03

Di ruang tamu rumah gadis-gadis cantik itu, lelaki yang mencari Marwa tadi sedang duduk santai di kursi, sedangkan Marwa dengan bibir cemberut memijat kedua bahu lelaki tersebut. Merasa nikmat dengan pijatan Marwa, lelaki tersebut hampir saja terlelap kalau saja Marwa tidak mengeraskan pijatannya.

"Auh! Sakit! Bisakah kamu memijat dengan pelan? Tenagamu seperti kuli bangunan," omel lelaki itu. Sedikit menoleh untuk mendelik ke arah Marwa.

Marwa hanya memutar bola mata malas tanpa rasa takut lalu memelankan pijatannya. Sebenarnya, tangan Marwa sudah lelah karena hampir setengah jam memijat dan dia belum boleh beristirahat sama sekali.

"Astaga. Kenapa kamu loyo sekali? Kamu seperti orang yang belum makan seminggu," omelnya lagi. Kali ini Marwa tidak bisa bersabar lagi dan langsung menghentikan pijatannya.

"Lalu aku harus gimana? Kamu tuh laki, tapi kaya emak-emak. Mulut nyerocos mulu, gini salah, gitu salah, kenapa aku serba salah? Bunuh aku, saja! Bunuuhhh!" Marwa menggaruk kepala cukup kencang untuk meluapkan kekesalan.

Bukannya marah, tetapi lelaki tersebut justru terkekeh melihat Marwa, "Itu hukuman karena kamu tidak mau mengangkat panggilanku."

"Apa? Jadi, tadi kamu yang nelepon aku?" Suara Marwa begitu melengking. Lelaki tersebut mengangguk cepat. "Dapat nomor aku dari mana?" Marwa memajukan wajahnya hingga begitu dekat dengan lelaki tersebut.

Merasa jantungnya berdebar kencang, lelaki itu memundurkan tubuhnya karena takut lepas kendali berjarak dekat dengan gadis cantik di depannya. Dirinya takut khilaf.

"Kamu tidak perlu tahu." Lelaki itu bangkit berdiri dan bersiap untuk pergi. "Jangan lupa kamu simpan nomorku dengan nama Leonard S Erlangga," sambungnya.

"Kenapa ada huruf S di tengahnya. Memangnya S itu apa?" tanya Marwa heran.

"Sabeni," jawabnya santai tanpa malu. Sementara Marwa awalnya menutup mulut untuk menahan tawa, tetapi setelahnya gelakan keras terdengar menggema di sana.

"Kenapa kamu tertawa?"

"Enggak apa-apa, Om Sabeni. Aku cuma seneng aja akhirnya selesai mijetin kamu," dalih Marwa meskipun masih berusaha menahan tawanya. Namun, Leo tidak percaya dan justru menatap Marwa lekat hingga membuat gadis itu salah tingkah.

Marwa makin merasa gugup saat Leo bukannya pergi dan justru maju mendekati dirinya. Bahkan, jarak mereka begitu dekat—sangat dekat. Jemari Marwa saling meremas dan terasa dingin oleh keringat yang mengalir tanpa izin. Jujur, baru kali ini Marwa berada dalam jarak sedekat itu dengan seorang lelaki apalagi yang tampan seperti Leo.

Marwa bergeming saat Leo memajukan wajahnya. Wajah yang kian dekat makin membuat Marwa menelan ludah susah payah. Keberanian dan kejulidan yang biasa menggelora, kini seolah tercekat di tenggorokan lalu lenyap begitu saja, seperti tukang ghosting. Dia merasa lumpuh saat tatapan matanya terpaku pada bibir Leo yang tampak begitu seksi dan menggoda. Pikiran liar Marwa mulai bermain apalagi saat napas Leo terasa hangat menerpa pipinya.

Marwa memejamkan mata supaya lebih bisa menikmati sentuhan bibir sesuai apa yang ada di otaknya saat ini. Bulu halus di seluruh tubuhnya makin terasa meremang. Marwa begitu pasrah dan menyerah atau bisa saja dia justru yang akan menaklukan seorang Leonard.

Saking liarnya pikiran Marwa, gadis itu tanpa sadar mengerucutkan bibir dan bersiap untuk mencium bibir seksi milik Leo. Namun, baru saja menempel, Marwa terdiam karena merasa asing. Bibir itu tidak senikmat dalam bayangannya. Ketika Marwa membuka mata, gadis itu terkejut saat berhadapan langsung dengan seekor kucing yang saat ini sedang dipegang oleh Zaenab.

"Esteller!" pekik Marwa kesal. Zaenab tergelak keras dan hampir membuat telinga Leo yang saat ini sudah berdiri di sampingnya itu merasa tuli. "Elu jahat banget sama gue!"

"Meow ... meow ...." Kucing itu seolah menjawab dan justru mendusel di bawah kaki Marwa saat Zaenab baru saja melepaskannya.

"Astaga, ngapain elu bawa kucing ke sini, Zae?" Marwa berusaha menghindar, tetapi kucing tersebut terus saja mengejar. Ke mana kamu berlari maka aku akan terus mengejar. Begitulah kira-kira kata hati kucing.

"Sengaja biar elu enggak mesum di sini. Enak aja mau ciuman di depan gue, menodai mata suci gue sebagai jomlo aja elu, Mar." Zaenab membersihkan kaosnya dari bulu kucing yang mungkin masih menempel di sana.

"Yaelah. Mana ada mata suci tiap hari yang ditonton bok*p," cibir Marwa. Namun, dia langsung terdiam saat Zaenab melotot ke arahnya.

"Gue ke kamar dulu. Ati-ati, Om. Dia suka sama yang mateng dan brewokan kaya kamu." Zaenab menepuk dada Leo. "Bersiaplah untuk ditaklukkan di atas ranjang sama si Edan." Zaenab berlalu begitu saja sebelum teriakan Marwa yang melengking merusak gendang telinganya.

"Esteller! Nama gue Markonah Brielle Eden bukan edan! Elu itu yang edan!" Marwa bersungut-sungut.

Terpopuler

Comments

may faz

may faz

ya Allah ngakak anjirrrr🤭....denger kata Sabeni😜😁

2025-04-17

0

Deyenis

Deyenis

Khayalananya sudah sampai puncak saja, lau jatuh nyungsep🤣🤣🤣

2022-10-27

0

ꮍ ꙷ ꮼ ͧ ꮥ ᷞ ꭲ ᷝ ꮠ ͣ ꭺ ᷡ ꮑ ͣ

ꮍ ꙷ ꮼ ͧ ꮥ ᷞ ꭲ ᷝ ꮠ ͣ ꭺ ᷡ ꮑ ͣ

gak makann seminggu ya mati

2022-10-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!