Ketika akhir pekan tiba, biasanya aku tidur sampai siang. Hanya bangun untuk sholat Subuh. Namun tidur ku kali ini tidak terlalu nyenyak, dikarenakan dering telepon yang berbunyi sejak tadi. Padahal hari ini merupakan nikmat besar bagiku untuk tidur sesuai keinginanku, dikarenakan sedang mendapat tamu bulanan. Menutup bantal di telinga hanya membuat kesabaran semakin terkuras. Aku beranjak dari tidur sambil mencari handphone di nakas. Benda pipih persegi panjang berwarna coklat tua itu bergetar, tertera nama 'princess Alesha' di layar handphone.
Bisakah anak itu sekali saja membuat hidupku tenang? aku hanya ingin tidur nyenyak. Itu aja nggak lebih.
Aku langsung menggeser panel hijau, lalu wajah Alesha langsung muncul di layar handphone ku. Sepertinya anak itu sengaja melakukan panggilan video whatsapp, hanya untuk memastikan jika kembarannya tidak berbohong ketika dia ingin meminta bantuan. Alesha sekalinya menghubungi ku bukan karena dia perhatian. Melainkan sengaja membuat hidupku kesulitan. Itulah hobi terburuknya yang orang lain tidak tahu.
"Ada apa sih, pagi-pagi udah video call? Aku bukan driver pribadi kamu." Tanyaku ketika panggilan video berlangsung.
"Paginya kamu jam segini, siangnya jam berapa Al?" Alesha malah bertanya balik.
"Udah deh nggak usah berbelit-belit, cepetan mau jemput dimana?" tanyaku agak emosi. Setiap hari Minggu pagi Alesha memiliki jadwal pemotretan majalah. Wajah sekaligus tinggi badan Alesha memang sangat mendukung untuk menjadi seorang model. Dia malah terkekeh pelan.
"Aku belum bilang aja, kamu udah tahu." Katanya. Aku hanya berdecak kesal.
"Kamu buang nafas aja, aku tau apa yang kamu pikirkan." Kataku.
"Cepat, tolong kirim alamatnya!" kataku. Dia mengangguk setuju dan menutup panggilan video secara sepihak. Alesha mengirimkan alamat lewat pesan whatsapp.
^^^Princess Alesha : Arka Studi*, di Jl. Palbatu IV No.8, RT.10/RW.4, Menteng Dalam, Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan. ^^^
Aku langsung mengambil celana jeans berwarna hitam dan black biker jacket. Setelah itu aku ke kamar mandi untuk mandi. Aku bukan perempuan yang suka lama untuk melakukan sesuatu. Setelah lima menit berlalu, aku sudah memakai pakaian sekaligus sepatu boots warna hitam yang masih bersih. Sementara rambutku sengaja aku kepang di bagian atas kanan sampai ujung dekat telinga, lalu membiarkan rambut ku yang curly tergerai.
FYI, Alesha tidak bisa mengendarai motor ataupun mobil. Jadi kemana-mana jika ada urusan mendadak dia menjadikan aku sebagai sopir pribadinya yang tidak dibayar. Dia tidak mampu mengemudi karena dia tidak mau belajar. Alhasil dia menjadi seorang princess yang tidak memiliki darah bangsawan kerajaan.
Ketika di lantai bawah aku mencari kunci mobil, "cari apa Mbak Alisha?" tanya Bibi Nika yang tiba-tiba sudah berada dibelakangku. Entah kenapa ketika orang menghampiriku tanpa aba-aba aku langsung terkejut. Anehnya lagi, ketika orang itu memberikan aba-aba lebih dulu agar tidak mengejutkanku, aku tetap masih terkejut. Beliau merupakan salah satu pekerja terlama di rumah kami semenjak Kak Hanzal Adnan masih berada di dalam kandungan.
"Bibi liat kunci mobil yang sering aku bawa nggak?" tanyaku sambil mencari kunci mobil di semua nakas.
"Mobil lagi nggak ada di rumah semua, Mbak Alisha."
"Apa Mama hari ini juga nggak libur?"
"Katanya ada urusan mendadak,"
"Baiklah, aku pakai motor aja. Kalau Mama atau Papa misalnya nyariin aku, tolong bilangin, kalau aku jemput Alesha." Jelasku. Aku benar-benar melupakan sesuatu, jika aku bukan bagian penting dari mereka.
"Tapi kayaknya Mama atau Papa nggak akan nyariin aku. Karena aku cuman bayangan mereka aja." Lanjutku dengan nada yang cukup pelan.
"Mbak Alisha jangan ngomong kayak gitu." Kata Bibi Nika.
"Tapi itu kenyataannya, Bi. Kalau gitu, aku langsung berangkat. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam," Aku langsung berlari ke garasi untuk memanaskan motor terlebih dahulu. Aku mengambil dua helm, satunya aku pakai dan satunya lagi aku taruh di belakang jok motor Kawasaki Ninja 250 SE ABS. Motor ini bukan milikku, tapi motornya Kak Hanzal. Biasanya kami memanggilnya dengan panggilan Kak Anzal. Pria itu memang suka sekali dengan motor ninja. Terkadang aku menyayangkan sikap Mama kepada kedua anak kesayangan mereka. Yang menjadikan mereka berdua menjadi anak yang manja dan bergantung kepada orang tuanya. Untukku berbeda, aku sangat sulit untuk mendapatkan apa yang aku mau. Aku langsung mengeluarkan motor dari garasi.
Motor membelah jalanan depan rumah, sampai akhirnya aku melajukan motor dengan kecepatan yang agak tinggi. Ketika sampai di tempat tujuan dengan waktu tempuh sekitar 20 menitan, aku melihat Alesha berdiri di depan pintu masuk studio bersama Mama. Sepertinya Mama baru datang. Terlihat dari caranya memeluk Alesha dan mencium kening serta kedua pipinya. Mama memakai hijab yang dipadukan dengan kebaya berwarna mocca. Mama juga memakai high heels setinggi tujuh senti, padahal tinggi Mama tergolong tinggi sekitar 168 senti.
Bagi Mama, Alesha itu seperti satu badan dengan Mama. Kemanapun Mama pergi, disitulah ada Alesha. Alesha benar-benar tumbuh menjadi anak emas dari Mama dan Papa. Aku melajukan motor untuk menghampirinya. Sekalipun hati aku agar tergores sedikit. Seharusnya aku tidak merasakan iri, mengingat aku tumbuh tanpa kasih sayang dari kedua orang tuaku.
"Alisha, kamu disini juga?" tanya Mama agak terkejut. Aku mencabut kunci motor kemudian menstandar motor. Sekalipun aku orang yang selalu bersikap cuek, bukan berarti aku menghilangkan tata krama ke semua orang, apalagi untuk orang tuaku.
"Tadinya Alesha meminta aku untuk jemput kesini. Tapi karena kebetulan ada Mama disini, jadi aku nggak perlu jemput Alesha." Kataku. Keberadaan Mama yang sebenarnya bukanlah kebetulan, tapi kesengajaan. Mama selalu mengantar jemput Alesha kemanapun dia pergi.
"Tunggu," kata Mama menghentikan langkahku. "Kalau saya nggak kesini, apa kamu mau jemput Alesha dengan motor ninja itu? Apa kamu nggak kasihan, jika kulitnya terbakar. Alesha itu seorang model, seharusnya tanpa saya peringatkan kamu sadar itu." Katanya, aku hanya diam tanpa menjawab apapun terkecuali kata Mama yang aku lontarkan. Itupun dengan nada yang cukup rendah. Sementara Alesha hanya terdiam dengan memasang wajah polos nan menyebalkan seperti tidak berdosa.
"Saya nggak mau memperpanjang masalah." Kata Mama. "Ayo sayang, kita pulang! Mama nggak mau kulit kamu kenapa-napa, nanti bisa berdampak buruk dengan karir model kamu." Kata Mama dengan menggandeng tangan Alesha, mereka berjalan ke mobil milik Mama. Mereka pergi begitu saja tanpa bilang sesuatu. Mama selalu menggunakan panggilan saya ketika berbicara dengan semua orang terkecuali keluarga kami. Apa Mama juga menganggapku sebagai orang lain? Entahlah. Semakin memikirkannya, hanya akan terasa menyakitkan.
"Emang dia vampir apa, kulitnya bisa kebakar? Percuma banget aku kesini, kalau orang yang dijemput, bukannya ngomong maaf kek atau apa kek. Malah ditinggal pergi gitu aja." Kataku bermonolog setelah mereka berdua pergi jauh dariku. Aku benar-benar kesal setiap melihat tindakannya yang begitu tidak peduli, seolah dia tidak melakukan kesalahan. Satu lagi, ketika Mama berbicara denganku, beliau selalu memanggil dirinya dengan kata Saya. Disini aku merasa seperti bukan anaknya.
Aku kembali melajukan motor lalu pulang ke rumah. Orang asing berpikir jika memiliki saudara kembar sangat menyenangkan. Namun yang aku dapatkan hanyalah pengasingan. Aku sangat bagi mereka. Terkadang rasa cemburu aku terhadap mereka semua membuat aku semakin cuek tidak peduli apapun. Orang sekitar selalu menganggapku sebagai orang yang cuek dan tidak memiliki perasaan. Padahal aku orang yang perasa sekaligus cepat tanggap dengan menjaga perasaan orang lain.
...__________...
Setelah sampai dirumah aku langsung masuk ke dalam rumah setelah memasukan motor di garasi. Aku tidak melihat mobil yang dipakai Mama. Mungkin mereka sedang pergi. Tapi aku melihat mobil asing di garasi ada sekitar tiga. Ketika aku masuk setelah mengucap salam, semua pria yang mungkin usianya sebaya dengan Kak Hanzal langsung menjawab salam ku dan menoleh ke arahku cukup kompak. Saat ditatap seperti itu, apalagi tatapan mereka seperti menyimpan beribu pertanyaan. Aku langsung enyah dari ruang tamu.
Saat aku berjalan ke dalam rumah, sekilas aku mendengar mereka saling melontar pertanyaan ke Kak Hanzal.
"Dia adik lo atau bukan?"
"Iya dia adik gue, kenapa?"
"Cakep juga, gue pikir lo cuman punya Alesha."
"Nggak dapat Alesha bisalah dapat dia."
"Boleh lah gue deketin?"
"Boleh, ambil aja sana." Kata Kak Hanzal begitu santai. Saat itu aku benar-benar marah. Jika Alesha begitu dilindungi, kenapa aku tidak? Seakan aku hanya orang asing yang dibiarkan mati ketika ada hewan buas ingin memakanku.
"Baiklah, siapa namanya?"
"Alisha,"
"Alisha? Mereka kembar atau bukan."
"Iya mereka kembar." Setelah itu aku langsung melanjutkan langkahku menaiki anak tangga. Aku hanya menghela nafas pasrah. Aku menyalakan AC setelah itu aku berbaring sampai akhirnya tertidur pulas.
...___________...
...To be continoude ...
...Aku akan coba updet setiap hari Sabtu dan Minggu...
...Semoga suka...
...Semoga kalian nggak keblibet dengan nama mereka. ...
...Alisha harus banyakin sabar, dan Alesha tingkatin kepekaannya. ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments