"Ardi, lihatlah ini."
Sebuah komputer tablet di arahkan ke hadapan Ardian oleh asisten kepercayaannya. Matanya melirik sekilas lalu melihat foto di layar tablet itu. Ardian yang sedari tadi sibuk dengan pekerjaannya tertarik untuk melihat. Ia mengulurkan tangan meminta tablet itu. Setelah menggeser dua foto di layar itu bolak balik sebanyak tiga kali, lalu kembali diserahkan pada asistennya. Terlihat senyum tipis di sudut bibir pria itu.
"Apa yang akan kamu lakukan?" Eja, sang asisten kepercayaan memulai pembicaraan.
"Kapan foto itu diambil?" tanyanya datar menopang punggung tangannya ke dagu.
"Tadi siang, Dika kebetulan berada di sana dan mengambil beberapa foto."
"Jadi, dia telah bebas? Apakah sudah ada keputusan?"
"Dari informasi yang Dika dapat, hari ini adalah hari putusan terakhir. Dan bisa dipastikan bahwa hakim menyetujui segala tuntutan."
Ardian tersenyum tipis, akhirnya waktu ini datang juga. Harapannya sebentar lagi akan terwujud. Rasa percaya dirinya mulai bangkit.
"Terus awasi dia. Laporkan setiap kegiatannya sesegera mungkin. Cukup pastikan dia baik-baik saja," titah Ardian dingin dengan tubuhnya yang tegap.
"Baiklah, saya keluar dulu." Eja pun keluar meninggalkan ruangan.
Eja adalah asisten juga
sahabat Ardian semenjak kuliah, dia sangat mengerti dengan jelas bagaimana sepak terjang Ardian selama ini. Cara kerja Ardian terkesan santai namun terstruktur dengan rapi. Tidak pernah gegabah mengambil keputusan yang membuat Ardian berhasil menjadikan perusahaan ini semakin berkembang.
Semenjak menjalin pertemanan dengan Ardian, Eja setia menjadi tempat curhat sang 'Big Bos'. Hingga akhirnya dia dipercaya menjadi asisten yang membantu segala pekerjaan di kantor hingga urusan pribadi.
'EM entertainment', satu diantara lima agensi hiburan terbesar di Indonesia. Pencapaian ini semua berkat kerja keras Ardian dan campur tangan Eja yang pintar mengatur segalanya. Ardian resmi diangkat sebagai CEO perusahaan ini tiga tahun yang lalu oleh ayahnya.
Setelah Eja keluar dari ruangan, Ardian membuka laci meja kerjanya. Mengambil selembar foto yang terselip di dalam sebuah buku. Lalu menelepon sekretarisnya yang berada di luar.
"Bawakan pigura ukuran 4R segera." Panggilan itu ditutup tanpa banyak kata.
Lima belas menit kemudian sang sekretaris membawakan permintaannya. Lalu Ardian memasangkan foto yang tadi diambil dari buku ke dalam pigura itu. Kemudian meletakkan foto di meja menghadap padanya. Supaya bisa dia lihat foto ketika sedang bekerja.
Ardian tersenyum melihat foto di hadapannya. Terkenang saat dia menyimpan sebuah momen di masa silam. Setelah sekian lama foto itu akhirnya bisa dipajang. Kali ini dia bisa melihat sepuas hati. Sebentar lagi sosok yang ada di foto tersebut akan ada di hadapannya.
Pikiran Ardian mulai menjelajah ke masa lalu. Masa dimana kenangan manisnya di mulai ketika masih duduk di bangku SMA. Dari awal pertemuan hingga akhirnya kehilangan kontak dengan sang sahabat. Delapan tahun sudah Ardian menyimpan kisah hidup yang telah merubahnya. Kekecewaan dan penyesalan kembali menyelimuti hatinya. Selama delapan tahun, kenangan indah itu selalu dia ingat.
Ardian mendekap fotonya bersama Rindu saat di taman hiburan dulu. Dia bersandar di kursi kebesarannya menengadah ke langit-langit. Perlahan cairan bening meluncur dari pelupuk matanya. Dia memejamkan mata memutus aliran air hangat itu. Dia seorang laki-laki hebat yang bisa menjadi lemah karena Cinta.
"Delapan tahun, waktu yang aku habiskan tanpa dirimu tidaklah mudah, Rindu. Selama delapan tahun ini juga aku memendam rasa cinta yang semakin lama semakin dalam. Aku menyesali kebodohanku yang terlambat menyadari cinta yang sebenarnya. Aku sangat merindukan kamu. Saat aku tau kamu telah bahagia, aku menyerah. Mencoba melupakan dan menyimpan baik-baik kenangan kita. Ternyata kamu begitu menderita selama ini. Andai saja aku menemukan kamu lebih awal, mungkin sekarang kita sudah bahagia dengan keluarga kecil kita."
***
Beberapa hari kemudian.
Semua karyawan yang ada di lobi kantor Big entertainment menunduk memberi hormat kepada atasan mereka. Ardian berjalan tanpa menoleh pada siapa pun. Tubuhnya proporsional tegap dan atletis. Ekspresi wajahnya selalu terlihat dingin tidak pernah tersenyum. Namun, wajah dingin itu semakin memancarkan aura ketampanan. Pengagumnya kebanyakan adalah karyawan wanita.
"Tujuannya kemana, Bos?" tanya Eja sang asisten. Mereka sudah berada di mobil.
"Cafe biasa," jawab Ardian datar.
Sang asisten mengangguk lalu memberi perintah pada sang sopir untuk segera jalan. Ardian bersandar memejamkan mata mengusir lelahnya hari ini.
Sesampainya di cafe yang dimaksud Ardian, dia memerintahkan kedua bawahannya untuk pulang dan meninggalkan mobil. Kemudian Ardian mengacak-acak rambutnya yang panjang hingga menutupi kuping dan kening. Lalu mengambil kacamata berbingkai tebal dan memakainya. Dalam hitungan menit dia mengubah penampilan agar tidak ada yang mengenali.
Ardian memasuki cafe dan duduk di meja paling belakang dekat jendela. Dia mengedarkan pandangan mencari sosok wanita yang sudah bekerja selama sebulan di cafe ini. Selama sebulan ini juga Ardian selalu datang walau hanya sekedar melihat wajah wanita itu.
Tidak lama seorang waiters wanita datang menghampirinya. Setelah memesan makan ringan dan minum dari menu, dia sempat bertanya tentang keberadaan Rindu. Hari ini jadwal kerja part time Rindu di Cafe ini.
"Kak Rindu belum datang, Pak," jawab waiters itu, dia berpikir mungkin pelanggan yang ini adalah penggemarnya Rindu.
Ardian mengangguk dan berterimakasih.
Hampir satu jam Ardian menunggu. Namun, Rindu tak kunjung datang. Pengunjung juga sudah mulai banyak.
Tidak lama Rindu datang menaiki panggung dan disambut sorak sorai pengunjung. Rindu bekerja sebagai penyanyi di Cafe itu. Hanya malam Minggu, hari dimana anak-anak muda keluar bersantai.
Musik pun dimainkan. Rindu menyanyikan lagu pertamanya. Dengan tenang Ardian mendengarkan. Suara Rindu masih seperti dulu, malahan sekarang lebih indah di pendengarannya. Lalu Ardian memanggil waiters tadi meminta kertas dan pulpen dan menuliskan request lagunya. Ardian menyerahkan dua lembar kertas, satunya tertulis judul lagu permintaanya. Dan satu lagi untuk diberikan pada penyanyi saat lagu itu selesai.
Saat membaca kertas pertama, Rindu terdiam seakan memikirkan sesuatu. Dia sempat bertanya siapa yang memintanya menyanyikan lagu itu. Mereka menolak memberi tahu sebelum lagu itu selesai. Rindu mengedarkan pandangannya menebak orangnya. Tidak lama dia pun mulai menyanyi.
Kekasih bayangan by Cakra Khan
Padamu pemilik hati yang tak pernah ku miliki
Yang hadir sebagai bagian dari kisah hidupku
Engkau aku cinta dengan segenap rasa di hati
Slalu ku mencoba menjadi seperti yang engkau minta
Aku tahu engkau sebenarnya tahu
Tapi kau memilih seolah engkau tak tahu
Kau sembunyikan rasa cintaku
Di balik topeng persahabatanmu yang palsu
Kau jadikan aku kekasih bayangan
Untuk menemani saat kau merasa sepi
Bertahun lamanya kujalani kisah cinta sendiri
Ardian membatin.
"Kamu ingat lagu ini, Rin? Lagu yang pernah kamu nyanyikan untukku dulu. Lagu yang membuat aku menyadari cintaku padamu. Kamu benar, cinta akan membawa kebahagiaan dan juga kesakitan. Cinta itu tidak bisa ditebak, datang dan pergi tanpa permisi. Cinta yang sebenarnya akan mengikat jiwa, memenuhi semua pikiran, cinta memiliki ruang tersendiri di dalam hati."
"Kamu harus tahu sekarang, cinta itu benar-benar mengikat jiwaku, memenuhi semua pikiranku akan dirimu. Kamu bilang mungkin cinta itu sudah datang padaku tapi aku tidak sadar. Benar, aku tidak menyadarinya. Cintaku datang terlambat Rindu, sekarang aku siap mendatangimu."
Pandangan Ardian tidak lepas dari Rindu. Dia memuji kecantikan wanita itu sama seperti dulu, hanya saja sekarang terlihat lebih dewasa. Tergores kesedihan di wajah Rindu, dia menghayati setiap bait lagu yang dinyanyikan.
Tepukan tangan bergemuruh dari pengunjung di akhir lagu. Suara Rindu mampu menyihir telinga pendengarnya, sama seperti dulu. Tidak ada kata bosan bagi mereka yang mengaguminya. Kemudian Rindu menerima secarik kertas lagi. Kertas kedua yang diberikan Ardian. Rindu membaca.
'Aku disini. Di meja paling ujung dekat jendela, cewek galak.'
'Dodol resek.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Seuntai Kata
Aku datang lagi Mam😉🤗. Semangat yah, aku suka ceritanya. Sampai-sampai, aku bisa merasakan dan membayangkan isi ceritanya 😍
2022-10-23
1
delissaa
aq merinding ih
2022-10-10
2
Rizki Al-Mubarok
Jadi gini cara nulis surat di novel, ya?
2022-10-09
1