"Rini 100% ."
'hek'mas Lewi enggak percaya dengan ku.
"Halo Rin,"louspeaker pun ku aktif kan.
"Enggak jadi salah sambung,"balas Rini.
"Rini kan mas,"tegas ku.
"Kalau bisa kamu jangan lah pacaran dulu... kuliah dulu bagus-bagus baru...kalau mau kawin ya tinggal kawin,"kata mas Lewi meninggalkan ku.
Seusai percakapan itu kami sudah bersiap dihalaman rumah untuk manggang-manggang seadanya,mas Aryo dan mas Anto segera mungkin memasang api untuk memanggang sedangkan aku dan mbak-mbak lainnya menyiapkan bahan dan daging-daging yang akan dipanggang.
"Ini,"mbak Dira memberikan daging yang telah disusun nya pada mas Aryo.
"Er... Erna ambilkan baju mas,"perintah mas Aryo,dan biasanya aku selalu memegang baju mas Aryo kalau dia ingin melepas nya seperti ini, kini mas Aryo sudah punya mbak Erna yang siap sedia melayani dia.
"Letak dimana?."tanya mbak Erna.
"Masukkan ke Mesin aja mbak,"ucap ku.
"Mbak tinggal dulu kalau gitu,"kini kami berdua dengan mbak Dira duduk ditikar yang sengaja dipampang luas didepan rumah.
"Mar kamu mau kuliah dimana?."
"Niatnya mau ngambil diperguruan tinggi Medan mbak."
"Kenapa gak yang didekat-dekat sini aja."
"Enggak niat mbak,ibu bapak juga udah dukung mau kuliah disana."
"Iya udah... intinya kamu belajarnya nyaman, pendidikan kamu terima bagus,"nasehat yang diberikan mbak Dira sangat bermanfaat bagi ku.
Mbak Dira ini unik, walau secara fisik tubuh mbak Dira lebih kecil dan pendek dari ku namun pengalaman nya lebih-lebih dari pada yang ku alami selama ini.
"Mas Lewi mu itu lucu ya...punya pacar kok gak dipublish,"mbak Dira melirik ku sambil memotong bumbu-bumbu untuk membuat sambal.
"Mas Lewi memang gitu mbak,kalau hubungan itu harus ada privat dan batasannya,"ucap ku sembari menggiling semua bumbu-bumbu.
"Kalau mas Anto pernah bawa cewek?."
"Kalau bawa ke rumah baru mbak,tapi dulu mas Aryo dan mas Anto itu pernah punya pacar yang sama, namanya itu mbak pita kakaknya teman ku."
"Kok bisa?."
"Ya mbak pita itu suka sama mas Aryo,tapi ditembak Luan sama mas Anto,terus waktu mas Anto jadian sama mbak pita,mas Aryo juga nembak mbak pita,akhirnya ketahuan deh lama-lama,yang mergokkin bapak."cerita kami sambil mengulek sambal.
"Ke pergok bapak?."
"Iya mbak,pas mas Aryo pacaran sama mbak pita bapak ngamuk-ngamuk karena waktu itu masih baru tamat SMA mas Aryo nya sedangkan mbak pita masih kelas 2 atau 3 gitu enggak ingat,bapak marah-marah sejadinya,terus akhirnya terungkap kalau mereka itu punya pacar yang satu,woo makin tambah marah bapak, akhirnya bapak nyuruh buat ninggalin mbak pita."
"Kenapa ditinggalkan,kan bisa aja harus milih salah satu."
"Beda prinsip sama bapak mbak,kalau menurut bapak,wanita bercabang-cabang gitu sulit dipertanyakan ke setiaannya."mas Aryo melirik ke arah ku.
"Ah enggak usah buka kartu,"balas mas Aryo menghampiri kami.
"Lah memang gitu kan mas?."
"Ini-ni yang buat mbak mu kabur semua."
"Kenapa mesti kabur mas?,hubungan kan harus dilandasi dengan ke jujuran."
"Iya-iya,"kata mas Anto mengelap tangannya dirambut ku.
" Jujur sih jujur,cuman jangan terlalu jujur kali,kan yang namanya yang terlalu itu enggak baik."
"Tau,"balas ku singkat.
"Mas Lewi,awas hitam,"ejek ku.
Mas Lewi itu,mas ku yang bersih dan paling putih diantara kami, bayangkan aja dia sangat-sangat memerhatikan segala sesuatu di sekitarnya, mulai dari tempat tidur,cara berpakaian,gaya hidup,pola makan sangat-sangat berdominan pada hidup sehat,cocoklah dia menjadi seorang dokter.
"Hitam manis tak apa,"balasnya terus mengipas api supaya tidak padam.
"Bagai api dalam sekam
Inilah Mariani anak pak mariaman,"kata mas Lewi diganti dengan mas Anto.
"Tak bilang bapak Lo mas."
"Bilang aja."ucap mas Lewi.
"Mas Aryo sama mas Anto enggak kembar kok namanya hampir sama?."tanya mbak Erna membuka topik baru dalam pembicaraan.
"Oh.dulu bapak itu kepengen kalau anaknya dibikin nama hampir sama semua.aryo anak pertama, Anto anak anak kedua,tapi hancur karena lahir nya ini-ni," tunjuk mas Aryo kepada kami.
"Kenapa kami mas?."jawab kami bersamaan.
"Lewi itu sebenarnya nama dokter yang bedah dia,dokternya bilang kalau dia enggak punya anak laki-laki mana tau bayi ini juga nantinya jadi dokter terus diminta lah bapak berikan nama dia untuk Lewi."
"Kan betul juga sih mas,buktinya Lewi bentar lagi jadi seorang dokter bedah."
"Iya tu,cuman bapak sempat kesal juga,cuman mau nolak yang gimana.Akhirnya nama Lewi jadi panjang deh,Ari Lewi devanka, maksud bapak biar kami manggil dia Ari aja,awalan A semua kan."
"Terus kalau Mariani?."
"Putri Mariani,itu singkatan putri mariaman dan Ani,"kata mas Lewi menjawab.
"Iya betul,dulu namanya Aryanti,cuma sakit-sakitan jadi diganti deh," tawa mas ku mengkikik seolah-olah nama Mariani itu adalah ejekan yang amat lucu.
"Mas,"rengek ku.
"Lo benar enggak?."
"Lo mana saya tau, orang saya belum lahir."
Memang gitulah nasib anak yang sudah terlalu jauh usianya dengan saudara-saudara lainnya.
"Ambilkan bawang sama cabe rawit lagi dek,"kata mbak Erna.
"Iya mbak,"aku berjalan menuju dapur, membuka kulkas melihat apa yang akan ku ambil disana.
'ting,'handphone bergetar tanda pesan masuk.
[Mar,lagi sibuk apa ni] pesan ku terima dari Mamad,tak sengaja ku lihat status yang dikirim bang harpe di story WhatsApp nya.
'Mate,'katanya memasukkan foto luka-luka gores.
[Kenapa bang] balas ku,namun hanya di baca bang harpe.
"Mana bawang nya,"kata mbak Erna lagi.
Oh iya,aku sampai lupa tujuan ku.Aduh jadi segan mbak Erna harus turun tangan karena aku lambat datang.
[Kok gak dibalas bang?] Tanya ku lagi.
Kembali ke awal cerita masih dengan panggang,ibu dan bapak kumpul bersama kami,menikmati makan bersama keluarga begini rasanya nikmat sekali,rasa bersyukur kepada Tuhan semakin bertambah-tambah.
[Ditabrak orang abang dek,]balas bang harpe beberapa saat.
Hati ini langsung kemarut enggak jelas, seperti ada perasaan cemas berlebihan bahkan aku tak mengerti ini entah mengapa.
"Kenapa mar?." Mbak Dira menatap ku dengan aneh.
"Enggak apa-apa mbak?,"aku kembali memeriksa handphone,mana tau bang harpe ada kabar terbaru.
"Kalau lagi ngumpul-ngumpul gini, handphone itu bisa disimpan kan !." Lirikan ibu belum usai rupanya.
"Mar,"siku mas Aryo mengejutkan ku,aku segera meletakkan kembali handphone itu ditikar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments