04

Merasa ngeri berhadapan dengan gadis-gadis itu, Leo memilih untuk pergi dari sana. Niat hati ingin mengenal Marwa lebih dalam karena sudah berani bersikap kurang ajar padanya, ternyata dirinya malah dibuat pusing oleh tingkah gadis-gadis sengklek itu. Leo melajukan mobil menuju ke rumah pribadi miliknya yang terletak di perumahan elit.

Ketika mobil baru saja terparkir, Leo langsung disambut oleh sang mama yang berjalan mendekat. Leo menyalami tangan wanita yang sudah melahirkannya ke dunia tersebut lalu tak lupa mendaratkan ciuman di kedua pipi sang mama.

"Kamu baru pulang?" tanya Vinny—mama Leo.

"Ya. Aku mau istirahat, Ma. Capek." Leo memijat tengkuknya yang terasa pegal. Pijatannya Marwa justru meninggalkan bekas sakit di lehernya karena tidak profesional. Leo pun berjalan masuk diikuti Vinny di belakang.

"Tadi mantan istrimu datang ke sini." Ucapan Vinny membuat langkah Leo tertahan di tempat. Dia berbalik dan menatap sang mama dengan penuh selidik.

"Ada perlu apa si pengkhianat itu datang ke sini?" Leo tampak kesal. Vinny mengendikkan bahu dan memasang wajah malas. "Kalau dia datang ke sini, Mama langsung panggil satpam aja dan biar mereka mengusir wanita itu."

"Ya. Mama sudah melakukan itu. Dia minta mama buat ngerayu kamu supaya mau rujuk, tapi mama menolak," terang Vinny. Wanita itu memang tidak suka dengan mantan istri Leo yang ternyata seorang wanita murahan padahal dulu Vinny mengira sebagai wanita baik-baik.

"Terima kasih, Ma." Leo kembali mencium pipi Vinny. Kemudian, berlalu pergi ke kamar karena tidak sabar ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.

Sesampainya di kamar, Leo menghempaskan tubuhnya ke atas kasur lalu menjadikan kedua lengan sebagai bantalan. Pandangan Leo terarah ke langit-langit kamar. Bibirnya tersenyum tipis tatkala teringat keberanian Marwa. Bagaimana tingkah gadis itu mampu membuat Leo tersenyum sendiri.

"Aku bisa gila." Leo mengusap wajah dengan satu tangan untuk mengusir bayangan Marwa. Mungkinkah dia jatuh cinta pada padangan pertama dengan gadis itu. Love first sight kalau kata anak muda, tapi kalau dipikir-pikir apa yang bisa membuatnya jatuh cinta. Bahkan, banyak wanita yang lebih cantik dan seksi di sekitarnya. Namun, Leo mengingat satu hal kalau cinta itu buta, tidak memandang apa pun. Ya, meskipun ada yang sebagian yang memandang mana Supra mana Ninja.

Bayangan Marwa yang tidak juga pergi seolah mengharuskan Leo untuk beranjak bangun. Lalu menuju ke kamar mandi untuk berendam air hangat agar tubuhnya lebih segar. Leo mengisi bathup dengan air hangat lalu berendam di dalam sana. Memejamkan mata dan berusaha tidak terpikir Marwa. Namun, yang ada justru dia makin tergoda, membayangkan hal aneh hingga membuat adik kecilnya terbangun.

"Sial!" umpat Leo. Dia memilih bangkit dan bangun sebelum pikirannya makin melayang jauh.

***

Marwa merasa tidak tenang saat mengetahui kalau Leo sudah memiliki nomornya. Dia terus saja menatap layar ponsel yang menyala. Takut akan ada panggilan dari nomor asing. Ingin sekali Marwa memblokir nomor tersebut, tetapi hati kecilnya menolak.

Siapa tahu kalian jodoh yang tertunda.

Marwa merutuki batinnya yang terlalu berharap pada sosok lelaki yang bahkan baru dikenalnya. Baru saja terhanyut dalam pikiran, ponsel Marwa tiba-tiba berdering. Namun, kening Marwa mengerut dalam saat melihat nomor asing yang berbeda dengan nomor yang kemarin. Mungkinkah Leo sudah mengganti nomornya. Batin Marwa terus saja bertanya-tanya.

Jari Marwa pun menekan icon hijau, lalu menaruh ponselnya menempel pada telinga kanan. Marwa memang sengaja tidak membuka suara karena ingin mengetahui siapa orang yang sedang menghubungi saat ini.

"Maaf, Mbak. Ada kiriman paket dan saya mau mengantarnya. Boleh share lock lokasi saat ini?"

Marwa membisu. Seingatnya dia tidak memesan apa pun. Bahkan, dia saja sedang terserang kanker alias kantong kering yang membuat jiwa jajannya meronta-ronta. Tergoda oleh bakso, mie ayam. Bukan lagi seblak karena sudah bosan.

"Hallo, masih ada orang 'kah?" Pertanyaan dari seberang menyadarkan Marwa.

"I-iya, Mas. Saya kirim sekarang." Marwa menjawab gugup.

Panggilan itu pun terputus begitu saja. Marwa lalu menekan-nekan layar ponsel untuk mengirim lokasi kontrakan tanpa curiga sama sekali. Lima menit kemudian ponselnya kembali berdering dan kurir tersebut mengatakan kalau sudah berada di depan rumah.

Marwa pun keluar kamar dengan terburu untuk memastikan. Bahkan dia sampai bertabrakan dengan Juminten yang baru saja keluar dari dapur.

"Mar! Elu ngapain kaya dikejar setan gitu?" tanya Juminten heran.

"Ada paketan misterius buat gue." Marwa hanya menjawab sekenannya lalu berjalan cepat ke luar. Juminten yang juga merasa penasaran pun ikut di belakang Marwa.

Ketika pintu terbuka, dua gadis itu terkejut saat melihat satu mobil box terparkir di depan halaman, dan terlihat tiga orang sedang menurunkan beberapa kardus dari dalam sana.

"Aje gile. Banyak banget, Jum." Marwa melongo karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Terpopuler

Comments

sora

sora

mudah-mudahan segera rame yg baca.. ceritanya asik..dan ringan

2022-11-08

0

Author Emas

Author Emas

Buat cadangan sampai seumur hidup 😂

2022-11-02

0

Meili Mekel

Meili Mekel

1 mobil box

2022-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!