Saat bisik-bisik tetangga mulai terdengar dimana-mana menyalahkan dirinya. Maka tidak ada tempat kembali yang lebih nyaman, selain pelukan dan dukungan dari keluarganya.
Surat cerai diterima dari Andrian dan dialamatkan pada orang tuanya karena mengira jika Bulan pulang kerumah orang tuanya.
Ibunya gemetaran saat menerima sebuah surat dari pengadilan kota JK. Ibunya tidak berani membukanya dan menelpon bulan agar pulang kerumah.
"Iya Bu," jawab Bulan.
"Ada surat dari pengadilan, pulanglah," kata ibunya dan membuat Bulan terperanjat karena kaget.
"Surat dari pengadilan?" Bulan mengulang perkataan ibunya.
"Sebaiknya kau pulang dan kita bicara dirumah."
Bulan lalu menyimpan ponselnya dan memikirkan apa yang baru saja dikatakan ibunya.
Bulan mendengar suara mobil meninggalkan rumah Singgih, dan tidak lama kemudian pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.
"Masuk," kata Bulan.
Terlihat Singgih masuk dan menatap Bulan.
"Kenapa bisa jadi seperti ini?" Bagaimana pun Singgih prihatin dengan keadaan Bulan. Karirnya sepi job dan dia manjadi nomaden atau berpindah-pindah tempat tinggal.
"Sedih jika aku ceritakan kembali," kata Bulan.
"Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Singgih duduk didekatnya.
"Aku akan pulang kampung saja," kata Bulan pelan.
"Kau meninggalkan karirmu disini?"
"Karir apa maksudmu? Berbulan-bulan aku tidak mendapat tawaran pekerjaan apapun. Karir dan keluarga yang membuat aku ada dikota ini sekarang tidak aku miliki,"
"Kalian akan bercerai?"
"Aku tidak, tapi mas Andrian memutus semua komunikasi denganku dan ada surat dari pengadilan yang dialamatkan dirumahku," kata Bulan dengan sedih.
"Mungkinkah dia mengakhiri hubungan kalian?"
"Bisa saja. Mas Andrian bahkan sudah tidak mengingatku dan menghubungiku meski hanya sekali. Aku dilupakan begitu saja karena sesuatu yang dia lihat telah menyakiti perasaannya," kenang Bulan saat mengingat kejadian di hotel.
"Sabar Bulan, besok keluarga besarku akan datang, dan aku akan bingung menjelaskan keberadaan mu disini," kata Singgih.
"Tenanglah, aku tidak akan lama menginap disini, Besok, pagi-pagi sekali aku akan pergi dari sini," kata Bulan yang melihat Singgih merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.
"Bulan, sekali lagi, maafkan aku...." kata Singgih lalu keluar dan Bulan hanya menatapnya dengan sedih.
Dia tidak menyangka orang merasa bahwa kehadirannya seakan seperti noda yang mungkin akan membuat nama lainya buruk jika berada didekatnya. Dia sudah terlanjur mendapat julukan pelakor dan belum lagi skandal dihotel itu, maka sekarang dia merasa seperti sampah yang kotor dimata orang lain.
Dia mulai menyesali keputusannya dan pertemuanya dengan Catty serta suaminya. Keinginanya pergi ke kota JK untuk berkarir justru menghancurkan nama baiknya serta membuat keluarganya terbawa-bawa.
*
*
Pagi harinya, Bulan sudah bersiap untuk pergi dan seorang pelayan membawakan saran ke kamarnya.
"Tuan Singgihh sudah pergi sejak tadi pagi, dan berpesan agar saya memberikan sarapan ini untuk anda." kata pelayan itu dengan ramah.
"Terimakasih, tapi saya sudah terlambat, katakan terimakasih saya pada teman saya Singgih," kata Bulan berpamitan tanpa makan dan minum apapun.
Singgih memang sudah pergi dan mobil itu sudah tidak terlihat diparkiran rumahnya.
Bulan lalu masuk kedalam mobilnya dan akan pergi ke kota Cemara, kampung halamannya.
Dirumahnya ibunya sedang bertengkar dengan ayahnya karena surat dari Andrian.
Ayahnya nampak sangat marah dan menyalahkan ibunya karena tidak mencari kebenaran tentang putri mereka.
"Pak, Bulan sendiri yang bilang jika dia baik-baik saja. Dan bahkan kemarin saat telepon sama ibuk, juga mengatakan batu pulang makan malam dengan suaminya," kata ibunya pada suaminya.
"Jika begitu, maka kenapa ada surat seperti ini dari pengadilan Bu?" tanya suaminya kesal.
"Sekarang, telepon bulan dan suruh cepat datang, dia harus menjelaskan semua ini tanpa ada yang perlu ditutupi. Kita ini orang tuanya, kenapa tidak berterus terang jika ada masalah?"
"Tenanglah pak, nanti sakit bapak jadi kambuh jika bapak marah-marah," kata istrinya.
"Bagaimana tidak marah? Semua warga mengatakan hal buruk tentang anak kita, kita mendidiknya dengan sangat baik dan ini balasan yang dia berikan Bu? Mencoreng nama orang tua dengan arang? Bapak bahkan malu, saat berkumpul bersama tetangga karena apa yang dia lakukan?"
"Pak, jangan bicara seperti itu, pasti ada yang tidak suka dengan anak kita, makanya menfitnahnya seperti itu. Kota JK memang kota yang kejam, dan kadang bertemu dengan teman yang jahat, yang menusuk kita dari belakang. Anak kita sangat polos, makanya bisa difitnah seperti itu," kata istrinya.
"Jika begitu, harusnya kita tidak mengizinkannya pergi, baru pergi berapa tahun tapi nama baik kita sudah rusak karena kesalahannya."
"Sudahlah pak, jangan bicara seperti itu anak kita lagi ada masalah, sebaiknya kita jangan malam tambah mengalahkanya," kata ibunya.
"Kau selalu membelanya, maka seperti ini jadinya. Dari awal bapak tidak suka dia bernyanyi dan menjadi artis. Bapak lebih suka dia bekerja seperti wanita pada umumnya disini, maka hal seperti ini tidak akan terjadi," kata suaminya.
"Pak, Bu," Bulan sudah berdiri dipintu dan menatap ayah dan ibunya lalu menangis dikaki mereka.
"Maafkan Bulan....Bu....Bulan sudah membuat kalian malu dan sedih...."
"Sudahlah Bulan, kami percaya padamu,"
"Bapak, maafkan bulan....Bulan gagal menjadi anak yang baik dan menjaga nama baik keluarga...." kata Bulan namun bapaknya diam tak bergeming karena kemarahan.
"Katakan apa yang terjadi? Dan jelaskan kenapa suamimu mengirimkan surat ini?"
Bulan kaget dan menatap surat yang tergeletak diatas meja.
Bulan lalu mengambil amplop itu dan membukanya. Perlahan-lahan dia membacanya dan airmatanya mengalir saat membaca apa yang tertulis didalamnya.
"Ada apa bulan?" tanya ibunya melihat air mata bulan terus mengalir dengan deras.
"Ini Bu, mas Andrian...dia menceraikan bulan...." Kata Bulan terisak.
"Kenapa nak? Apa yang terjadi? Bagaimana kalian bisa bercerai?" Ibunya terlihat sedih dan menangis melihat karir dan rumah tangga anaknya yang hancur.
"Apa!?" Ayahnya memegangi dadanya yang menjadi sesak.
"Kau bercerai. Kau diceraikan? Apalagi yang akan kau berikan pada kami bulan? Rasa malu dan sekarang cibiran tetangga, ayah tidak sanggup lagi, lebih baik ayah tiada....." Kata ayahnya sambil memegangi dadanya.
Dan saat itu tiba-tiba ayahnya lemas terkulai dan ambruk.
"Bapak!" Bulan berteriak dan ibunya langsung mendekat.
"Ayo kita bawa ke dokter!" teriak Bulan dan seketika dijawab oleh tatapan tajam ibunya.
"Percuma, dia sudah tiada....ayahmu sudah tiada....dan semua ini...karena....karena....dirimu...." tiba-tiba ibunya mengatakan hal yang sangat menyakiti hati bulan dan membuat tulangnya lemah. Dia terduduk dilantai dengan kesedihan yang mendalam.
"Bapak....." Bulan menangis dan tetangga mulai berdatangan karena terdengar tangisan dari rumah Bulan.
"Bapakkkk....maafkan Bulan...pak.." Bulan masih menangis dan tetangga masuk lalu mambantu mengangkat ayah bulan yang sudah tiada.
"Bapakkkk...maafkan Bulan...." teriak Bulan disela isak tangisnya.
Tetangga lalu mambantu Bulan bangun dan mendudukanya disofa. Sementara ibu bulan pingsan dan sekarang berbaring dikamarnya. Tetangga mulai penuh memenuhi ruang tamu dan mengurus jenazah ayah Bulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments