Menikahi CEO Posesif Dan Arogan
Roda kehidupan berputar sangat cepat. Tahun kemarin semua ada dalam genggaman. Kebahagiaan, ketenaran, dan kekayaan. Namun dalam sekejap, semuanya hilang dan terlepas dari genggaman, karena kecerobohannya.
Bulan masuk kedalam kos-kosan lagi disebuah gang. Dia membuka bungkus nasi itu dan memakannya.
Saat menjadi artis dia bisa makan direstoran dengan makanan yang lebih enak dan lezat.
Dia bisa membayarnya, namun jobnya sepi berbulan-bulan membuatnya kehabisan uang dan harus mulai berhemat.
Setelah makan dia mendapat telepon dari ibunya. Bulan berfikir sejenak dan hanya menatap telepon tanpa berani mengangkatnya.
"Jika aku tidak menjawabnya, ibu pasti khawatir," gumam Bulan berbisik pelan.
Akhirnya, Bulan mengangkat telepon dari ibunya dan berbicara dengan nada ceria agar tidak membuat ibunya curiga jika dia terlunta-lunta dikota JK.
"Ya ibu,"
"Bagaimana kabarmu nak? Apakah kau sehat?"
"Ya, Bulan baik-baik saja Bu, nih bulan baru saja pergi makan malam dengan Mas Andrian," kata Bulan berbohong.
"Ohh, syukurlah jika begitu, kami disini sangat khawatir dengan berita tentang dirimu Bulan, semua warga selalu membicarakanmu saat berbelanja, tapi ibu percaya, jika kau baik-baik saja disana, tadinya ibu sempat khawatir dengan keadaanmu,"
"Jangan khawatir Bu, jangan dengarkan apa kata orang, ibu lebih baik dirumah saja dan tidak usah keluar jika tidak penting sekali, nanti ibu jadi sedih jika mendengar apa yang dikatakan orang tentang Bulan,"
"Tidak nak, ibu tidak kemana-mana. Ibu hanya pergi kepasar dan ke tukang sayur, oh ya nak, beras dirumah ibu mulai habis, apakah kau punya uang?"
"Besok Bulan akan kirim Bu. Apakah bapak tidak kerja?" tanya Bulan pada ibunya.
"Tidak nak, sejak sakitnya sering kambuh, ayahmu lebih banyak dirumah, tabungan ibu habis buat berobat..."
"Iya Bu, besok Bulan akan kirim uang buat beli beras, sisanya bisa buat berobat bapak," kata Bulan dan setelah berbicara beberapa kata ibunya menutup teleponnya karena suaminya memanggilnya.
"Siapa yang kau telepon?" tanya suaminya.
"Bulan pak,"
"Bagaimana keadaannya? uhuk uhuk..."
"Dia baik-baik saja pak disana. Apa yang dikatakan warga itu tidak benar. Mereka bilang bulan tidak satu rumah lagi sama suaminya, tapi Bulan baru saja pergi makan malam dengan Andrian. Makanya ibu tidak mau dengar lagi apa kata orang, ibu percaya pada putri ibu saja. Daripada kita jadi sedih ..."
"Ohh...bapak tenang jika ternyata bulan bahagia bersama suaminya, bapak dengar Seno pulang ya Bu? Bagaimana jika dia datang kemari ya bu? Padahal mereka sudah bertunangan, tapi Bukan menikah dengan Andrian?"
"Sudahlah pak, tidak usah dipikirkan, jika dia datang kita akan jelaskan semuanya. Tapi semoga dia tidak datang, karena dia juga tidak membantu kabar apapun pada bulan. Kita sebagai orang tua anak perempuan, tentu saja khawatir, katanya sudah bertunangan kok tidak ada kabar bertahun-tahun," kata Istrinya.
"Benar Bu, semoga saja Bulan tidak bertemu dengannya ya Bu. Bapak dengar dia sekarang bekerja di kota JK."
"Ya pak, kita berdoa saja, biar dia dapat jodoh sehingga tidak mengejar Bulan lagi. Dan mengganggu rumah tangga Bulan," kata istrinya.
***
Keesokan harinya Bulan pergi ke link terdekat untuk mengirimkan uang pada ibunya dikampung. Bulan melihat sisa uang tunai yang dia ambil beberapa hari lalu, karena letak ATM yang jauh, maka dia mengirimkan sisa uang tunai yang dia pegang.
"Mbak, mau kirim uang ke kota Cemara bisa?"
"Berapa neng?"
"Ini mbak..." kata Bulan menunjukan uang serta catatan nomor rekeningnya.
"Tunggu ya neng, diproses dulu,"
"Iya mbak,"
Tidak lama kemudian Bulan menerima bukti transfer dan mengirimkannya pada ibunya dikampung.
Setelah itu Bukan kembali ke kos-kosan miliknya. Namun saat ada didepan pintu dia terkejut karena ada tamu dan dia tidak mengenal mereka berdua.
"Siapa kalian?" tanya Bulan.
"Kenalkan saya Andre dan ini Doni. Kami ingin melakukan wawancara dengan anda seputar karir anda," kata Andre.
"Maaf mas, saya sangat sibuk," kata Bulan yang tidak ingin keberadaanya diketahui publik dan masuk televisi lalu dilihat oleh orang tuanya.
"Mbak Bulan, tolong sebentar saja, dan kenapa mbak bulan tinggal disini?" tanya Doni namun dengan cepat Bulan masuk dan mengatakan permintaan maafnya lalu mengunci pintu dari dalam.
Karena tempat ini sudah diketahui beberapa orang, maka Bulan mengemasi bajunya dan memasukkanya kedalam koper.
Dia akan pergi mencari kontrakan lain dan bersembunyi sementara waktu dari kejaran para pencari berita.
Bulan terpaksa menghubungi Singgih lagi meskipun dalam hati dia sangat kecewa dengan sikapnya yang tidak seperti dulu saat dirinya masih menjadi artis terkenal.
"Ada apa?" tanya Singgih.
"Aku mau menginap dirumahmu malam ini," kata Bulan.
"Tapi....."
"Singgih, tolonglah, malam ini saja," kata Bulan penuh harap.
"Ya sudah, kau boleh menginap dirumahku," kata Singgih lalu menutup teleponnya.
Drt....
Tidak lama kemudian, Singgih m ngirimkan alamat rumahnya dan Bulan segera menyimpan alamat itu.
Bulan mengambil kopernya dan memesan taksi untuk pergi kerumah Singgih.
Sekarang dia memasuki komplek perumahan dan dia tertegun dengan Singgih. Dia artis tapi tidak mampu membeli rumah itu, sedangkan Singgih managernya justru bisa membelinya.
Namun bulan segera teringat jika dia sudah melunasi hutang kedua orang tuanya selama dia bekerja, dan rumah yang ditempati orang tuanya kini sudah menjadi miliknya sepenuhnya.
Dulu orang tuanya menggadaikan rumah untuk usaha ayahnya, namun karena usahanya bangkrut maka, tidak bisa membayar cicilan dan bunganya kian meroket.
Bulan mengirimkan hasil kerja kerasnya agar bisa menebus rumahnya kembali.
Bulan sekali lagi tertegun saat menemukan alamatnya. Taksinya berhenti tepat didepan pintu gerbang didepan rumah mewah itu.
Seorang satpam membukakan pintu untuknya dan didalam sangat ramai sekali. Sepertinya sedang berkumpul para artis untuk arisan.
Bulan menelpon Singgih agar keluar. Singgih pun keluar dan saat melihat keadaan bulan, dia terkejut sekali.
"Bulan?" Singgih melihat penampilan bulan yang kembali seperti gadis desa sebelum dirinya menjadi artis.
"Masuklah, banyak artis lain juga, kami sedang arisan." kata Singgih tersenyum padanya.
"Tidak, aku malu, aku langsung kekamar saja, adakah jalan lainya?" tanya Bulan yang ingin segera kekamar tanpa terlihat oleh teman artisnya.
"Ya, kau bisa lewat pintu ini," kata Singgih.
"Aku akan langsung kekamar," kata Bulan dan Singgih mengangguk lalu bergabung kembali dengan teman-teman artisnya.
Dia sekarang menjadi manager artis lain, karena Bulan sudah tidak laku lagi akibat namanya tercoreng.
Karena masyarakat membullynya maka banyak produser yang tidak menggunakanya lagi, mereka khawatir produknya tidak akan laku dan diminati masyarakat jika menggunakan dirinya.
Bulan masuk kedalam kamar yang luas dan bersih. Di sana dia mendengar suara tawa riang Singgih dan rekan-rekannya.
Bulan menarik nafas dalam dan menatap wajahnya di cermin.
Baginya roda berputar sangat cepat sekali, dulu dia berada dibawah, lalu naik keatas seperti roket, dan sekarang berada dibawah lagi. Maka dia mengusap airmatanya yang menetes jatuh ke pipinya.
Dia menatap cermin dan membayangkan suaminya berada di belakangnya dan memeluknya dengan mesra seperti dulu. Dia sangat merindukan mas Andrian nya.
Namun kemarahan dan kebencian Andrian pada wanita, membuatnya tidak menghubungi Bulan sekalipun dan membiarkan hubungan mereka menggantung tidak jelas
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments