Jenna yang di minta keluar ruangan menuju ruang Dosen yang sering dia katakan galak tersebut, mulai merasakan perasaan tidak nyaman sedari memasuki ruangan.
"Mama, tolong Jenna!" jeritnya frustasi mulai memanggil Lestari.
"Percuma kamu meminta tolong, tidak akan ada orang mau membantumu yang suka telat di M.K pagi." Ucap sang Dosen terkesan ketus dan dingin
DEG
Jenna tidak berani melihat kearah belakang di mana Dosen galak julukannya itu tengah berdiri, jantungnya berdetak kuat saat mendengar suara derap langkah kaki panjang yang kian mendekat.
Mati aku, kali ini hukuman apa lagi. Umpatnya berbicara dalam hati
Minggu lalu gadis itu juga telat masuk kuliah dan penyebabnya sudah pasti orang yang sama, dia sampai di hukum menghapal sepuluh Surah pendek hanya dalam waktu satu jam.
Dan sekarang Jenna kembali melakukan kesalahan yang sama, entah hukuman apalagi yang akan di terimanya kali ini.
.
.
Di hadapan Jenna sudah ada Dosen pria yang sudah siap memberinya sebuah hukuman, matanya tidak berani menatap manik mata berwana coklat bening milik pria itu.
"Sepertinya kamu memang suka sekali di hukum." Ucap Dosen pria tersebut seraya menatap dingin kearah biang rusuh
Tangan Jenna meremas lipatan rok panjangnya lumayan kuat.
"Siapa yang mau di hukum coba, tadi Jenna bangunnya kesiangan untung ada Mama yang bangunin. Semalam ada seseorang yang sengaja menyuruh Jenna mengerjakan soal sebanyak 100 nomor, mana jawabannya panjang semua lagi. Terus kalau sampai salah soalnya malah di tambah mulu." Selak Jenna tidak terima dengan kalimat yang barusan terlontar dari mulut Dosen galak tersebut
Dari ekor mata milik gadis itu, dapat dengan jelas melihat seulas senyum menyeringai tipis menghiasi bibir kemerahan milik sang Dosen yang katanya galak itu.
"Benarkah? Jadi kamu tidak terima karena di paksa mengerjakan soal-soalnya?" ujinya ingin tahu apa tanggapan yang keluar dari mulut Jenna.
"Tidak terima sih nggak juga, cuma lebih ke kesal saja. Memangnya di kira gampang apa menjawab semua soal yang jawabannya sampai selembar kertas, tuh lihat sampai keriting tangan Jenna cuma gara-gara tugas sialan itu." Jawab Jenna sudah kelewatan jujur masih juga ada kata kasar di akhir kalimatnya
#Opss!
Jenna segera menutup mulutnya menggunakan kedua tangan saat melihat tangan Dosen pria itu sudah memegang sebuah mistar besi yang panjangnya sekitar satu meter.
"Bagus, berkali-kali di kasih tahu dan berulang kali di ajarkan bagaimana caranya berbicara yang sopan tetap saja masih ada satu kata itu terselip di setiap kalimat yang keluar dari bibir mungil mu itu, hmm." Tuturnya dengan nada terkesan marah
"Buka Juz 'Amma! lima belas Surah, sepuluh Surah yang panjang dan lima Surah lainnya pendek." Titahnya penuh penekanan
Mata Jenna rasanya ingin keluar dari tempatnya, yang minggu lalu saja dia sampai sakit kepala menghapal sepuluh Surah dalam waktu satu jam.
Sekarang lima belas Surah dan itu pun hanya ada lima Surah yang pendek, apa tidak ada hukuman lain lagi selain hapalan Al-Qur'an.
"Tunggu apa lagi? Ayo cepat hapal semuanya jangan sampai ada yang kamu lupakan," nada sedikit mengancam di berikan sang Dosen.
Waktu yang di berikan pada Jenna menghapal lima belas Surah adalah dua jam, itu artinya masih bagus di bandingkan dengan hukuman sebelumnya.
"Ini namanya penindasan otak," kesal Jenna mengumpat tidak senang karen dia kembali lagi mendapatkan hukuman untuk menghafal ayat suci Al-Qur'an.
Tepat dua jam sudah selesai Jenna langsung menyetor hukumannya, semua Surah yang gadis manis itu ucapkan tidak ada yang salah.
"Pintar. Besok-besok datang telat lagi biar hapalan Surah nya bukan ada pada Juz 'Amma, melainkan Surah yang panjangnya bukan hanya ada 10-50 ayat tetapi lebih dari itu." Ucap sang Dosen seraya tersenyum manis kearah Jenna
Ingin rasanya gadis itu mencakar wajah sok tampan yang mengaku Dosen baik dan berkahlak mulia tersebut, nyatanya apa yang mereka lihat tidak seperti itu aslinya.
Tunggu saja pembalasan ku. Geramnya dalam hati
Baru saja Jenna hendak akan beranjak pergi keluar dari ruangan Dosen galak tersebut, namanya justru kembali di panggil.
"Aira Jenna Mehrunissa, selama kamu masih bersikeras tidak memberi alasan yang tepat soal penolakan waktu itu jangan harap hari-hari mu di kampus akan merasa tenang dan nyaman."
Bibir mungil Jenna seolah mengejek tanpa rasa takut sedikit pun.
"Terserah, lagi pula yang bakal capek sendiri dan bosan bukan aku tapi anda sendiri." Balasnya bergegas meninggalkan ruangan tanpa menghiraukan teriakan sang Dosen yang memanggil namanya berulang kali
"Kapan anak gadis itu mau berkata jujur?" gumamnya pelan menerawang jauh ke masa depan.
.
.
#Di Ruangan Kelas
Akibat telat bangun dan sampai harus menerima hukuman dari Dosen.
Kini Jenna hanya berdiam diri duduk manis di dalam ruangan kelas, enggan mengikuti teman-temannya ke kantin.
Ingatannya kembali berputar pada kejadian dua tahun yang lalu, saat di mana dengan lantangnya seorang pria memintanya untuk menjadi pendamping hidup tanpa mengetahui bagaimana kehidupan masa lalunya dulu.
Berkali-kali di tolak nyatanya tidak membuat pertahanan sosok yang sering dipanggilnya dengan sebutan Abang itu kehilangan harapannya.
Jenna menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan, tidak ada yang berubah selama dia masih menjadi putri angkat dari pasangan suami istri yang merupakan pengusaha kaya raya di kota X tersebut.
Pertemuan mereka bisa di bilang suatu kebetulan yang berakhir dengan ikatan yang sampai detik ini masih menjadi masalah bagi orang tua kandungnya sendiri.
"Ternyata dengan memilih hidup tenang dan nyaman sebagai anak angkat bukanlah pilihan yang salah," gumamnya pelan seraya memperhatikan sebuah foto keluarga di layar ponsel miliknya.
Bayangan akan wajah cantik dan tampan yang tersenyum begitu hangat padanya seakan berputar di pelupuk matanya, dua orang yang paling Jenna sayangi di bandingkan orang tua kandungnya sendiri.
"Seandainya saja masa lalu buruk itu tidak pernah terjadi dalam hidup ku, mungkin sekarang aku masih bisa bersama dengan mereka." Ucapnya terdengar lirih tanpa sadar air mata jatuh mengalir
Ada alasan sangat kuat di balik kerasnya pertahanan diri Jenna selama ini, belum lagi dinding kokoh yang membentengi hatinya tidak mudah di hancurkan oleh siapa pun.
Termasuk sosok pria tampan yang selama lima tahun ini menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.
"Hanya waktu yang mampu menjawab semuanya, aku tidak akan gegabah dalam mengambil sebuah keputusan di masa depan nanti."
Baginya jodoh, rezeki, amal dan kematian sudah ada yang mengaturnya.
Perihal bagaimana takdir akan merubah kehidupannya di masa depan nanti, biarlah semua menjadi rahasia antara gadis itu dengan sang pemberi hidup.
🍃🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿
mampir thor 👍👍
2022-11-01
2