Di lantai tiga, terdapat seorang wanita dengan pakaian rumahannya berusia kurang lebih 40 tahun yang tidak lain adalah Ibu angkat dari Jenna terus saja mengetuk pintu kamar gadis itu lumayan keras.
Kesal karena pintunya di kunci, akhirnya wanita berparas cantik tersebut harus meminta salah satu pelayan di kediamannya untuk mengambil sebuah kunci cadangan.
"Tolong ambilkan saya kunci cadangan kamar milik putri ku di laci dalam lemari samping meja TV!" pinta Lestari pada salah satu pelayannya.
"Segera saya ambilkan Nyonya," sahut sang pelayan bergegas pergi mengambilkan apa yang di minta.
Selang beberapa menit kemudian, pelayan tersebut datang sambil membawa beberapa kunci cadangan yang bukan hanya milik kamar sang Nona muda, melainkan ada beberapa kunci lainnya.
"Ini Nyonya, kuncinya." Ucapnya pelan seraya memberikan beberapa kunci cadangan tersebut pada Lestari
"Terima kasih ya."
Lestari tidak kesulitan mencari kunci mana yang merupakan cadangan untuk membuka kamar milik putri angkatnya.
Sebagai Nyonya Besar yang bertanggung jawab mengurus semua keperluan di rumah tentu bukan masalah besar bagi Lestari menemukan apa yang dia butuhkan.
Ceklek!
Saat pintu kamar berhasil di buka, mata Lestari sontak membulat sempurna ketika langkah kakinya sudah masuk ke dalam kamar milik gadis manisnya tersebut.
"Jenna. Oh, ya ampun anak gadis aku sudah siang belum juga bangun." Pekiknya lumayan keras seraya berjalan mendekat kearah tempat tidur dimana terdapat sang putri masih tidur meringkuk di balik selimut tebal
"Bangun sayang! Ini jam berapa coba, Adek nggak mau pergi kuliah apa?" omel Lestari seraya menarik lumayan kuat kedua lengan Jenna hingga terduduk meski kedua matanya belum juga terbuka.
Hanya itu cara agar putri angkatnya itu segera bangun dari tidur.
Sebenarnya Jenna masih sangat mengantuk, tetapi teriakan sang Mama jauh lebih keras di bandingkan alarm miliknya.
Alhasil meski enggan membuka mata, gadis itu tetap harus bangun, jangan sampai membuat keributan lagi di pagi hari.
"Ngantuk banget Mama, semalam Jenna di minta Abang bantuin kerjakan soal banyak sekali. Tidurnya pas jam 3 subuh, kenapa Mama malah bangunin Jenna masih jam 6 pagi sih?" Adu Jenna sedikit kesal karena sudah di kerjai putra satu-satunya dari orang tua angkatnya tersebut
"Lihat! Sekarang sudah jam berapa, hmm?" titah Lestari tanpa menanggapi aduan yang keluar dari mulut Jenna barusan.
Wanita berparas cantik dan anggun itu tentu tahu sejahil apa sang putra ketika kemauannya tidak di turuti, terlebih selama dua tahun putranya terus meminta Jenna untuk segera di lamar.
Tetapi apa hendak di kata, gadis manis itu selalu saja menolak dengan alasan yang tidak masuk akal.
"Tadi kan, Jenna bilang jam 6, Mama." Jawab malas gadis manis itu kelewatan manja dan masih sangat mengantuk
Entah karena Jenna belum melihat jam yang terletak di samping tempat tidurnya atau karena enggan membuka mata walau sedikit saja.
"Lihat yang benar sayang! Lama-lama Mama panggil Papa biar Adek cepat beres-beresnya, kalau Adek terlambat nanti kena omel Abang mau?" gemas Lestari rasanya ingin sekali mencubit kedua pipi cubby milik putri angkatnya tersebut.
Dengan malas Jenna membuka matanya perlahan kemudian melirik malas ke atas nakas samping tempat tidur, mata indahnya yang belum sepenuhnya terbuka mendadak besar setelah sadar jika dia ternyata sudah terlambat untuk masuk kuliah pagi.
"OMG, Mama. Hari ini Jenna ada kuliah pagi dan Dosen nya sangat galak, Mama kenapa bangunin Jenna baru sekarang?" Jeritnya lumayan kuat segera bangun dari tempat tidur
Langkah kakinya yang panjang berlari cepat masuk ke dalam kamar mandi tanpa peduli pintunya di tutup atau tidak.
Lestari hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir anak gadis yang di rawatnya sudah lima tahun ini, menjadi begitu manja dan sangat bergantung padanya.
"Apa karena aku tidak memiliki anak perempuan sampai sang Kuasa mengirimkannya padaku." Gumamnya lirih seraya mengusap air mata yang sudah mengenang di pelupuk mata
Salahkah jika dia bersikap egois?
Dua tahun lalu, kedua orang tua kandung dari Jenna sempat menghubunginya untuk meminta putri mereka agar mau di kembalikan.
Akan tetapi, rasa tidak rela dan tidak ikhlas mampu menjadikan Lestari menjadi ibu yang tidak berperasaan dan sedikit egois, rasa sayang dan cintanya pada Jenna telah membutakan mata hatinya.
Sekeras apapun orang tua kandung Jenna ingin mengambil putri mereka kembali, jangan harap Lestari mau memberikannya sampai kapan pun itu, tentu semua yang di lakukannya tidak luput dari pantauan Jenna sendiri.
Kurang dari dua puluh menit sebelum jam 8 pagi, Jenna berlari turun ke lantai bawah dengan tergesa.
Gadis manis itu bahkan tidak ikut sarapan dan memilih berangkat kuliah di antar oleh Pak sopir.
"Mati aku, sebentar lagi pasti pelajaran akan di mulai." Panik Jenna terus melihat kearah jam di pergelangan tangan kirinya
Waktu yang tersisa memang tidak lah banyak, hanya karena di hukum mengerjakan soal dari sang Abang membuat Jenna bangun terlambat.
"Paman, bisakah lebih cepat lagi? Jenna bisa telat sampai kampus." Pintanya seraya memohon pada sang sopir
"Nanti Paman di marahi Tuan muda lagi Nona." Sahut pria itu takut menuruti permintaan sang Nona muda
"Abang ngga bakal tahu kalau Paman nggak buka suara ke Abang. Ayo lah Paman, nanti kalau sampai telat Jenna nggak di bolehin masuk kelas lagi." Pintanya kembali memohon berharap sang sopir kali ini menyetujui
"Baiklah Nona muda," sahut pria itu mengalah.
Pria berusia 50 tahun itu hanya bisa pasrah melihat raut wajah sedih gadis manis kesayangan dari sang majikan tersebut.
Hanya lima belas menit mobil yang di tumpangi Jenna sudah tiba di depan kampus, dengan segera gadis manis itu keluar dari dalam kereta roda empat tersebut kemudian berlari cepat menuju arah dimana ruangannya berada.
Akan tetapi, baru saja tiba di depan pintu masuk kelas Jenna yang akan melangkah masuk ke dalam ruangan, di kejutkan dengan suara bariton milik seseorang yang sangat dia hapal siapa sosok tersebut.
"Aira Jenna Mehrunissa, pergi ke ruangan saya sekarang! Tunggu sampai saya selesai mengajar satu jam lagi."
DEG
Mampus, aku bilang juga apa telat 'kan masuk ruangannya.
Gadis manis itu merutuki kebodohannya yang tidak sempat memeriksa waktu yang tersisa sebelum memasuki ruangan.
Sementara sosok yang barusan menegur Jenna terlihat begitu fokus pada buku tebal yang di bukanya dengan perlahan, sambil menjelaskan beberapa bagian paling penting kepada teman-temannya yang duduk tenang dalam ruangan.
"Kak, apa tidak bisa masuk ruangan dulu gitu? Lagi pula Jenna telat cuma satu menit saja kan?" mohon Jenna berharap Dosen yang mengajar tersebut memberikan sedikit saja keringanan terhadapnya.
Mendadak dalam ruangan hening seketika mendengar satu kalimat yang keluar dari bibir mungil Primadona kampus tersebut.
🍃🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments