"Jadi kapan kalian berencana untuk memiliki seorang anak?" ternyata pertanyaan itu kembali dilontarkan oleh bibi Daisy lagi untuk pasangan pengantin baru itu.
"Iya, Sayang. Ibu juga sudah tidak sabar untuk menimang cucu!" imbuh Marisha tak kalah bersemangat.
Sean dan Willona terlihat begitu bingung dan terdiam selama beberapa saat. Bagaimana mereka berdua mau memiliki seorang anak? Padahal pada kenyataannya mereka berdua adalah seperti orang asing saat sedang berada di dalam rumahnya. Saling sibuk dengan urusan masing-masing, bahkan berpisah ranjang.
"Uhm. Begini ibu, bibi ... sebenarnya aku dan Willona ingin menikmati masa berdua dulu seperti ini. Seperti orang yang sedang pacaran. Kalian tentu sangat tau bukan, aku dan Willona bahkan baru saja beberapa pekan saling mengenal dan langsung menikah. Kami ingin menikmatinya pelan-pelan." Sean berusaha untuk memberikan jawaban yang tepat untuk mereka. "Benar begitu, Sayang?" imbuh Sean yang beralih menatap Willona.
Seakan begitu terkejut, Willona hanya tersenyum kaku dan mengangguk pelan.
"Haishh ... dasar anak-anak ini. Padahal kami para orang tua sudah tak sabar ingin segera menimang cucu." bibi Daisy sedikit mendengus dan kembali melanjutkan menyantap makanan yang berada di hadapannya. "Kalau tidak sebaiknya kalian mengambil cuti bersama selama beberapa hari dan pergilah untuk berbulan madu ke suatu tempat! Masa setelah menikah malah sudah bekerja dan kuliah! Kalian malah sibuk sendiri-sendiri. Bagaimana akan punya anak jika seperti itu!" bibi Daisy kembali menggerutu karena melihat keponakannya yang tak terlihat seperti pengantin baru pada umumnya.
"Kami juga sudah meminta mereka untuk berlibur beberapa hari, agar mereka bisa berbulan madu. Namum Sean bersikeras menolaknya." imbuh Marisha yang sesekali melirik putra dan menantunya.
"Banyak tugas kantor yang harus diselesaikan, Bibi, Ibu. Lagipula Willona juga tak bisa mengambil cuti mendadak. Dan ... bulan madu di luar kota, luar negeri, atau hanya di rumah semua akan sama saja. Dan kami lebih nyaman bersama di rumah kami saja." Sean menyauti dengan santai.
"Mana bisa seperti itu! Semua orang akan mengolok-olok kelurga kita jika kalian terlalu sederhana! Bibi tidak mau tau! Pokoknya bibi akan memberikan tiket untuk kalian berdua! Setelah pulang nanti, segera siapkan dan kemasi barang-barang kalian berdua! Besok pagi kalian berdua akan segera berangkat! Masalah cuti kuliah Willona ataupun cutimu biarkan bibi dan Rezvan yang mengurusnya!" ucap bibi Daisy menandaskan dengan begitu garang dan tak bisa ditolak oleh siapapun lagi. "Dan anggap saja itu hadiah dariku untuk kalian berdua!"
Sean begitu tercengang mendengar keputusan dari bibi Daisy, namun dia juga tak bisa menolaknya karena Sean sangat mengetahui karakter dari bibi Daisy yang sangat keras dan tak bisa ditentang.
Suasana di meja makan berbentuk bundar dengan ukuran diameter kira-kira 2 meter itu kini menjadi hening dalam beberapa saat. Bahkan Rezvan dan Marisha juga tak menyauti bibi Daisy, karena sebenarnya Rezvan dan Marisha juga sudah tak sabar menantikan kehadiran seorang cucu yang lucu dan menggemaskan.
Sean terlihat begitu keberatan dengan keputusan bibi Daisy, namun Marisha menatapnya dengan senyum hangat dan mengangguk pelan seolah-olah meminta Sean untuk tidak melawan.
Sedangkan Willona terlihat lebih tenang daripada Sean, karena meskipun Sean selalu saja dingin dan tak menginginkan Willona, namun Willona berharap suatu saat suaminya akan benar-benar bisa menerima dan mencintainya dengan sepenuh hati dan Willona juga berharap perpisahan itu tak akan pernah terjadi.
Buah dari kesabaran akan sangat manis, dan Willona akan melakukan yang terbaik, dengan menjadi istri yang baik untuk pria dingin yang selalu terlihat hangat di depan publik dan keluarganya.
Setelah makan malam selesai akhirnya Sean dan Willona mulai berpamitan karena akan segera pulang ke rumah mereka. Sebenarnya kedua orang tua Sean sering meminta mereka untuk bermalam di rumah besar Lucano.
Namun semua permintaan dari Marisha selalu saja ditolak dengan manis oleh Sean dengam berbagai macam alasan. Bisa dibayangkan jika mereka berdua menginap di rumah besar keluarga Lucano? Maka Sean harus bersandiwara dalam 24 jam di depan keluarga besarnya, dan tentu saja itu membuatnya begitu malas dan lelah.
"Jangan lupa! Setelah pulang persiapkan barang-barang bawaan kalian untuk besok! Besok pagi kalian akan dijemput oleh seorang dan kalian akan segera meninggalkan Jakarta!" ucap bibi Daisy sebelum Willona dan Sean mulai menaiki Lexus hitam metalik itu.
"Iya, Bibi. Harus berapa kali bibi mengingatkanku? Aku ini genius, Bibi! Sekali saja bibi mengatakannya padaku, maka aku akan mengingatnya dengan baik!" sungut Sean yang terlihat sedikit kesal.
"Kamu harus selalu dicekoki seperti ini, Sean!" sahut bibi Daisy masih dengan nada yang begitu tegas.
"Baiklah. Kami akan pulang. Sampai jumpa ..."
Sean dan Willona mulai memasuki Lexus hitam metalik itu lalu mulai meninggalkan kediaman rumah besar keluarga Lucano. Lexus hitam metalik itu mulai membelah jalanan kota Jakarta yang begitu ramai.
Suasana di dalam mobil begitu hening dan dingin, karena tak ada percakapan di antara mereka berdua saat berada di dalam mobil. Sean sungguh sangat berubah saat mereka hanya sedang berdua seperti ini.
Auranya sangat berbeda saat sedang berada di depan keluarga dan publik. Willona hanya terdiam dan memandangi gedung-gedung pencakar langit yang sudah bertabur dengan kelap-kelip lampu kekuningan yang membuatnya semakin menawan.
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka sudah sampai di rumah. Keduanya mulai masuk bersama dan berniat untuk memasuki kamar masing-masing. Namun sebelum Willona memasuki kamarnya, Sean sedikir berteriak kepadanya.
"Willona!" panggil Sean yang juga sudah bersiap untuk memasuki kamarnya.
Karena kamar mereka berdua hanya berseberangan dan hanya berbatas sebuah ruangan saja. Yaitu ruangan tengah.
"Ya, Kak? Ada apa?" tanya Willona menghentikkan langkah kakinya dan beralih menatap Sean dari seberang.
"Bawa barang yang sangat diperlukan saja! Setelah berkemas segera tidur! Karena besok kita akan berangkat pagi-pagi sekali." ucap Sean masih dengan ekspresi dingin dan tak ada kehangatan sama sekali.
"Hhm. Iya ... aku mengerti." jawab Willona dengan hangat meskipun dia sangat tau, Sean akan tetap saja bersikap dingin kepadanya.
"Ya sudah. Malam ini aku sangat lelah. Besok dini hari masuklah ke kamarku dan persiapkan juga pakaian dan barang-barangku yang harus dibawa! Kau tau kan, aku tak terbiasa menyiapkan hal-hal seperti itu seorang diri?" titah Sean menatap tajam Willona.
"Baiklah ... semua akan aku persiapkan besok pagi-pagi sekali."
"Bagus!! Tapi jangan sampai kau berisik dan mengganggu istirahatku!" tandas Sean lalu mulai memasuki kamarnya dan menutup keras pintu kamarnya.
BLLAAMM ...
Sesak, sakit, seperti itulah makanan sehari-hari Willona saat ini. Tapi tak ada yang bisa dia lakukan kecuali bersabar.
...⚜⚜⚜...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
𝐂𝐈𝐌𝐔𝐓🌠 ✾ ⍣⃝కꫝ 🎸
sean sean jan dingin2 sama wilona awas nanti bucin akut baru tau rasa
2022-12-22
0
ℛᵉˣ🍾⃝ɴͩᴀᷞᴜͧғᷠᴀᷧʟ🤎🦁ˢ⍣⃟ₛ
nah lo bingung kan jawabnya di tanya soal anak
2022-10-23
1
Jennie
perlakuan mu sean sungguh luar biasa
2022-10-06
2