Terpaksa Turun Ranjang

Terpaksa Turun Ranjang

1. Mau Pindah

“Zey, Mama sudah ngobrol dengan Mbak kamu agar kamu bisa menumpang tinggal saja dengan dia selama di Jakarta.”

Begitu ucap Dian saat menghampiri Zeya yang sedang belajar di kamarnya.

Seketika Zeya memutar kepala menghadap Dian. Mamanya sudah duduk di sudut kasur. Dan Zeya melihat sang Mama dari kursi belajarnya.

“Tinggal bareng Mba Ambar?” Kedua alis Zeya naik. “Maa, nge-kost atau ngontrak aja deh.”

“Ihhh, Mama sudah survei. Kalau nge-kost atau ngontrak lumayan mahal loh, Zey. Itu si Keisha tetangga kita ngekost di apartemen bayarnya lima juta per-bulan.” Mata Mama melotot lebar setiap kali bicara. Benar-benar ciri khas ibu-ibu yang pusing setiap kali membicarakan uang. “Lagipula, suami Ambar itu banyak uang, dia juga nggak keberatan kalau kamu tinggal bersama mereka. Untuk beberapa tahun saja, Zey, menyelesaikan pascasarjana kan, cuma sebentar.”

“Kata Mama cuma sebentar, bagiku luama banget kalau tinggal dengan Mba Ambar dan suaminya. Mama tahu sendiri kan, aku nggak deket dengan suami Mba Ambar yang kaku itu. Dan lagi, suami Mba Ambar itu Dosen di kampus aku nanti, Ma.”

“Loh, bukannya malah bagus ya. Kamu bisa jadi nebeng dengan Digta setiap mau ke kampus.”

“Yee, Mama kalau ngomong mah, enak.”

“Coba deh kamu pikir-pikir lagi. Belum lagi biaya nge-kost, makan sehari-hari, transportasi. Lumayan banyak juga pengeluaran Mama tahu. Kalai tinggal dengan Mba Ambar semuanya geratis.” Dian mulai sewot sambil bersedekap. “Yah, kecuali …. Kamu mau jatah bulanan kamu di potong untuk nge-kost, transportasi dan lain-lain.”

“Ih, Mama ….” Zeya menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil. “Dulu waktu Mba Ambar kuliah di luar kota nggak gini-gini amat. Kenapa giliran aku jadi di anak tirikan, sih?”

“Karena Ambar itu dapat beasiswa, dan dapat jatah bulanan dari kampus, dan juga Ambar itu punya inisiatif untuk cari kerja sendiri. Nggak seperti kamu, kamu mah maunya hidup enak terus.” Dian menyindir sarkastis. Sudah biasa bagi Zeya kalau Mama dan Papanya suka membanding-bandingkan kehebatan Ambar dan dirinya.

Zeya memonyongkan bibirnya.

“Mama tunggu keputusan kamu pukul sepuluh malam ini.”

“Ha?” Zeya menatap jam dinding. “Mama cuma kasih aku waktu berpikir selama setengah jam?”

“Lebih cepet, lebih bagus, Zey. Jadi, Mama dan Papa bisa langsung belikan kamu tiket pesawat. Mumpung lagi promo tahu!”

“Ih, irit sama pelit itu beda tipis, Maaaa!”

“Yang penting kehidupan kamu terjamin, Zey. Yaudah ah, Mama dan Papa tunggu di ruang tamu. Ingat loh, cuma sampai pukul sepuluh malam.” Mama mendipkan sebelah mata sebelum keluar dari kamar Zeya.

Zeya cemberut sembari mengacak-acak rambutnya frustrasi.

Bagaimana mungkin dia bisa tinggal bersama Ambar dan suaminya yang kebetulan adalah Dosen di tempatnya kuliah nanti. Ditambah lagi, suami Ambar adalah laki-laki yang jutek, dan kaku. Zeya sendiri bingung menempatkan diri di rumah Ambar nanti. Pasti akan banyak larangan-larangan yang membuat hidup Zeya jadi tidak sebebas saat di sini.

Ahhh, memikirkan Zeya tidak bisa dugem lagi sampai dini hari membuat kepalanya ingin pecah.

Padahal, itu kan, hal yang seru. Huh!

****

Pukul sepulu malam teng! Zeya keluar dari kamar dengan langkah terseok-seok dan wajah sedih ketika menghampiri kedua orangtuanya yang sedang suduk di ruang tamu.

Zeya pun ikut duduk di sofa seberang orangtuanya.

“Gimana?” Tanya Dian sambil menahan tawanya. Sudah cukup selama ini Zeya hidup bebas di sini dan dimanja. Sudah waktunya Zeya hidup tanpa orangtuanya dan tidak bermanja-manja lagi.

“Yaudah,” kata Zeya akhirnya dengan wajah sedih.

“Gimana apanya?” Tanya Agung santai sambil fokus meng-scroll ponselnya dan melihst berita-berita di facebook.

“Aku terima tawaran Mama dan Papa untuk tinggal dengan Mba Ambar. Tapiii….” Zeya membesarkan suaranya di kata terakhir. “Uang jajanku harus nambah ya!”

Agung berhenti menatap ponsel dan menatap Zeya dengan mata menyipit tajam. “Uang jajan ditambah untuk apa? Agar kamu bisa keluyuran nggak jelas di Jakarta? Ingat loh, Dek, kamu pikir kamu bakalan bisa bebas di sana? Digta itu didikannya militer, dia pasti sangat hidup teratur.”

Zeya cemberut. “Iya, paham. Sudah aku bayangkan hidupku menderita di sana.”

“Terus, untuk apa uang jajan ditambah?”

“Papa nggak gaul banget, sih. Di Jakarta banyak toko-toko branded loh. Uangnya untuk belanja keperluan aku pribadi.”

Agung menarik napas dalam-dalam. “Yasudah, oke. Papa setuju.”

Zeya tersenyum semringah. “Papa emang Papa Zey yang terbaik.” Zeya menghampiri Agung dan menggoyang-goyangkan kumis tipis Agung.

“Kalau gitu kita deal dan Papa bisa langsung pesan tiket pesawat kamu untuk berangkat besok ya,” kata Papa lagi.

“Kok cepet banget?”

“Untuk prepare di sana. Bukannya harus daftar ulang ke kampusnya langsung ya?”

“Oh, iya ya. Heheh.”

“Yasudah, ini berangkat pukul sembilan pagi ya.”

“Ih, Papa dan Mama ini memang sengaja mau mengusir aku cepat-cepat dari rumah, kan?”

Dian terkekeh geli. “Bukan begitu, Papa dan Mama juga butuh waktu berdua-duan tanpa anak-anak.”

“Dihhh, geli bangetttt.”

“Hahaha.” Papa tertawa. “Kok syirik, sih.”

“Tau ah, mau beresin barang-barang dulu, agar bisa cepat-cepat pergi dari sini.” Zeya berkelakar sambil memeletkan lidah dan beranjak meninggalkan orangtuanya.

***

Zeya mengeluarkan pakaiannya dari dalam lemari dan menyusunnya di koper. Tapi tetap saja perasaannya tidak tenang.

Zeya mengambil ponsel di kasur dan menghubungi Ambar.

Pada deringan kelima panggilannya baru diangkat.

“Sorry, Ze. Ciya baru tidur,” sahut Ambar setelah tersambung.

“Nggak apa-apa, Mba. Kalau Mas Digta, sudah tidur juga?”

“Um, Mas Dipta belum pulang. Lagi ada urusan dengam dosen lain karena lagi akreditas,” jelas Ambar yang membuat Zeya bernapas lega.

“Ooh, begitu. Syukurlah Mas Digta nggak ada, karena aku lagi mau ngegossipin dia.”

Ambar terkekeh geli. “Mau gossipin apaan, sih?”

“Mba beneran sudah izin ke Mas Digta tentang aku yang akan tinggal di di rumah Mba dan Mas Digta?”

“Iya, sudaah.”

“Mas Digta nggak keberatan?”

“Enggak dong, kenapa harus keberatan?”

“Huf, tapi aku takut harus satu rumah dengan Mas Digta. Sepertinya, dia itu galak ya, Mba?”

Ambar tertawa kecil lagi. “Kamu kan, belum tahu bagaimana sifat aslinya Mas Digta, jadi nggak boleh berasumsi negatif. Mas Digta itu laki-laki yang baik dan lembut.”

“Tapi, Mba tahu nggak…. Aku lihat ulasan di google tentang fakultas kampusku nanti, dan rata-rata mereka komentarin Mas Digta sebagai Dosen galak nggak ada adab.”

“Ah, perasaan kamu saja. Lagipula, kalau kamu tinggal di rumah ini jadi lebih mudah pergi ke kampus. Bisa barengan sekalian dengan Mas Digta.”

Memikirkan pergi bareng Abang Ipar paling jutek bikin Zeya sudah merinding duluan.

“Huh, apa nggak punya pilihan lain selain tinggal dengam Mba Ambar? Pasti ini salah satu rencana Papa dan Mama agar aku nggak bisa hidup bebas di Jakarta, kan? Apalagi, Papa bilang kalau kehidupan Mas Digta itu militer.”

“Hahaha.” Ambar tak berhenti tertawa. “Mba yakin kamu bakal suka dengan Mas Digta, Zey.”

“Ih, kenapa harus suka dengan laki-laki yang sudah beristri.” Zeya mulai ngawur karena otaknya sudah mumet memikirkan hal ini.

Terpopuler

Comments

Fi Fin

Fi Fin

kok ortunya zeya ga peka ya ..bukanya resiko ya kalo adek perempuan tinggal sama kakak pere.puan yg sdh menikah

2024-05-03

0

bu anto

bu anto

ninggal jejak dulu ya

2023-02-03

0

mayza delita

mayza delita

ketemu 😁

2023-02-02

1

lihat semua
Episodes
1 1. Mau Pindah
2 2. Pindah
3 3. Serumah Dengan Ipar Galak
4 4. Ke Kampus Bareng Kakak Ipar Galak
5 5. Dosen Monster Titisan Jin Tomang
6 6. Kakak Ipar Menyebalkan!
7 7. Kuliah Pertama With Dosen Killer
8 8. Mampus Lah Zeya!
9 9. Pokoknya Zeya mau Pindaaah!
10 10. Tuh, kan! Ngambek lagi.
11 11. Zeya Menghilang!
12 12. Dijemput Cowok
13 13. Pingsan!
14 14. Ambar dan Rahasianya
15 15. Tangisan
16 16. Zeya Jail
17 17. Ribut Lagi-Ribut Lagi!
18 18. Pengakuan Yang Akhirnya Terkuak
19 19. Penyakit Ambar
20 20. Permintaan Ambar
21 21. Jangan jodohkan kami!
22 22. Terjebak Dalam Bayangan Semu
23 23. Bukan Terjebak Dalam “CINTA”
24 24. Napas Buatan
25 25. Ambar Atau Zeya?
26 26. Merasa Frustrasi
27 27. Menyusul Ambar
28 28. Terpaksa Turun Ranjang
29 29. Kepergian Ambar
30 30. Kehadiran Mertua
31 31. Alergi
32 32. Kembali ke Aktivitas.
33 33. Tugas Dari Dosen Killer
34 34. Tamparan Keras
35 35. Tidur Sekamar
36 36. Izin
37 37. Bertemu Di Pesta
38 38. Zeya si Dungu, Digta si Pemarah
39 39. Digta Mesuummmm!
40 40. Menjemput Bu Kiara
41 41. Tiba-tib Dicium
42 42. Bertemu Di Bioskop
43 43. Kesalahan Zeya?
44 44. Perdebatan Tanpa Henti
45 45. Kabar Bahagia
46 46. Kembali Ke Rumah
47 47. Beraninya Mencium Istriku!
48 48. Polisi
49 49. Bebasnya Digta
50 50. Antara Dua Pilihan
51 51. Zega si Brengsek
52 PENGUMUMAN
53 Pengakuan Mengejutkan.
54 Menjebol Pertahanan
55 Suasana Yang Canggung
Episodes

Updated 55 Episodes

1
1. Mau Pindah
2
2. Pindah
3
3. Serumah Dengan Ipar Galak
4
4. Ke Kampus Bareng Kakak Ipar Galak
5
5. Dosen Monster Titisan Jin Tomang
6
6. Kakak Ipar Menyebalkan!
7
7. Kuliah Pertama With Dosen Killer
8
8. Mampus Lah Zeya!
9
9. Pokoknya Zeya mau Pindaaah!
10
10. Tuh, kan! Ngambek lagi.
11
11. Zeya Menghilang!
12
12. Dijemput Cowok
13
13. Pingsan!
14
14. Ambar dan Rahasianya
15
15. Tangisan
16
16. Zeya Jail
17
17. Ribut Lagi-Ribut Lagi!
18
18. Pengakuan Yang Akhirnya Terkuak
19
19. Penyakit Ambar
20
20. Permintaan Ambar
21
21. Jangan jodohkan kami!
22
22. Terjebak Dalam Bayangan Semu
23
23. Bukan Terjebak Dalam “CINTA”
24
24. Napas Buatan
25
25. Ambar Atau Zeya?
26
26. Merasa Frustrasi
27
27. Menyusul Ambar
28
28. Terpaksa Turun Ranjang
29
29. Kepergian Ambar
30
30. Kehadiran Mertua
31
31. Alergi
32
32. Kembali ke Aktivitas.
33
33. Tugas Dari Dosen Killer
34
34. Tamparan Keras
35
35. Tidur Sekamar
36
36. Izin
37
37. Bertemu Di Pesta
38
38. Zeya si Dungu, Digta si Pemarah
39
39. Digta Mesuummmm!
40
40. Menjemput Bu Kiara
41
41. Tiba-tib Dicium
42
42. Bertemu Di Bioskop
43
43. Kesalahan Zeya?
44
44. Perdebatan Tanpa Henti
45
45. Kabar Bahagia
46
46. Kembali Ke Rumah
47
47. Beraninya Mencium Istriku!
48
48. Polisi
49
49. Bebasnya Digta
50
50. Antara Dua Pilihan
51
51. Zega si Brengsek
52
PENGUMUMAN
53
Pengakuan Mengejutkan.
54
Menjebol Pertahanan
55
Suasana Yang Canggung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!