Bab 3

Bulan melihat ayahnya dikuburkan oleh warga dan sekarang tinggal dirinya dan ibunya diatas gundukan tanah basah itu.

Air mata ibunya tidak berhenti mengalir begitu juga dengan Bulan. Setelah lama berada disana, Bulan mengajak ibunya untuk pulang.

Sampai dirumahnya, Ibunya diam dan tidak mau makan apapun, yang tentu saja membuat Bulan menjadi sedih.

"Makanlah sesuatu Bu, ibu belum makan sejak tadi pagi,"

Ibunya diam saja dan tidak bergeming.

"Bu, bapak sudah tiada, Bulan tidak mau kehilangan ibu, jika ibu sakit, maka bulan akan sedih,"

"Ibu lebih baik mati dan menyusul ayahmu bulan. Apa yang kau lakukan dan nama keluarga yang terlanjur rusak, tidak sanggup ibu memikulnya."

Bulan lalu bersujud di kaki ibunya dan menangis sambil memegang telapak kakinya.

"Maafkan bulan Bu, jika saja bulan tidak pergi ke kota, maka semua ini tidak terjadi,"

"Sudah terlambat bulan, kau tidak dengar apa yang dikatakan tetangga? Apakah kau tidak melihat bagaimana mereka melihatmu dan ibu? Mereka terus membicarakan mu dan apa yang kau lakukan disana,"

"Semua itu tidak benar Bu, Bulan dan Seno tidak melakukan apapun, dan Bulan juga tidak tahu bagaimana semua itu bisa terjadi,"

"Tidak bulan, berita itu tersebar dan suamimu menceraikanmu karena kau tidak bisa menjaga dirimu....Bulan...kenapa kau lakukan itu? Apa yang salah dalam aku mendidikmu Bulan...."

"Ibu...kenapa berbicara begitu? Bulan tidak melakukan apapun...."

"Bulan....jika kau peduli dan sayang dengan ibumu, maka pergilah dan tinggalkan kampung ini....ibu tidak sanggup lagi...." kata ibunya sambil memalingkan mukanya.

"Ibu...." Bulan mendongak dan menatap ibunya dengan berurai air mata.

"Pergilah Bulan...pergilah....dari kampung ini...."

"Ibu....Bulan ingin bersama ibu, Bulan harus pergi kemana?"

"Terserah bulan, ibu tidak sanggup lagi....dan ayahmu...dia...."

"Pergilah bulan....." Desak ibunya.

Karena tidak tahan melihat airmata ibunya, maka Bulan lalu berdiri dan berjalan kekamarnya. Dia memang belum membongkar kopernya. Dia lalu menarik koper itu dan membawanya ke hadapan ibunya.

"Bu, baiklah....jika karena Bulan, maka tetangga semua menjauhi ibu, sekarang, Bulan akan pergi, jaga diri ibu baik-baik...."

Bulan lalu menyentuh kaki ibunya dan pergi sampai dipintu.

Ibunya akan berteriak memanggil namanya namun niat itu diurungkannya. Dia hanya bisa menangis melihat kepergian Bulan dan tidak mencegah kepergiannya.

Dia melakukanya juga demi kebaikan bulan, karena di kampung ini, dia akan tertekan oleh omongan tetangga dan juga semua saudara atau keluarga besarnya.

***

Bulan melangkah gontai dan berjalan tanpa tujuan. Dia mengemudikan mobilnya dan disebuah persimpangan jalan, dia menabrak seorang yang akan menyeberang.

Beruntung orang itu hanya mengalami luka ringan, namun dia tidak terima dengan alasan Bulan yang teledor saat menyetir kendaraan.

"Kau tidak apa-apa Tuan?" Bulan langsung turun dari mobil dan menolong pria yang dia tabrak.

Betapa terkejutnya Bulan, saat dia sadar telah melakukan kesalahan besar. Dia menabrak orang yang sangat kaya dan terkenal. Dia adalah Tuan Richard, orang terkaya di Asia.

Maka Bulan langsung menunjukan kepalanya sedalam-dalamnya dan minta maaf.

"Maafkan saya Tuan, saya tidak sengaja,"

"Kau teledor saat menyetir Nona, dan kau harus dihukum, bagaimana jika saya mati karena tertabrak olehmu?" kata Tuan Richard dingin dan mengalami luka ringan dikakinya.

"Ampun Tuan, saya jangan dihukum, saya akan mengganti rugi..." kata Bulan dan sejenak teringat jika dia sedang menganggur.

"Baiklah, karena aku tidak bisa menghadiri rapat penting, dan total kerugian yang harus kau bayar, 10 milyar...." kata Richard dengan angkuh.

"APA!? SEPULUH MILYAR?"

"Ya, kau harus membayar yang aku sebutkan tadi,"

"Tuan, kau hanya mengalami luka ringan, jika aku membawamu kerumah sakit, maka akan habis tidak sampai sepuluh juta, tapi kau meminta ganti rugi sepuluh milyar? Kau sedang memeras Tuan,"

"Terserah, jika kau tidak mau membayarnya maka, kita akan berurusan dengan hukum. Kau hanya akan dipenjara satu tahun paling ringan, bagaimana?"

"Kenapa kau begitu kejam, kau memeras seorang wanita yang bahkan sedang menganggur dan tidak punya pekerjaan,"

"Kau tidak punya pekerjaan? Kalau begitu, kau akan bekerja denganku selama lima tahun, kau akan menjadi pelayan dirumahku, dan hutang kita impas,"

"Apa?" Tapi setelah dia pikirkan maka akhirnya Bulan menyetujuinya. Bagaimanapun dia tidak ingin masuk penjara. Dia juga sedang tidak punya tujuan. Lebih baik menjadi pelayanya dan tidak akan ada satu orangpun yang mengenalnya.

"Baiklah, saya setuju," kata Bulan lalu memapah Tuan Richard kedalam mobilnya.

"Tidak mobilmu, nanti biar sopir yang membawa mobilnya, dan akan aku simpan dibelakang rumah. Kita naik mobilku. Lihat disana, itu mobilku," kata Richard dan menunjuk kearah mobilnya.

"Mari saya bantu anda berdiri," kata Bulan dan Richard merangkulnya.

"Kau yang menyetir, kau akan menuruti semua perintahku, karena kau adalah pelayanku. Kita kerumah sakit. Aku merasa kakiku seakan patah,"

"Jika kakimu patah, kau tidak akan bisa berjalan Tuan,"

"Kau hanya pelayan, jangan banyak bicara di depanku, jika aku bilang patah, maka ya patah,"

Aneh...kenapa dia ingin kakinya patah?

Gumam Bulan tersungut namun tetap menutup mulutnya. Dia lalu membiarkan Tuan Richard masuk kedalam mobil, setelah itu dia berputar dan masuk untuk mengemudikan mobilnya.

Sampai diruang sakit, seorang suster membawa kursi roda dan Tuan Richard duduk lalu bulan mendorongnya.

Sampai diruang UGD maka Bulan akan menunggu diluar, namun Tuan Richard memegang tangannya erat.

"Kau pelayanku, maka tetaplah disini," kata Tuan Richard dan dokter mengangguk saat Bulan menatap dokter yang akan memeriksanya.

"Jangan disuntik dokter," kata Richard yang dari kecil takut jika disuntik.

Hemmmm, Bulan mencibirkan bibirnya saat pria arogan didepanya takut pada jarum suntik.

"Saat umurku lima tahun aku bahkan tidak menangis saat disuntik..." celetuk Bulan.

"Diam, pelayan. Kau banyak bicara," kata Tuan Richard lalu dokter menggelengkan kepalanya.

Dokter lalu membersihkan luka dan Richard menahan sakit dengan menggenggam tangan Bulan dengan sangat erat. Bulan sampai meringis karena menahan pedih saat Tuan Richard memegang hingga kulitnya memerah.

"Sudah, kau sudah boleh pulang, jangan banyak bergerak selama beberapa hari, supaya cederanya cepat sembuh," kata dokter lalu Richard keluar dengan kursi roda dan Bulan mendorongnya.

"Lihat yang kau lakukan, kau membuat aku harus beristirahat dirumah beberapa hari,"

"Saya minta maaf, sudah saya bilang saya tidak sengaja."

"Untung kakiku tidak patah, jika sampai patah, maka kau akan dipenjara seumur hidup," kata Richard dingin dan tegas.

"Sekarang kita kemana?" Kata Bulan saat mereka ada dimobil. Bulan memilih diam dan tidak banyak bicara selama dalam perjalanan.

"Kenapa diam saja? Kau bisu?"

Bulan diam dan tidak menanggapinya.

"Bicaralah, kenapa kau sampai menabrakku? Dimana pikiranmu saat itu?"

Bulan diam dan tidak mau menanggapinya. Percuma juga dia berkata sejujurnya, karena dia hanya akan disalahkan apapun yang dia katakan.

"Aku sedang bicara padamu! Kau tuli? Kau tidak mendengar apa yang aku katakan!" Teriak Richard.

"Aku hanya pelayan Tuan, sebaiknya aku hanya melayanimu saja, dan tidak usah banyak berbicara...." kata Bulan dan kali ini dia fokus menyetir dan tidak peduli pada Richard yang berulang kali menoleh kearahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!