"Dari tadi main handphone aja."tukas ibu menatap tajam diri ini.
"Aku sudah kenyang,"padahal baru sedikit yang ku makan.
"Gitu itu...kalau dimarahin diam,kalau enggak masuk kamar,"lanjut ibu seperti punya dendam pribadi pada ku.
"Ibu kenapa sih!,kalau ada yang enggak disukai dari Mariani bilang,jangan terus apa-apa Mariani selalu salah dimata ibu,ibu diam membisu,jadi merasa bersalah.
"Salah Mariani apa Bu?."
"Ibu masih enggak suka kamu dekat-dekat sama supir itu,udah gitu ibu yakin kamu pasti masih berhubungan sama supir itu kan !."bentak ibu.
"Enggak-enggak aku enggak berhubungan sama dia,ibu aja yang selalu salah menilai aku,lagi pula pertama dan terakhir itu aku jumpa sama dia Bu."
"Ibu enggak yakin."
"Kalau memang ibu enggak yakin ya sudah,emang ada yang minta kepercayaan ibu."
"Semakin pandai menjawab kamu !," ancam ibu,ia semakin emosi karena ucapan ku yang salah tadi.
"Kan Mariani selalu salah dimata ibu,"ibu marah terlihat dari matanya yang memerah.
"Mar... Mariani kamu masuk ke kamar,"pintah bapak.
"Mariani enggak suka gitu pak,ibu asal ada suatu masalah selalu nyudutkan Mariani, terus-menerus Mariani yang mengalah."
"Mar !,"bentak bapak juga pada ku.
"Jahat banget sih kalian,padahal aku kan hanya tanya kenapa sikap ibu selalu seperti itu pada ku,apa enggak bisa ibu tanya bagus-bagus baru kalau aku salah dilurus kan bukan seperti ini caranya."
Semuanya diam tidak bersuara, mas-mas ku juga mulai menundukkan kepalanya.Kalau memang mereka maunya begitu ya sudah,lebih baik aku diam dikamar.
'Jahat banget sih,'status ku.
Berharap ada yang perduli dan ada landasan untuk curhat.
[siapa?.]
[kenapa beb.]
[Mungkin kamu terlalu baik.] balas beberapa teman-teman ku.
"Siapa suruh didekatin,"balas bang harpe dengan voice note.
[Enggak niat dekatin tapi keluarga.]
[Kalau udah masalah keluarga enggak mau ikut campur lah.]
[Kok gitu] balas ku diakhiri emoji senyum.
[Makan-makan biar kuat]dia mengirim foto ayam semur pada ku.
[Enak] balas ku singkat.
[Belum tidur siang ni, coba zoom,]baru kulihat ternyata didalam daging yang terkena gigitan itu banyak sekali ulat belatung nya.
[Mau dibuang sayang... udah Rp 25.000 ini] balas bang harpe lagi.
[Disini banyak ayam, mampir lah] tawar ku.
[Kejauhan,Abang udah mau sampe] ucapnya.
[Cepat] ketikku padahal aku tidak tau dimana kampung bang harpe.
[Abang duluan naik kereta api,Abang ku meninggal]balas nya.
[Turut berdukacita] balas ku.
[Iya,iya udahlah lah ya.Abang ada urusan sedikit untuk penguburan besok,] balas bang harpe.
[Ia bang,jangan terlalu mendalam sedihnya,]balas ku.
Ia hanya mengirim emoji senyum terpaksa mengakhiri chat kami,selang beberapa saat ia mengpost foto dirinya dan saudara-saudara nya mungkin.
'Rasanya baru kemarin kau bilang bang harus jumpa kita tahun baru ini,ini belum tahun baru udah pergi kau.'sempat terharu juga melihat status nya.
Untuk saat ini lebih baik aku tidak menggangu bang harpe dulu biar dia tenang dan fokus menjalani prosesi penguburan abang nya.
'kau tinggalkan rupanya yang 2 ini sendiri bang,'tampak gambar seorang anak perempuan dan laki-laki dalam foto itu, mungkin anak abangnya.
'sabar bang,'balas ku.
[Iya,yang abang sedihkan kenapa lah masih muda ditinggalkan abang ini anak-anaknya,kasihan mereka enggak ada yang ngurus.]
[Aku yakin abang pasti bisa menjalani ini semua.]
[Amen] balasnya kemudian dihapus.
"Mariani,makan mu,"mas Lewi menyodorkan makanan pada ku,aku langsung melahapnya.
"Kamu itu harus sabar-sabar dengan ibu,ibu lagi stres,hasil panen bapak enggak sesuai ekspektasi nya,mana janji lagi tahun depan mau kuliah kan kamu, makanya dia agak sensi soal kamu,"jelas mas Lewi memberi ku pengertian.
"Iya mas,ku usahakan selalu enggak bentak-bentak ibu,aku juga kesal mas kenapa ibu bersikap seperti itu pada ku."
"Biasa gitu kalau anak cewek mulai beranjak dewasa, pasti ngerasa enggak cocok sama ibunya tapi tempat ternyaman ya balik lagi... ibunya,intinya gini,gak sepemahaman tapi tempat ternyaman,cari pasangan pun harus gitu,biar lain pendapat,atau enggak sepahaman asal kita bisa jadi kan dia tempat ternyaman kita."
"Opo Iyo mas,"ledekku sambil terus mengunyah makanan ku.
"Mas,aku boleh curhat?."
"Masalah?."
"Perasaan,gimana menurut mu,aku suka sama supir yang dibilang ibu."
"Suka aja kan enggak masalah,asal jangan berlebihan,wajar kamu masih puber."
"Iya mas."
"Sini mas pulangi piring nya,"usai mencuci tangan dengan air minum,aku kembali melihat handphone ku, iseng-iseng aku searching nama Facebook bang harpe dan menemukan sedikit banyaknya tentang dia,aku terus melihat-lihat foto yang ia apload sepanjang jalan kenangan hidup nya.
'Abang-abang ku, kalian lah semangat kami,"nampak seorang wanita mirip dengan bang Harpe memasukkan foto bersama mereka, setelah ku selidiki ternyata itu adik kandung bang Harpe,Diana namanya dan satu lagi Aditya dan satu lagi adik perempuan paling kecil mungkin,novri.
Entah mengapa aku meminta pertemanan ke mereka, entah apa tujuan dan manfaat dari itu semuanya.
'Memang aku kehilangan sosok ayah sejak umur ku 2 Tahun,tapi berkat abang-abang ku,aku tidak pernah merasa kehilangan sosok ayah, mereka tidak membiarkan aku larut dalam kenangan buruk ditinggal kecil seorang ayah,'kata keterangan disebuah foto mereka ber 5.
Makin lama,makin penasaran dengan hidup nya bang Harpe,mengapa aku merasa adik-adiknya begitu mencintai dia.
"Mar,nanti mbak minta lampu kamar dimatikan ya,mbak enggak biasa tidur ditempat gelap,"pinta mbak Dira.
"Iya mbak."Jawab ku datar, kemudian dia keluar lagi, mungkin karena jawaban yang ku berikan menyakiti atau menyinggung perasaan nya,ha entah lah.
Ku lihat foto-foto yang dipajang beberapa orang dilaman Facebook bang Harpe,bang harpe amat menangis dengan kepergian abangnya itu.Teganya mereka hanya menulis kata-kata semangat lewat internet saja,kan lebih enak bang harpe sendiri yang mendengar dari pada harus membaca publish seperti ini.
"Mariani,mar,"Lagi-lagi aku dipanggil keluar,ibu memberikan ku selembaran kertas.
"Baca,"logatnya tetap membentak.
"Tanda tangani, nanti ini ibu kirim ke rumah kos yang mau dituju di Medan,ibu harap kamu hati-hati disana nantinya,ibu sengaja daftarkan kamu dulu karena wanti-wanti aja kalau-kalau..."
"Enggak kok Bu,ibu tenang aja,"pelukku bahagia,aku membawa masuk selembaran itu untuk menanda tangani-nya.
'Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama: PUTRI MARIANI
Usia:19 Tahun.
Bersedia mengikuti kesepakatan awal dimana saya akan mematuhi untuk bangun tidur tidak lebih di atas jam 6,dan tidak dibenarkan untuk keluar malam,selalu belajar malam,makan tepat waktu, disiplin air dan listrik.'
"Bu ini mau masuk asrama aja gak gini banget Bu."
"Ya terserah dikamu,kalau kamu nolak, artinya kuliah batal."ibu meninggalkan ku.Ya sudah lah mau tidak mau aku setuju saja.
"Mariani,mar,"panggil Rini dari luar.
"Apa Rin?."
"Kawani yok,ke apotek yang didepan simpang."
"Untuk adek mu?."
"Iya demamnya tinggi lagi."
"Lah kok gak dibawa ke puskesmas aja Rin?."
"Enggak ada biaya mar."
"Tunggu aku panggil ibu ku dulu."
"Bu...ibu,"teriak ku,ibu menghampiri kami wajahnya tetap saja datar.
"Bu...ini adiknya Rini demamnya kok semakin tinggi."
"Dikasih minum obat apa Rin?."kini giliran perawat yang bertanya dengan Rini.
"Awalnya muntah -muntah sih Bu habis itu demam sampai sekarang."
Ibu masuk kemudian membawa tas obat nya, gelap nya malam membawa kami ke rumah sederhana diujung desa, sungguh berani Rini menerobos hening nya malam sendirian begini,memang inilah contoh kecil pengorbanan seorang kakak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments