini.

Rindu harus kuat, demi buah hatinya ini.

***

Beberapa bulan kemudian.

"Sayangku ... bunda pulang …!"

Gadis kecil itu berlari dan tertawa riang menghampiri ibunya. Rindu berjongkok membentangkan tangan menangkap putri kesayangannya.

"Ahhh, sayang bunda, kangen ya?" Rindu menciumi wajah gadis kecilnya gemas, dia mendaratkan kecupan di pipi kiri dan kanan.

"Maafkan bunda ya, bunda nggak bisa menemani kamu bermain," ucapnya seraya membelai rambut sang putri. Gadis kecil itu mengoceh entah apa. Sangat mungil, begitu lucu dan cantik. Kulit putih seperti ibunya. Matanya bulat, hidungnya pesek, pipi tembem ada lesung pipi bila tersenyum, sangat menggemaskan.

Rindu bangkit seraya menggendong gadis kecil itu dan menghampiri sang mama. Wanita paruh baya itu menyambut kedatangan Rindu di teras rumah. Kanaya, si gadis kecil bertepuk tangan melonjak kegirangan di gendongan. Rindu

tersenyum, melihat kebahagiaan di wajah putrinya. Dia memastikan putrinya tidak akan kekurangan satu apapun walau tanpa kehadiran sang ayah di sisinya.

Dahlia mendekap Rindu dengan rasa haru. Dia bangga dengan perjuangan putri satu-satunya ini. Selain membiayai kebutuhan keluarga dan menyekolahkan adik-adiknya hingga kuliah. Rindu juga harus merawat putri kecilnya dan memberikan kasih sayang yang cukup.

Sebenarnya Dahlia tak ingin Rindu terlalu bekerja keras. Namun, anak itu bersikeras, karena mengingat dulu beberapa tahun ini dia tak bisa membantu keuangan keluarganya. Hidup Rindu sebelumnya tidak begitu baik.

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini, Rin?" tanya Dahlia lembut dengan nada keibuan.

"Seperti biasa, Ma."

"Kamu lelah, Sayang. Jika ada waktu luang beristirahatlah. Jangan terlalu lelah, kesehatanmu sangat penting. Ada anak yang harus kamu jaga."

"Iya, Ma. Rin pasti ingat pesan, Mama." Rindu memberikan senyuman terbaik, memberi ketenangan untuk mamanya.

"Oya, Ma. Rin dapat tawaran pekerjaan di sebuah Cafe. Jadwalnya Sabtu dan Minggu malam. Sebagai pekerja paruh waktu. Tapi sepertinya Rin hanya mau ambil yang hari Sabtu aja."

"Apa kamu bisa Sayang? pekerjaanmu sekarang sudah sangat berat."

"Bisa Ma ... cuma seminggu sekali aja kok, hari minggunya Rin masih bisa istirahat. Dan itu waktu untuk menemani gadis kecil kesayanganku ini," ucap Rindu sambil mencium pipi putrinya gemas.

"Ya sudah kalau gitu ... tapi kamu harus janji sama mama, jika kamu tidak sanggup kamu harus berhenti. Jangan memaksakan diri ya, Sayang."

"Iya Ma ...." Rindu mengecup pipi mamanya.

"Mama bersyukur mempunyai putri seperti kamu."

"Rindu juga bersyukur, Mama adalah Mama Rindu, Mama yang penyayang dan perhatian. Mama tempat aku berlindung, tempatku mencurahkan segalanya. Mama yang selalu membuatku kuat. Rindu sayang Mama, banyak, banyak sekali ... sebanyak ini!" Rindu tidak henti hentinya mengecup pipi Dahlia. Membuat nenek dari Kanaya itu kegelian.

"Ooww ... anak kesayangan mama."

Mereka saling merangkul, Kanaya yang berada di gendongannya menggeliat di tengah mereka. Gadis kecil itu mengoceh seperti mengatakan sesuatu. Rindu dan Dahlia tertawa gemas dan mencubit pipi tembem milik Kanaya. Untuk sekarang ini, Kanaya adalah kekuatan terbesar Rindu saat menghadapi kenyataan hidup.

Dahlia, wanita paruh baya itu sebenarnya sangat merasa kasihan dengan putri satu-satunya. Walaupun Dahlia selalu melihat senyuman di wajah Rindu. Namun, ia mengerti bahwa putrinya itu sangat tersiksa. Tapi selalu terlihat tetap tegar. Rindu adalah anak yang baik, selalu peduli dengan orang disekitarnya. Sangat menyayangi keluarga dan bisa menempatkan dirinya. Dahlia hanya bisa memberi dukungan, apapun keputusan yang Rindu ambil untuk kebahagiaannya.

Disisi lain, dari dalam sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari rumah Rindu. Seorang pria sedang melihat pemandangan bahagia. Dia terus memperhatikan hingga kedua wanita dan gadis kecil itu masuk ke dalam rumah. Dia melihat dengan rasa haru.

Dialah sosok pria tampan yang jarang sekali memperlihatkan senyuman. Pria hebat yang selalu bersikap dingin. Ini pertama kali baginya kembali melihat Rindu setelah sekian lama. Dia hanya bisa melihat dari kejauhan. Merasa tidak berhak untuk menghampiri. Sebenarnya ia Ingin berlari dan segera memeluk Rindu. Melepaskan rasa yang selama ini dia pendam.

Pria itu seperti pengecut yang bersembunyi di dalam mobilnya. Wajahnya terlihat lelah, matanya memerah, tangannya mengepal. Sekuat tenaga dia menahan gejolak di dalam hatinya. Penyesalannya masih tersisa. Sangat ingin melangkah maju. Namun, begitu takut menghadapi kemungkinan buruk nantinya.

Bayangan masa lalu kembali terlintas di benaknya. Tentang kenangan indah yang sulit dilupakan selama ini. Hidupnya selalu dibayangi akan kenangan itu. Ia seperti terperangkap di dalamnya. Kata-kata maaf terus terucap dalam hatinya. Dia ingin segera maju untuk segera melindungi Rindu. Saat ini dia hanya perlu bersabar, sebentar lagi waktunya akan tiba.

"Jalankan mobilnya!"

***

Terpopuler

Comments

Tin

Tin

kenapa aku jadi ingat Ardian dan rindunya 🤣🤣🤣

2022-11-07

0

Ayuk Noy

Ayuk Noy

aku mampir kak🥰

2022-11-05

1

Seuntai Kata

Seuntai Kata

Assalamualaikum, aku mampir Mam😉😊🙏.

Baru awal cerita udah Rindu yah, gimana nantinya. Pasti Rindu berat nih😅

2022-10-20

1

lihat semua
Episodes
1 Waktunya akan tiba
2 Ingat lagu ini
3 Tidak merindukanku?
4 Mau kemana?
5 Jadilah istriku
6 Memulai lagi
7 Takaran cintanya
8 Tentang Rindu
9 Kisah masa lalu
10 Serangan romantis
11 Ketakutan Rindu
12 Bertemu Kanaya
13 Hatinya terlalu rumit
14 Menuggu dan melupakan
15 Terlambat
16 Sahabat baik
17 Diam-diam
18 Ardian datang
19 Melupakan
20 Berbaikan
21 Give Away karya Baru
22 Sakit perut
23 Cemburu
24 Surprise
25 Senam jantung
26 Apa itu cinta?
27 Menangislah
28 Kelulusan
29 Hatinya lelah
30 Jujur
31 Pertama
32 Rindu pergi
33 Kenangan Rindu
34 Mimpi buruk
35 Pesan masuk
36 Kambuh
37 Gangguan mental
38 Cara cinta
39 Posesif
40 Tempat kerja baru
41 Impian dulu
42 Detak jantung
43 Mentariku
44 Jatuh cinta lagi
45 Reuni
46 Tidak terbebani lagi
47 Rindu di Jerman
48 Gelagat Anton
49 Pengumuman
50 Dijebak
51 Hancur
52 Psikopat
53 Maukah kamu membantu
54 Mainan
55 Serangan
56 Kecupan Terakhir
57 Membekas
58 Kita satu
59 Harus kembali
60 Sisi lain Rindu
61 Calon istri
62 Terluka
63 Diary Ardian
64 Maaf dan terima kasih
65 Tidak cemburu
66 Diikuti seseorang
67 Amukan Bagas
68 Kanaya Hilang
69 Bawa aku
70 Di pelabuhan
71 Misi berhasil
72 Ardian kritis
73 Rahasia mengejutkan
74 Orang tua Ardian
75 Tes DNA
76 Sesuatu yang spesial
77 Kekasih terakhirku
78 Momen bahagia
79 Kita harus bicara
80 Panggilan spesial
81 Hal yang mengganjal
82 Baru menyadari
83 Sudah direncanakan
84 Berjuang
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Waktunya akan tiba
2
Ingat lagu ini
3
Tidak merindukanku?
4
Mau kemana?
5
Jadilah istriku
6
Memulai lagi
7
Takaran cintanya
8
Tentang Rindu
9
Kisah masa lalu
10
Serangan romantis
11
Ketakutan Rindu
12
Bertemu Kanaya
13
Hatinya terlalu rumit
14
Menuggu dan melupakan
15
Terlambat
16
Sahabat baik
17
Diam-diam
18
Ardian datang
19
Melupakan
20
Berbaikan
21
Give Away karya Baru
22
Sakit perut
23
Cemburu
24
Surprise
25
Senam jantung
26
Apa itu cinta?
27
Menangislah
28
Kelulusan
29
Hatinya lelah
30
Jujur
31
Pertama
32
Rindu pergi
33
Kenangan Rindu
34
Mimpi buruk
35
Pesan masuk
36
Kambuh
37
Gangguan mental
38
Cara cinta
39
Posesif
40
Tempat kerja baru
41
Impian dulu
42
Detak jantung
43
Mentariku
44
Jatuh cinta lagi
45
Reuni
46
Tidak terbebani lagi
47
Rindu di Jerman
48
Gelagat Anton
49
Pengumuman
50
Dijebak
51
Hancur
52
Psikopat
53
Maukah kamu membantu
54
Mainan
55
Serangan
56
Kecupan Terakhir
57
Membekas
58
Kita satu
59
Harus kembali
60
Sisi lain Rindu
61
Calon istri
62
Terluka
63
Diary Ardian
64
Maaf dan terima kasih
65
Tidak cemburu
66
Diikuti seseorang
67
Amukan Bagas
68
Kanaya Hilang
69
Bawa aku
70
Di pelabuhan
71
Misi berhasil
72
Ardian kritis
73
Rahasia mengejutkan
74
Orang tua Ardian
75
Tes DNA
76
Sesuatu yang spesial
77
Kekasih terakhirku
78
Momen bahagia
79
Kita harus bicara
80
Panggilan spesial
81
Hal yang mengganjal
82
Baru menyadari
83
Sudah direncanakan
84
Berjuang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!