Brak!
Juleha yang sedang duduk di kursi ruang tamu sampai terjengkit karena terkejut mendengar suara pintu yang tertutup kencang. Bahkan, dia hampir saja tersedak kacang atom yang baru saja dimasukkan ke mulut. Kening Juleha mengerut dalam saat melihat Marwa dan Juminten berdiri bersandar pintu dengan napas tersengal.
"Gue ... capek banget. Seperti habis diajak nanjak." Juminten berusaha mengatur napas.
"Mulut elu pengen gue sumpal pakai sambel, Jum!" Marwa menepuk kencang bahu Juminten hingga membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Gila elu, Mar. Sakit badan gue, remuk redam."
"Astaga, elu lebay banget, Jum. Udah gede juga kek anak TK," cibir Marwa. Juminten tidak menjawab, hanya melirik Marwa sekilas lalu mendengkus kasar.
"Kalian kenapa, sih? Dateng-dateng ribut mulu perasaan. Kaya orang enggak punya kerjaan," ujar Juleha.
"Emang kita enggak punya kerjaan!" sahut Marwa dan Juminten bersama. Juleha menggeleng sembari tersenyum sinis ke arah dua orang itu.
"Ke mana si Esteller? Katanya dia dapet duda." Juminten celingukan mencari keberadaan sahabatnya.
"Zaenab? Dia baru keluar sama si Suketi. Katanya mau nyari duda," papar Juleha. Kembali memakan kacang atom yang masih tersisa setengah toples.
"Tadi dia telepon katanya jatuh cinta sama duda. Kenapa sekarang dia lagi nyari duda?" tanya Juminten terheran.
"Mana aku tahulah," sahut Juleha.
Juminten pun mendudukkan tubuhnya secara kasar di kursi dekat Juleha. Dia bahkan meminum es teh milik Juleha dalam sekali tenggak tanpa peduli pada teriakan Juleha yang marah karena minumannya dirampas.
"Gue mau mandi dulu." Marwa melenggang ke kamar miliknya, merasa sudah tidak sabar ingin membersihkan diri karena tubuhnya terasa sangat lengket, bekas keringat setelah berlarian tadi.
Hampir sepuluh menit berada di kamar mandi, Marwa keluar dengan tubuh yang sudah terlihat segar. Handuk kecil melilit di atas kepala. Membungkus rambut basah yang menguarkan bau wangi. Dia mengambil setelan baju tidur berbahan satin dari dalam lemari pakaian lalu memakainya.
Baru saja selesai mengancingkan baju tersebut, ponsel Marwa yang berada di atas nakas terdengar berdering. Marwa segera meraih ponsel tersebut lalu melihat siapa yang sedang memanggil. Kening Marwa mengerut dalam saat melihat nomor baru tertera di layar.
Marwa menaruhnya kembali. Tidak berniat mengangkat karena tidak mau berhubungan dengan orang tidak penting. barangkali nomor tersebut hanya akan nge-prank dirinya untuk meminta pulsa atau transferan uang. Namun, seolah tanpa lelah, ponsel tersebut terus saja berdering bahkan sampai lima panggilan tidak terjawab.
"Hallo, ini siapa? Maaf! Aku tidak menerima nomor salah sambung!" Marwa berbicara ketus lalu mematikan panggilan itu secara sepihak.
Akan tetapi, nomor itu kembali memanggil dan terus memanggil. Saking kesalnya, Marwa mematikan ponsel tersebut dan membanting ke atas tempat tidur. Dia ingin sekali membanting ke lantai, tetapi masih sayang ponsel butut tersebut. Jangankan untuk membeli yang baru, kalau rusak saja Marwa tidak yakin bisa memperbaikinya.
"Mar! Oe!"
Suara Juminten terdengar nyaring diiringi gedoran pintu berkali-kali. Baru saja hendak bernapas lega, Marwa sudah kembali mendes*h kasar. Padahal Marwa sudah ingin istirahat, tetapi sahabatnya justru mengganggu.
"Apa, Jum?" tanya Marwa ketus saat pintu kamar baru saja terbuka.
"Ada yang nyariin elu," sahut Juminten.
"Siapa?" Alis Marwa terlihat saling bertautan karena bingung. Dalam hati juga menerka siapa orang yang sudah mencari dirinya. Kalau pacar sepertinya tidak mungkin karena Marwa tidak memiliki pacar saat ini.
"Pria tampan tadi yang di restoran."
"What!" sela Marwa. Matanya membulat sempurna karena tidak percaya. "Kenapa dia nyariin gue?"
"Mana gue tahu!" Juminten sewot sendiri.
Marwa dengan langkah lebar berjalan ke luar rumah untuk memastikan ucapan Juminten. Benar saja, ketika Marwa baru saja sampai di ambang pintu, dirinya langsung berhadapan dengan lelaki tampan yang sedang menatap lekat ke arahnya.
"A-ada perlu apa kamu ke sini?" tanya Marwa tergagap.
"Kamu masih bertanya untuk apa aku ke sini? Tentu saja untuk menagih hutangmu." Lelaki itu tersenyum sinis. Melihat wajah Marwa yang sangat terkejut, begitu menggemaskan menurutnya.
"Hutang? Kapan aku hutang sama kamu?" Marwa bingung sendiri. "Bukankah kita baru bertemu tadi. Itu aja kita tidak saling bertegur sapa."
"Bayar makanan di kafe tadi. Kamu bilang sudah puasin aku maka sekarang waktunya aku akan menagih ucapanmu. Kamu belum memuaskanku sama sekali." Tatapan lelaki itu seolah hendak menelanj*ngi Marwa hidup-hidup. Dengan susah payah Marwa berusaha menelan ludahnya. Bayangan anu mulai menari dalam otak hingga membuat tubuh Marwa meremang seketika. Apalagi suara des*han yang tiba-tiba terngiang membuat Marwa menggeleng cepat untuk mengusirnya.
Astaga. Masa gue belum nikah udah anu duluan. Selamatkan aku, Tuhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Syala Yaya (IG @syalayaya)
Wkwkkww ditagih beneran Marwa kalang kabut hahaha
2022-10-28
0
Deyenis
Hahahah kocak
2022-10-27
0
ꮍ ꙷ ꮼ ͧ ꮥ ᷞ ꭲ ᷝ ꮠ ͣ ꭺ ᷡ ꮑ ͣ
lanjut baca karena seru
2022-10-26
0