BORU JAWA
"Mar...Mariani,"panggilan terdengar jelas ditelinga ini.
"Iya-iya,"ternyata itu mas Aryo saudara laki-laki ku yang paling ganteng.
"Apa mas,"aku segera membukakan pintu untuk mas Aryo...dia terlihat sangat rapi dengan seragam dinas nya.
"Mas mau kerja.Kamu kan dirumah sendiri,nanti kalau ada tamu yang gak dikenal datang jangan dibuka kan pintu,"karena aku sudah tamat dari sekolah menengah atas ku jadi aku tidak ada kegiatan hari ini hanya sebatas penjaga gawang (rumah).
"Bapak ibu mana mas?."
"Bapak ada rapat... kalau ibu ikut bapak,"bapak dan ibu ku tidak biasanya berangkat sepagi ini terlebih bapak hanya seorang petani sederhana yang merangkap menjadi kepala desa serta ibu yang mengabdikan dirinya sebagai bidan desa disini.
"Mas...aku izin sama mas mau ke kota,Rini ngajak aku cari buku di toko buku jalan Sudirman."
"Iya udah, intinya kamu hati-hati ."
"Iya mas."
"Nah...mana tau nanti kalian naik becak,"mas Aryo memberikan ku selembar uang Rp 100.000, biasanya juga begitu pasti ia akan menambahi uang saku kalau aku berpergian jauh dengan teman-teman,ini juga yang membuat aku manja dengan 3 mas ku,mas Aryo anak pertama di keluarga ku, sebagai seorang guru SMA dia telah lulus mendidik kami adik-adiknya,mas Anto saudara laki-laki ku yang kedua ia bekerja sebagai manager di salah satu PT yang memproduksi semen, sedangkan mas lewi.Anak yang ke 3,dia masih bersekolah dibangku kuliah, mengambil jurusan kedokteran membuat orang tua ku harus berkerja lebih keras lagi untuk biaya kuliahnya menunggu itu aku harus berhenti setahun dulu untuk tidak melanjutkan kuliah ku,ya tidak apalah lagi pula aku tidak begitu bersemangat untuk kuliah apalagi harus mengambil jurusan yang pinta kedua orang tua.
"Makasih mas,"sampai lupa bilang makasih kepada dia.
"Hat.. jangan genit-genit sama cowok apalagi sama cowok yang gak dikenal,"kata mas Aryo.
"Iya mas."
Siang hari tepatnya pukul 12:45 Rini sahabat ku datang bersama pacarnya Soni yang kebetulan adalah kakak kelas serta ketua PMR waktu kami bersekolah dulu.
"Mar...kita endak usah naik becak ke kota nya ya,naik motor masing-masing wae,"walaupun sudah tinggal di daerah yang sudah maju medok Jawa nya Rini tidak ketinggalan sama sekali,kami tinggal di kota Bandung, dimana didaerah kami ini sudah banyak beragam suku dan agama jadi bahasa yang digunakan juga sudah tidak asli Sunda, terkadang kami juga mau berbahasa Sunda itu pun sesekali kalau disekolah atau pun sedang bermain dengan teman kami yang asli orang Sunda.
"Terus aku mau kalian tinggal,atau aku naik becak sendiri,"cetus ku dengan wajah masam.
"Mamad nanti datang jemput mar,"jawab Soni,mamad adalah teman Soni.Jangan salah dengan namanya orang nya juga lumayan tampan ditambah lagi ayahnya adalah juragan tanah disini belum lagi diusia nya yang sekarang dia sudah memiliki usaha kedai pupuk sendiri,nama aslinya Muhammad Akmal,ya tercengang kan,dia itu biasa terkenal dengan sebutan Mamad,calon iman sih kalau bisa hahaha.
"Bareng lah,"pinta ku.
"Manja banget,"balas Soni.
"Awas Lo ya son,"lirik ku tajam.
"Ha itu Mamad,"akhirnya Mamad datang.
Dari jalan yang berbatuan kami sudah menemukan jalan raya yang amat lumayan padat dengan pengendara motor lainya, sepanjang jalan sampai menuju kota kami belum ada bicara tentang hal apapun sama sekali.
"Mau cari buku apa?."
"Buku novel mad,"jawab ku.
Andaikan saat ini aku bisa mengungkap kan perasaan ini ke Mamad,apa mamad terima ya...pasti mamad terima secara dia akan menerima aku sebagai putri tunggal serta anak bontot yang paling disayangi keluarga.Kalau dia sebagai anak pertama yang harus menanggung beban keluarga aku ikhlas menemani nya.
"Mamad ku sayang...,"pekik ku tertawa,ah iseng-iseng berhadiah mana mungkin mamad dengar dengan suara lembut ku,kan suara kendaraan aja sudah cukup menutupi besarnya suara ini.
"Ini toko bukunya masih jauh?."
"Enggak, itu,"kami akhirnya sampai pada tujuan,karena dan pasangannya terlebih dahulu daripada kami akhirnya mereka menunggu kami untuk beberapa saat,tak sabar rasanya untuk memilih dan melihat-lihat buku novel yang cukup dengan dana ku ini.
"Kenapa kurang uang nya,"ucap mamad sembari memandang ku yang menghitung sejumlah uang ditangan.
"Sikit,"balas ku tersenyum.
"Nanti aku yang tambahin,"balas Mamad sembari mengambil buku yang berada dirak atas kepala ku.
"Aku ambil 2 ya,"balas ku sembari memberikan buku yang telah ku pilih kepada mamad.
"Ini aja,"entengnya Mamad memberikan pancingan kematre-an ku untuk keluar.
"Enggak itu aja,"sabar Mariani sabar, Mamad pasti ditangan.
"Berapa?."tanya Mamad kepada penjual buku itu.
"Rp 120.000,Rp 85.000, ditambah Rp 150.00, totalnya Rp 355.000." mahal banget padahal buku yang ku ambil hanya dua saja kenapa buku yang diambil mamad lebih murah.
"Mad,ini."Aku memberikan uang sejumlah Rp 200.000 untuk melunasi hutang ku kepada mamad.
"Udah dipegang aja,nanti kalau kita makan bayar nya pakai itu,"kata mamad.
"Oke,"aku memasukkan uang itu kembali.
Sepanjang perjalanan aku tersenyum tak karuan kala menatap senyum mamad dari spion motor Vario 125 miliknya.
"Mad,dari tadi orang Rini enggak ada mau bicara mau makan dimana,"tanya ku, soalnya lumayan makan perjalanan juga dari kampung kami untuk keluar,atau istilah kami ke kota.
"Tadi Soni bilang kita makan di warung pecal lele ibunya Rini aja,dia kangen katanya sama ibunya."
"Iya udah, ikut aja,"balas ku.
Padahal ibu yang dimaksud itulah adalah ibu tiri Rini,ibu kandung Rini dulu meninggal usai melahirkan adik nya, setelah itu ayahnya menikah lagi dengan ibu Ratna namanya,namun entah mengapa ayahnya menceraikan ibu Ratna dan menikah lagi dengan janda kaya di kampung sebelah, terpaksa lah akhirnya Rini tinggal dengan nenek dan adiknya dirumah mereka.Ibu Ratna segan untuk tinggal disitu karena merasa tidak memiliki hak terlebih lagi ia tidak memiliki anak dari pernikahannya dengan ayah Rini.
"Loh, warung ibu Rini semakin besar ya,"ucap ku terkejut kagum.
"Iya."
Bersama-sama kami memasuki warung dan melihat-lihat suasana yang kebetulan lagi sepi-sepi nya.
"Ibunya ada?."Tanya Rini memasuki warung itu.
"Diatas kak,mau dipanggil?."ucap pelayan nya,dia sudah kenal Rini karena kami juga sudah sering kesini untuk menghantarkan Rini, hanya saja Mamad baru 2,atau 3 kali dari sini.
"Loh Rin,nopo nduk,"ibu Rini langsung merangkul dirinya.
"Rini langsung menangis sejadi-jadinya."
"Bapak Bu...bapak udah 2 bulan enggak datang-datang menjenguk kami, Ririn juga lagi sakit, Rini enggak tau mau gimana Bu."
"Walah,jadi Ririn udah minum obat?."
"Sudah Bu,beli diwarung semalam."
"Besok atau lusa ibu usahakan datang ya Rin,ibu juga belum tau bisa kesana apa enggak, apalagi ini bapak mu jauh Mandah,"jawab ibu Rini, walaupun ia sudah menikah,ia sudah menganggap Rini dan Ririn itu adalah anaknya, terlebih lagi suami baru nya juga sama hal nya dengan ibu Rini,sampai usia pernikahan mereka yang ke 3 Tahun mereka juga belum dikaruniai anak, berbeda dengan bapak kandung Rini yang akan menimang anak kedua nya dari pernikahannya dengan janda gatal itu,ih aku sangat benci dengan ibu tiri Rini yang satu itu.
"Iya Bu,"balas Rini menghapus air matanya.
"Bikin nasi nya Len,"perintah ibu Ratna kepada asisten nya.
"Iya Bu,"panjang lebar Rini bercerita kepada ibunya, tentang ia yang selalu bertengkar dengan neneknya sampai-sampai ia ingin kuliah namun tak ada biaya juga ia sampaikan kepada ibunya itu.
"Semalam bapak juga udah bilang gitu Rin,bapak maunya ngadopsi kalian itu resmi, apabila bapak kandung mu itu nuntut kami ada jaminan buat kami enggak melepaskan kalian,tapi gimana bapak kandung mu enggak berpikir sejauh itu,ibu enggak keberatan ku ngerawat kalian 2, emang kalian orang jauh?, enggak kan.Kalian kan anak ibu,"balas ibunya sedih.
"Dimakan-makan,"kata sambutan ibunya.
Kami pun memakan makanan yang sudah kami pesan dari tadi,selesai itu kami pulang tak lupa Rini dibawa kan bungkusan nasi dan sejumlah uang dari ibunya,kami melanjutkan perjalanan yang amat lumayan masih jauh ini.
"Bisa-bisa sampai sore ini,"ucap mamad.
"Iya."
Aku jadi terbayang, kalau-kalau nasib memberikan ku takdir seperti ibu Rini, sanggup kah aku merawat anak yang tidak terlahir dari rahim ku, sedangkan anak yang lahir dari rahim sendiri saja masih mau melawan gimana yang sudah lain darah dan segi pandang.
"Enggak mau?."
Mamad menghentikan perjalanan kami didepan sebuah kios Boba,segan kali kalau terus minta dibayari Mamad.
"Mau?."
"Iya udah."tanpa pikir panjang mamad memesan minuman viral untuk ku dan dirinya.
Kenapa aku merasa bosan ya... padahal ada sesuatu yang membuat hati ku berbunga-bunga.
"Ini,yok lah pulang,nanti Mariani kena dimarahin sama mas Aryo."Ajak Mamad.
"Ah ngapain cepat-cepat kali,"balas Soni.
"Oh Soni Lubis,aku kalau keluar itu enggak boleh lama-lama sama mas Aryo,nanti bisa -bisa dia berubah jadi..."
"Makanya mas mu itu disuruh kawin,dah tua pun,"balas Soni.
"Sama mbak mu boleh?."Tanya ku.
"Boleh kalau mahar nya cocok,percuma mas mu PNS."
"Lah mbak mu cuman buka toko baju kecil-kecilan mau dilamar berapa?."
Ya beginilah kami kalau sedang beradu argument,bahkan nanti kalau Rini berada dekat kami ia akan sakit hati sendiri mendengar ucapan kami.
"Wooo endak ada otek koe mar (wooo gak ada pikiran kau mar,"terakhir kata dari Soni.
"Wup kok ngamuk,"balas ku.
"Udah-udah ributnya, kalian ini bikin malu aja,ayok pulang aja cepat,"ajak mamad menarik tangan ku.
Motor lanjut dihidupkan bersama itu kami meninggalkan tempat itu dengan sigap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
MAMI ADRIELLA
boleh kak, untuk selanjutnya gimana
2024-10-08
1