Usai dengan masakan,aku apload gambar ke sw (story WhatsApp), mudah-mudahan aja bang harpe melihat kemudian komentar, wkwkwk apa sih diri ku ini.
'dilihat 5 menit lalu,'mungkin bang harpe lagi sibuk batin ku.
"Ibu,"suara anak kesayangan ibu datang,mas Anto dan mas Lewi.
Mereka ku biarkan berbincang-bincang terlebih dahulu, lalu aku menghampiri mereka setelah beberapa saat.
"Mas Anto tambah tua,"ejek ku saat bertemu dia didepan kamar yang posisinya hampir menyentuh dapur.
"Salam dulu calon mbak mu,"kata mas Anto,ku lirik ruang tamu rupanya ada wanita cantik yang lagi diinterogasi oleh keluarga.
"Mbak,"aku menyalam dia dengan lembut.
"He iya,"dia seperti ragu untuk menyentuh kan tangannya dikepala ku.
"Saingan ni mar,"kata mas Lewi.
Gak beberapa lama mas Aryo datang juga entah darimana membawa seorang wanita cantik juga memang kalau kembar namun tak serupa ini.
"Ibu,"bapak hanya tersenyum geli.
"Enggak mau kalah kamu Yo,"ejek bapak.
Mbak ini juga lumayan cantik,ku kira mas ku bakal jadi sama mbak nya Soni enggak kebayang aku.
"Ambil minum mar,"aku mengambil minum dan menghidangai dibantu mas Anto.
"Yang ini namanya siapa?."
"Erna Bu,"balasnya lembut.
"Kenal sama Aryo dimana?."
"Kebetulan satu tempat kerja Bu,saya guru BK disekolah."
"Oh,"senyum ibu.
"Kalau Dira tadi?."
"Haha masih kuliah Bu,satu fakultas juga sama Lewi."
"Enggak mantan nya Lewi kan?."Tanya ibu sinis.
"Enggak Bu...malah saya teman pacarnya Lewi,"kata dia mengejek mas Lewi.
"Untung calon mbak,"balas mas Lewi membuat tawa kami pecah.
"Makan dulu lah kalau gitu,"ajak ibu.
Kembali menghidangi makanan untuk para mbak ku ini,ha benar kata mas Lewi bakal nambah saingan ini,pasti nanti mas Aryo dan mas Anto tak seperhatian dulu pada ku.
"Udah-udah biar kami aja yang cuci,"tawaran mbak-mbak ku,ya udahlah mau gimana lagi kesempatan kan enggak datang 2 kali.
[Ada acara]balas bang harpe untuk status yang ku kirim tadi.
[Enggak bang,cuma lagi rajin masak,] pencitraan skala besar.
[Baguslah] jawab nya cuek.
[Telepon lah,]tantang ku,sebenarnya ada rasa takut dihati ku, dimana kata orang supir-supir itu kebanyakan meninggalkan setiap wanita di terminal,tapi apa mungkin itu?.
Nada dering ku berbunyi, segera aku kembali masuk ke kamar untuk berbicara lebih privat lagi dengan bang harpe.
"Kenapa dek?"Tanya dia.
"...."belum sempat aku bicara.
"Mar... Mariani,"panggilan mas Aryo.
"Tunggu ya bang."
"Apa mas,"aku membuka pintu kamar tanpa mematikan handphone ku terlebih dahulu.
"Mbak mu..."
"Iya mas kepala ku sakit,"entah apa maksud mas Aryo tapi aku sekak dengan alasan supaya ia tidak memperpanjang masalahnya.
"Iya udah istirahat lah,"kata mas Aryo.
"Iya mas,"kembali pada topik awal.
"Kalau sakit istirahat,"ucap bang harpe.
"Iya bang."
"Boru apa nya kau dek?."Tanya bang harpe mengalihkan panggilan ke panggilan video.
"Jawa,"balas ku sambil mengganti panggilan.
"Pantes,"jawabnya.
"Kenapa?."
"Enggak nampak batak nya,"katanya tertawa.
"Ada-ada aja,"aku tersenyum.
"Udah sampai barang abang?."Tanya ku basa-basi.
"Udah barusan sejam tadi lah dek,ini kawan abang udah tidur,nanti jam 3 gantian abang lah yang tidur."katanya.
"Hem..."
"Masih sekolah adek?."
"Udah tamat SMA,mau lanjut kuliah lah,"jawab ku.
"Bagus-bagus lah dek sekolah nya,abang karena roda berputar inilah makanya enggak sekolah tinggi,tapi kek gitu pun disyukuri lah yang hidup ini,"katanya sambil menatap handphone.
"Matikan lah bang handphone nya, nanti enggak fokus abang nyetir nya."
"Dah biasanya,"balasnya sembari menegguk sebotol minuman mineral.
"Hati-hatilah bang,"sedari tadi ia tidak menatap ku serius, suara-suara kendaraan melintasi suaranya.
"Iya... tidurlah dek."
"Belum ngantuk."
"Enggak bagus begadang,"balasnya menatap ke arah ku.
"Abang begadang,"kata ku.
"Alah dek,kalau supir-supir gini enggak tidur pun dah biasanya."
"Kenapa enggak kuliah Abang?."Tanya ku penasaran.
"Ah banyak tanggung jawab ku dek, enggak usah lah pala dalam kali kau tau hidup ku dek,"ucapnya.
"Kenapa gitu bang?."
"Belum cukup dewasa untuk kau tau itu."
"Udahlah ya,"dia mematikan panggilan nya.
Ku lihat mbak Erna tak lagi disini.
"Mar...mbak Dira tidur sama mu ya,"kata mas Anto.
"Iya mas."
"Dari mana mar,"tanya ibu tetap sinis.
"Kamar Bu."
Semua diam,hanya ibu yang tau kenapa dia seperti itu padaku.Aku pun tidak mau terpikir kali dengan perasaan ibu saat ini.
***
Paginya mbak Dira sudah bangun sudah mencuci piring dan menyapu rumah,ibu dan bapak bersiap untuk bekerja.Aku, mas Anto,mas Lewi serta mbak Dira berencana untuk membuat acara manggang-manggang nanti malam, berhubungan kami sedang ngumpul seperti ini.
"Kabari mbak Erna sama mas Aryo."
"Iya Mbak,"jawab ku atas ucapan mbak Dira.
Kami berinisiatif untuk manggang didepan saja,mas Anto dan mbak Dira pergi ke pasar untuk belanja sementara kami menunggu dirumah.
"Mas boleh pinjam hp mu?."kata mas Lewi masuk ke kamarku.
"Untuk apa mas?."
"Ada perlu."
"Ini mas,"aku memberi kan handphone ku.
Tiba-tiba saja suara nada dering berbunyi, ditambah lagi wajah mas Lewi berubah drastis.
"Siapa?,"tanya nya sambil tersenyum aneh.
"Lah mana aku tau...kalau mas cuman nunjukin case hp nya doang,"kata ku.
"Rini,"baca mas Lewi.
"Rini teman ku Lo mas."
"Benar-benar Rini ini, enggak Rendi?,"ejek nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments