Bagian 3

.

.

.

Satu jam menempuh perjalanan cukup melelahkan. Ira terdiam memperhatikan rok abunya yang nampak kusut di terpa angin dan debu. Kaus kaki yang putih bersih berubah warna menjadi kecoklatan.

"Ngelamun Ra?" sikut Iki menyenggol tubuhnya.

"Enggak sih, Ki gue boleh minta tolong gak?

"Apa?"

"Besok pulang sekolah coba ke rumah ayah gue yu?"

"Haha kenapa lo tumben-tumben?"

"Gak papa sih, hati gue luluh aja ada rasa sedikit rindu. Siapa kali 2 tahun gak ketemu ngasih gue duit gede."

"Iya lumah ada maunya. besok gue anter, tapi kalo nemu kecewa jangan marah-marah lu!"

"Iya emang mau minta apalagi kalau bukan duit? Hmmm,, gue agak ragu sih, tapi coba aja. Butuh duit nih sepatu gue udah rusak harus beli lagi. Masa iya gue pake sepatu bolong ke sekolah." ucap Ira mengeluh.

"Iyaa iyaa."

Membelokan motor menuju arah rumah Ira karna tempat tinggalnya tidak di pinggir jalan besar. nelusur jalan cor kecil di kelilingi pohon akasia besar dan pohon Kelapa tinggi berjejer di setiap jalan dan belakang rumah warga . Disana tidak terlalu banyak rumah tapi dari mereka banyak yang memiliki anak kecil. Jadi tempat lingkungannya tinggal selalu terlihat ramai.

"Makasih sayangku." ucap Ira turun dari motor.

"Jihh naj*s." balas Iki sembari jalan menancap gas.

Ira tersenyum melihat punggung Iki yang sedang melaju dengan motornya hingga hilang di belokkan.

Melihat kakek dan neneknya duduk di depan rumah Ira hanya tersenyum melewatinya jalan kaki masuk ke rumah. Begitulah dia, dingin  atau lebih tertutup orangnya.

"Teteh udah pulang?" tanya adiknya.

"Iyaa teteh cape." nyelonong masuk ke rumah yang tadinya pintu sudah terbuka.

"Kreeek!!" membuka pintu kamar.

Duduk melepas sepatu dan kerudung serta jaketnya lalu.

"Brruuugg!" banting diri di atas kasur.

Tanpa melepas seragam Ira rebahan.

Ketika akan memejamkan mata *Duut duut!!* ponselnya bergetar panggilan masuk.

Di lihatnya dari (Mamah Rani) pemilik sebuah cafe remang-remang.

"Gimana kabarnya cantik?"

"Baik mah" balasnya merasa heran sudah lama sekali dia tidak menelepon.

"Kapan main ke mamah?"

"Hmm belum ada waktu luang mah, nanti kalo ada aku mampir iya."

"Butuh seseorang gak? mamah ada nih!"

"Enggak mah makasih."

"Iya udah, kapan-kapan mampir iya!" ucapnya mengakhiri panggilan.

Ira kembali memejamkan mata.

Meskipun Ira seorang pelac*ur tapi dia tidak sembarang menerima oranglain apalagi dia tidak tau tentang kesehatannya. Bagaimana jika membawa penyakit?

Ira kenal dengan mamah rani dari temannya. Karena dulu dia pernah pergi ke tempat itu dan menunggu tamu disana mungkin terlalu terang-terangan sehingga ada sesorang yang melihatnya.

Akhirnya hari esok ketika pergi ke sekolah Ira mendapat panggilan dari BK lalu mendapat surat DO (drop out). Sebelum di sini, Ira pernah masuk ke sekolah favorit. Mana ada pihak sekolah yang mau menerima murid dengan status wanita malam? hanya mencoreng nama baik sekolah saja.

Sejak saat itu Ira menjadi sangat tertutup. Gadunnyapun hanya beberapa yang menghubunginya lewat telepon saja.

*

Tak lama Ira terbangun oleh rasa lapar, beranjak dan pergi ke rumah nenek.

"Nek makan sama apa?" tanyanya melangkah ke dapur.

"Itu ada sayur asem sama goreng ikan asin, makan sok!"

Irapun mengabil piring satu cetong nasi di tuangkan memenuhi piringnya. Di tambah dengan sayur asem, sambal terasi dan goreng ikan asin. Menu yang amat sederhana tapi paling nikmat.

Duduk di depan tv "Nek makan?" Menawari.

"Iya kamu yang kenyang. Tubuhmu makin hari makin kurus aja neng!" ucap Nenek.

Karna ada berdarah sunda di lingkungannya Ira biasa di panggil dengan sebutan "Neng".

"Iya, kuruskan karna cape sekolah jauh bulak balik terus. Mau ngekos kan gak di bolehin sama kakek."

"Kalo ngkos kakek takutnya neng gak bisa jaga diri. Nanti ngikut temen-temen yang gak bener." ucap Kakek.

"Gak mau nenek sampai apa yang orang omongin tentang neng itu bener. Katanya ada yang liat neng suka pergi di jemput sama lelaki yang beda beda." tambahnya.

Ira yang sedang makan mendengar perkataan itu seolah menusuk hatinya. Perih rasanya. Selera makannyapun langsung hilang. Jantungnya berdegup kencang. Seyakin itu kakek dan nenek pada cucu cucu perempuannya? padahal kita memiliki keburukan masing-masing yang sengaja di sembunyikan. Oh tuhan bagaimana jika suatu saat keburukan cucunya dia ketahui. Bagaimana perasaannya nanti? mereka yang susah payah di repotkan mengurus anak-anak yang di tinggalkan oleh orangtuanya di balas dengan?

"Hhmmm.." Ira menghela nafas.

Pergi ke dapur minum segelas air putih dan keluar pulang.

"Neng pulang iya, udah makannya mau mandi soalnya nanti malem mau ke rumah temen ada acara makan bersama." izinnya pada orangtua itu.

"Iya sana perawan udah sore belum mandi. Jangan di biasain neng rematik! " balas sang Nenek.

Iya sebenarnya kakek dan nenek termasuk membebaskan cucunya pergi keluar siang atau malam bahkan menginap sekalipun. Asal dengan syarat harus jelas pergi kemana? dengan siapa? tapi sayang, kepercayaan itu di manfaatkan oleh cucunya demi keuntungan dirinya sendiri.

**

Di liriknya jam dinding menunjukan pukul 17:30 waktu begitu cepat berlalu membuat Ira jarang sekali beristirahat dengan tenang. Karna bagi seorang wanita malam, siang jadi malam dan sebaliknya malam menjadi siang.

Bergegas menuju kamar mandi. "Byur byur!!" suara air yang menimpa badan jatuh ke lantai. Beberapa saat Ira selsai. nampak lebih segar dari sebelumnya.

Pergi ke kamar memakai baju kaos pendek dan celana jeans. Tak lama terdengar adzan maghrib berkumandang.

Dia pergi ke kamar mandi mengambil air wudhu. Bukan merasa suci tapi dia selalu ingat akan kata-kata seseorang.

"Meskipun kita sebagai manusia memiliki banyak dosa, tetapi sebagai Islam sholat itu kewajiban semua umatnya. walau pekerjaan kita sebagai seorang pelac*r, atau bahkan maling. sholatlah, setidaknya sebelum kita melakukan hal itu hati kita sudah tenang" ucap seorang tamu manis yang tak pernah Ira terima lagi. karna dia merasa lelaki itu terlalu baik untuknya.

Dulu Ira seorang anak yang taat agama. tetapi, sejak kehidupan kelamnya di mulai dia bahkan ragu pada siapapun termasuk Alloh. dia merasa kecewa kepada-Nya karna dia hidup dalam ketidakadilan ini.

Dia selalu berpikir salah apa aku? apa yang telah aku perbuat? sehingga keadaanya seperti ini. Orangtua yang bercerai. hidup sengasara kurangbiaya. kurang kasih sayang dan sekarang? menjadi seorang pelac*r. umurnya baru menginjak 17 tahun. kehidupannya masih panjang. tentu juga dengan semua masalahnya.

Bahkan dia tak pernah memikirkan masa depannya. tujuannya. cita-citanya. itu semua mustahil. baginya kehidupan kini dan seterusnya hanya suram, suram dan suram.

*****

Terpopuler

Comments

范妮·廉姆

范妮·廉姆

rapi juga kok tulisan Kaka...
semangat

2023-02-12

1

Bambank 68

Bambank 68

Semangat Neng

2022-12-23

1

FJA

FJA

Tanda baca dan penulisannya di perbaiki lagi ya. semangat 🤗

2022-11-24

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!