.
.
.
Istirahat jam pertama.
Guru perempuan mengakhiri pelajarannya, membereskan buku, lalu berjalan keluar dari kelas.
Wanita muda itu sekarang duduk bersandar pada dinding memainkan ponselnya.
"Ikut gak?" ucap Ari yang sudah berdiri di hadapannya.
Ira menatap kemudian beranjak.
"Nggi gue belakang iya?"
Anggi hanya mengangguk melihat wanita itu keluar kelas.
Mereka berdua berjalan menuruni tangga menuju warung belakang, tempat biasa para murid beristIrahat. Lebih tepatnya smoke free place.
"Kok diem?" tanya Ari.
"Mau diem"
"Ada masalah?"
"Enggak"
Mereka tiba di warung.
"Kopi hitam tan!" pesan Ari sambil menyulut sebatang roko.
"Satu?" Ira meminta sebatang roko padanya.
"Meroko terus!"
"Bunek! bisalah," sambil menyulut roko.
Bagi orang yang sering berjumpa dengan Ira mereka akan bersikap biasa saja karena dia tidak menutupi kenakalannya, tapi adik kelas yang baru melihat itu akan menatapnya dengan terheran heran.
"Ko berani terang-terangan iya padahal cewe," perkataan itu yang biasa Ira dengar.
Ira hanya menatapnya tanpa menghiraukan.
Klik suara pesan masuk (Gadun) sebutan populer untuk pria hidung belang pemburu anak SMA atau kuliahan.
"Nanti malam bisa ketemu gak?"
Dia orang yang sudah bersama dengan Ira selama 4 tahun. Dia yang tak pernah berpaling dan menetap. (Gadun1)
Pertama bertemu dengannya pada saat Ira berumur 15 tahun. Saat itu dia tidak tahu tentang kabar ayah dan ibu, hanya tau mereka sudah menikah, dan Ira punya adik baru dari lain ayah.
Disinilah keperihan itu di mulai, akan di adakan ujian pelulusan, pembayaran sekolah Ira menunggak, setiap hari dia selalu di peringati oleh guru jika tidak di lunasi dia tidak akan bisa mengikuti ujian.
Untuk anak SMP hal seperti itu sudah menjadi ketakutan terbesar. Mengadu pada siapa? meminta pada siapa? sedangkan dia jauh dari orangtuanya. Saat itu tidak sama dengan sekarang. Apalagi ayahnya yang tak punya handphone untuk di hubungi. Siapa? Ibu? sejak menikah ibu jarang sekali menanyakan kabar anaknya. Lalu?
Hingga akhirnya dia memberanikan diri berbicara pada kakanya. Dan apa jawaban dari kakanya? secara langsung dia mengatakan bahwa dia menjual tub*hnya. Uang jajan yang dia berikan pada Ira dan adik-adiknya tidak cukup hanya dari gajih restorant. Kesalahan itupun terjadi, dia seolah mengarahkan Ira untuk terjun kedunia kelam karna dia sudah tidak peduli lagi tentang perasaan seseorang. Sama dengan Ira saat ini yang bahkan ingin menangispun rasanya mata sudah tak mampu mengeluarkan airnya.
Mengapa tidak berbicara pada kakek dan nenek? tidak, karna Ira tau kehidupannyapun sudah menjadi beban untuk mereka. Ira hanya bocah SMP. Ke 3 kakanya anak SMA yang bahkan perlu lebih banyak biaya. Sedangkan kakek dan nenek hanya bekerja sebagai tukang pijit. Bayaran yang tak seberapa.
Apalagi saat itu kakek sedang sakit. Hanya nenek yang bekerja sembari mengurus adik kecil Ira. Dengan keadaan seperti itu apa mungkin jika harus menambahnya lagi?
Karna keadaaan sudah sangat mendesak tanpa berpikir panjang dan tidak banyak pengetahuan akan seperti apa kedepannya nanti akhirnya Ira meng-iyakan yang di katakan oleh kakanya.
*
Sore menjelang malam yang dingin dengan perasaan tidak karuan.
Dia di antar oleh kakanya sendiri menuju sebuah hotel di tepi pantai. Kakanya sudah mengenal pria itu lebih dulu. Sebenarnya dia tidak memaksa jika memang Ira tidak mau.
Tapi wanita itu tidak memikirkan apapun selain dari menghasilkan uang. Ira di ajak pergi ke sebuah kamar oleh kakanya untuk melihat-lihat sebelum pria tua itu datang.
Suasana kamar yang elegan. Ira hanya ingat di sudut ruangan tepi jendela terdapat pot bunga hiasan yang di terangi lampu kuning dari sisi bawah.
Dia masih sempat mengambil foto karna suasananya yang indah dan Ira merasa dia sangat cantik malam itu. Hingga saat ini jika Ira melihat foto itu, hatinya teriris perih mengingat smuanya dari awal.
Pria itu masuk, bertemu untuk pertamakalinya. Tapi Ira hanya meng-iyakan semuanya yang bahkan dia tidak tahu sama sekali harus melakukan apa.
*
Terakhir kalinya menjadi gadis perawan.
Pria itu mengisyaratkan kakanya untuk menunggu di luar. Kejadian itu singkat, sesaat berbincang dengannya lalu lampu di matikan....
Pada saat melakukannya. dia tidak merasakan apapun. Mungkin karna terpaksa dan orang itu tidak dia kenal apalagi dia cintai. Saat itu yang dia rasakan hanya perih pada kemalu*nnya, air keringat bercucuran menetes pada tubuh Ira membuatnya geli karena ini pertama kalinya. Dalam dunia pelac*an wanita paling beruntung bukan hanya tentang uang, tapi bertemu dengan pria yang memperlakukannya dengan baik itu sudah cukup. Karena terkadang ada seorang pria bersikap seperti harimau yang merusak tubuh mangsanya.
Dia hanya ingat satu hal. Ini pengalaman pahit pertama dan terakhir kalinya. Tapi kenyataan berkata lain, keadaan memaksanya bertahan hingga saat ini.
**
Tersadar dari lamunan.
"Gimana? bisa?" (pesan masuk)
"Iya, dimana?"
"Di tempat biasa. Mau di jemput atau ada orang yang nganterin?"
"Di jemput aja, mau makan ikan bakar dulu," pinta Ira.
"Iya tunggu jam 8 malam".
"Heummm," menghela nafas.
Sebenarnya dia sudah bertemu dan menemani oranglain tadi malam. Lelaki tua yang dia sukai dengan perlakuan lembutnya. Sebut saja dia (gadun 2).
Tapi dia tau perkara keinginan seorang lelaki tidak bisa di tunda. Jika pria itu yang berpaling, Ira sendiri yang akan merasa rugi telah kehilangan pelanggan setianya.
Karna Ira tidak secara terang-terangan open B* atau nongkrong di tempat remang-remang. Jadi tidak banyak yang mengenal dia jika bukan orang yang pernah bertemu dengannya.
**
Jam kosong adalah hal yang paling menyenangkan bagi semua murid. Di isi dengan kejahilan mengganggu kelas sebelah, nongkrong di kantin, saling mengobrol dan sebagian dari mereka biasanya tidur di kelas.
Begitu juga Ira yang duduk sambil membungkuk pada meja dan tertidur.
"Raaa Ira ada waktu kosong tidur aja lu dasar kang molor, kerja apa sih lo pulang sekolah kaya semaleman gak tidur aja, capek iya?" ucap seorang lelaki dengan nada menyindir.
"Bangun, tersentak hatinya bergetar."(Ira merapihkan penampilan)
"Iyaa gue cape, kerja godian suami orang haha. Bercanda a*jing," jawab Ira dengan sengaja.
"Ta* Lo," jawabnya pergi.
Bercanda? padahal yang dia katakan memang benar.
Bisa di katakan dengan jelas, dia seorang wanita malam. Hidup tanpa orangtua, lalu siapa yang akan memenuhi kebutuhannya? terutama soal uang. Jika bukan diri sendiri siapa? bekerja? emang pekerjaan apa yang bisa di dapat oleh seorang siswi tanpa putus sekolah? ada alasan yang tidak bisa di jelaskan secara langsung. Sulit untuknya bercerita, sebenarnya dia sudah sangat merasa lelah dengan semuanya. Lalu ?
Tengtengteng jam terakhir telah selsai
Menandakan ketenangan ini telah berakhir berubah menjadi sebuah ketidak karuan. Ira seringkali memperlambat waktu pulang karna di sekolah setidaknya dia mendapat ketenangan dan bisa tertawa melepas beban.
"Pulang yu udah sore?" ajak Iki melihat jam tangan tempat pukul 15:00.
"Hmmm yu, tapi santai aja iya."
"Anggi, gue duluan iya?"
"Oke bertemu besok (pelukan) awas kalo besok gak masuk gue jemput lo ke rumah" ucap Anggi.
"Iya iya besok pasti gue masuk ko" Ira turun menuju parkiran.
"Nggi" teriak Ira pada Anggi yang sedang berdiri di depan kelas.
Anggi menoleh ke bawah.
"Daaah..." Ira melambaikan tangan pada Anggi perempuan alim yang sudah bosan dengan kehidupan berjadwal.
Orang yang baik dengan didikan yang baik pula. Tapi sama seperti manusia pada umumnya ada kalanya jenuh dengan kehidupan dan keseharian yang seperti itu berulangulang.
"Gue bahkan lelah harus selalu bersikap baik!" yang sering dia ucapkan.
"See you." ucap Ira.
"Daaah."
Menancap gas menuju rumah.
Jalanan sangat padat di penuhi dengan murid sekolah lain. Seolah para anak muda itu sedang berlomba siapa yang akan sampai rumah paling dulu.
Memperhatikan kenakalan remaja yang bebas biasa bagi Ira. Karena pasti ada penyebabnya. Kebanyakan permasalahan yang utama ada di dalam rumah. Setiap anak pasti mempunyai masalahnya masing masing. Sebagai anak kadang orangtua selalu menuntut untuk patuh, dengan alasan yang terbaik di masa depan nanti.
Tanpa mengerti perasaan. melihat bagaimana kehidupan kita sehari-hari. Nyaman atau tidaknya menuruti semua aturan yang di berikan oleh orangtua. Atau banyak penyampaiannya yang kurang di mengerti oleh anak hingga anak menyangka hal yang lain.
Iya, komunikasi itu penting. kadang selalu bertentangan. Anak salah di mata orangtua, dan sebaliknya orangtua salah di mata anak. Membuat orangtua dan rumah yang seharusnya tempat berlindung tempat ternyaman. Justru menjadi tempat yang sesak. Hingga banyak dari anak yang memilih menghabiskan waktu di luar. Atau bahkan menginap di rumah teman.
*
Terlihat ada seorang perempuan yang secara terang terangan di tunggu oleh seorang (gadun) di sebrang jalan sekolah.
Mungkin karena Ira seorang pelac*r dan sudah memiliki pengalaman dia tau dari sekian kenakalan remaja yang paling banyak adalah **** bebas, pelac*an dan pembelian. Ira bisa melihat apa yang di lakukan seseorang hanya dari gerak geriknya.
Sembari melaju melihat anak anak brandal nongkrong sambil meroko di warung pinggir jalan dengan seragam utuh, memakai baju putih, celana abu, dan sepatu hanya saja dia menutupi atribut sekolah menggunakan jaketnya.
Satu pasangan berboncengan pulang ke kos-kosan dengan alasan istirahat sejenak. Padahal tau apa yang di maksudnya.
Pemandangan seperti ini sudah biasa di lihat. Katanya masa remaja adalah masa coba-coba. Masa penuh dengan kebebasan. Jika orangtua terlalu menuntut dengan tekanan justru akan ada percecokan membludak hingga pada akhirnya orangtualah yang menyerah mendidik anak anaknya dengan kalimat "Terserah!"
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sunmei
semangat 2 like hafir
mpir balik y
2023-02-22
1
dia ' RA
terimalah bunga dariku othor 🤗🤗
2023-02-21
1
Mitt²🍒⃞⃟🦅
Diperbaiki puebi sama bag dialog kak.
semangat yaa 🙏🤗
2022-11-20
0