Tepat jam 12 siang, Jenna keluar dari kampus menuju mobil yang tadi pagi mengantarnya.
Sebelum pulang gadis itu lebih dulu mampir ke toko buku tempat di mana dulu dia bekerja, meski sekarang telah di larang oleh orang tua angkatnya kembali bekerja, bukan berarti Jenna ikut di larang juga menemui beberapa temannya di sana.
"Wih, siapa nih yang datang." Seru seorang gadis seumuran dengan Jenna saat melihat ada tamu paling di rindukan datang berkunjung
Kedatangan gadis itu membuat beberapa karyawan menoleh sekilas dan memberikan senyuman manis sebagai sapaan.
"Hallo, Intan. Apa kabar?" sapa Jenna seraya tersenyum manis.
Mereka berpelukan untuk meluapkan rasa rindu yang lama tidak bertemu, padatnya tugas kuliah Jenna membuat waktu senggang tidak banyak.
Kalau pun ada waktu, belum tentu di berikan ijin dari orang tua angkatnya terutama sang Abang.
"Baik Jee, dan kamu sendiri apa kabar? Lama tidak bertemu makin cantik saja kamu." Jawab Intan balik bertanya tidak lupa memuji kecantikan gadis manis itu
"Alhamdulilah baik, biasa saja kamu. Kayak baru lihat aku yang seperti ini." Jenna tertawa kecil memperlihatkan deretan gigi putih bersih tanpa noda
Dua tahun lamanya tidak lagi datang berkunjung ke toko buku, nyatanya sudah banyak sekali perubahan yang di lihat Jenna.
Beberapa teman kenalan semasa kerjanya dulu ternyata tidak lagi bekerja di sana, termasuk seorang pria yang biasa di panggil Jenna dengan sebutan kakak senior.
Seseorang yang lima tahun lalu sempat menawarkan diri mengantar Jenna pulang, tetapi di tolaknya dengan alasan tidak ingin merepotkan.
Hampir satu jam lamanya Jenna berada di toko buku, fokusnya teralihkan ketika Lestari mengirim pesan singkat yang memintanya segera pulang, jika tidak ingin di dahulukan seseorang.
"Mati aku, kenapa bisa pakai lupa segala kalau hari ini pasti orang itu pulangnya cepat." Pekik Jenna sambil berlari cepat menuju mobil yang terparkir di sekitar toko buku
Gadis manis itu bahkan sampai lupa berpamitan saking hebohnya membayangkan wajah garang milik sang Abang, jika tahu dirinya pulang tidak tepat waktu.
BRRAK!
Pintu mobil di tutup Jenna lumayan keras.
"Astagfirullah, Nona muda kenapa?" kaget sang sopir bertanya pada Jenna.
Pria tua itu baru saja hendak tidur tetapi langsung dikagetkan dengan kedatangan sang Nona muda.
"Gawat Paman, sebaiknya kita cepat pulang sekarang! Itu si Abang paling ngeselin sebentar lagi pulang ke rumah." Jawab Jenna panik meminta sang sopir segera menjalankan mobil
Pria itu akhirnya paham siapa di maksud, ia mengendarai mobil sedikit cepat menuju arah pulang ke rumah.
Jika di hitung-hitung dari waktu yang mereka punya sekarang, hanya tersisa kurang lebih setengah jam sebelum kepulangan Jenna di dahului sosok tampan yang berusaha di hindari gadis itu.
Sesampainya di rumah Jenna keluar mobil dengan cepat meninggalkan tas dan barang-barangnya yang lain di dalam mobil, jika begini yang bertugas membawa masuk semua barang milik Jenna sudah pasti sang sopir.
"Assalamualaikum, Mama." Teriak Jenna begitu memasuki ruang tengah
Beberapa pelayan sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan dari Nona Muda mereka yang kadang membuat sang Nyonya besar pusing dan berakhir memberikan hukuman.
Lestari yang baru saja masuk lewat pintu belakang sontak menoleh kearah sumber suara.
"Adek kebiasaan banget sih, masuk rumah langsung teriak-teriak." Omel wanita itu tanpa mengindahkan kelakuan Jenna yang mulai bergelayut manja di lengannya
"Hehe, maaf Mama sayang." Jenna langsung mencium sayang kedua pipi milik Lestari bergantian
"Habisnya Jenna takut di dahului Abang. Bisa bahaya Mama, kalau sampai Abang pulang duluan tapi Jenna masih di jalan."
Jenna sangat hapal sikap pria tampan yang selalu mengajaknya untuk menikah tersebut. Ada saja alasan yang ia berikan demi bisa memberi hukuman pada Jenna, semua tidak luput dari pantauan Lestari.
Bahkan tidak ada yang di tutupi Jenna dari sosok wanita cantik yang sampai sekarang masih berstatuskan Ibu angkatnya itu, terutama dalam hal menceritakan bagaimana kelakuan pria itu.
"Gampang, Mama tinggal jawab ke Abang kalau Adek lama pulang karena mampir sebentar di rumah Aunty Sasha." Balas Lestari tersenyum gemas
"Yakin Abang nggak akan curiga kalau Mama jawab begitu?" ledek Jenna sudah hapal seperti apa kebiasaan satu-satunya putra dari orang tua angkatnya itu.
"Haha, Mama lupa kalau Abang paling susah di bohongi. Apalagi jika itu sudah menyangkut Adek," kekeh Lestari mendadak lupa pada kebiasaan sang putra.
Ibu dan anak itu asyik mengobrol sampai pekerjaan di dapur selesai, terbiasa menyiapkan kebutuhan anggota keluarga dengan tangan sendiri, membuat Lestari sangat betah bila berlama-lama di aera dapur.
Belum lagi sudah ada si manis Jenna yang selalu menjadi teman cerita dan berbagi keahlian di dapur.
.
.
Jenna keluar dari kamar mandi lengkap dengan pakaian rumahan sederhana, dia bernafas lega akhirnya sampai di rumah lebih dulu.
"Untung Mama ingetin aku, bisa bahaya kalau sampai si Abang tahu aku pulang telat." Gumamnya pelan
Kedua tangannya begitu sibuk mengoleskan lotion di beberapa bagian tubuh putih mulus miliknya yang tanpa ada bekas apapun terlihat.
"Wanginya anak gadis Mama Lestari," seru Jenna senang memutar tubuhnya di depan cermin.
Samar-samar gadis manis itu mendengar suara derap langkah kaki yang sangat di kenalnya, ingin pura-pura tidur karena tidak mungkin belajar apapun itu.
"Sudah aku duga pasti pulang cepat," perlahan Jenna bangkit dari kursi rias.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu lumayan keras mengganggu indra pendengaran gadis manis itu.
Tok tok tok
Pintu kembali di ketuk, namun kali ini lebih keras.
"Masuk!" sahut Jenna dari dalam kamar.
Sebelumnya gadis manis itu memilih berpindah duduk di atas ranjang.
Ceklek
Pintu kamar di buka perlahan, memperlihatkan sosok tinggi putih dengan postur tubuh yang sempurna.
"Boleh Abang masuk?" tanya pria dengan ketampanan jauh di atas rata-rata masih berdiri di ambang pintu.
"Hmm, silahkan!" jawab Jenna memberikan ijin.
Lihatlah! Kali ini apa lagi yang akan pria ini lakukan? Jenna membathin
Gadis manis itu yakin ada sesuatu yang tidak beres, dan sudah pasti sangat merugikan dirinya.
Di tangan pria itu ada nampan berisi makanan dan satu gelas air putih, hal sudah biasa yang setiap makan malam tiba Jenna di larang turun ke ruang makan, semua itu berlangsung sudah dua tahun lamanya.
Kedatangan sang Abang sedikit menimbulkan ketakutan di hati Jenna, rasa takut bagaimana bila keterlambatannya tadi sore sampai di ketahui.
Usai makan malam, Jenna di minta berpindah duduk di sofa panjang depan TV. Aura tidak bersahabat dengan perasaan tidak nyaman mulai menyelimuti hatinya.
DEG
Haaaa,, LAGI? Pekik Jenna dalam hati
Matanya melirik kearah pria tampan yang kini mala memperlihatkan senyum yang begitu manis.
"Aira, malam ini tolong kamu kerjakan soal 120 nomor itu! Semua jawabannya tidak panjang kok, dan tidak akan membuat tangan mu sampai KERITING."
🍃🍃🍃🍃🍃
Mampus, di kerjain mulu.😩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments