"Willona, jangan banyak berkata jika tidak ditanya! Dan ingat! Di depan mereka kita harus terlihat baik-baik saja dan saling mencintai!" bisik Sean kembali mengingatkan sebelum mereka berdua mulai sampai di sebuah ruangan di tempat para keluarga besar menunggu.
Willona hanya mengangguk pelan dan mengikuti semua kemauan Sean. Sebenarnya impian Willona adalah memiliki sebuah bahtera rumah tangga dan pernikahan yang indah dan penuh kasih. Bukanlah hanya sebatas berpura-pura seperti ini.
Takdirnya yang begitu memilukan ini masih disimpannya seorang diri. Dia tak mau berbagi dengan siapapun. Baik berbagi dengan sahabat maupun keluarganya. Karena itu itu semua akan sangat tidak baik jika pernikahan palsu ini sampai diketahui oleh publik.
Dan jika samua itu terjadi, bukan hanya berdampak untuk Sean, namun kedua keluarga besar akan sangat sedih dan merasa hancur. Terlebih saat ini, kedua bisnis kedua orang tua mereka semakin maju dan berkembang pesat setelah Willona dan Sean bertunangan hingga akhirnya melangsungkan pernikahan ini.
"Selamat sore, Papa ... ibu ... bibi Daisy!" sapa Sean dengan begitu manis dan penuh dengan rasa hormat.
Mereka menyambut hangat kedatangan pasangan pengantin baru ini dan segera mempersilakan untuk segera bergabung bersama dengan mereka bertiga.
"Maaf, tadi aku harus menjemput Willona dari kampus dan mengantarnya ke salon dulu. Jadi kami sedikit terlambat." ucap Sean dengan manis dan tentu saja itu hanyalah sebuah kebohongan.
"Benar sekali itu. Wanita harus pandai menjaga dan merawat diri, agar suami tidak pergi ke pelukan wanita lain!" celutuk bibi Daisy ceplas ceplos.
Dan inilah bibi Daisy yang memang selalu cerewet dan sentimentil. Dia selalu merasa paling benar dan tidak suka untuk mendapatkan kritik dan saran dari orang lain. Sangat berbeda dari adiknya / ayah Sean yang begitu tenang dan selalu berwibawa.
"Daisy. Mereka adalah pasangan pengantin baru, pastinya masih hangat dan masih saling lengket. Dan mana mungkin Sean-ku akan meninggalkan gadis secantik dan sebaik Willona? Tanpa perawatan apapun menantuku ini sudah sangat cantik dan memiliki inner beauty yang luar biasa! Benar begitu, Sayang?" kini Marisha Lucano, ibu Sean mulai memandangi Sean dan Willona secara bergantian dan tersenyum menggoda mereka berdua.
Willona merasa begitu kikuk dan kebingungan harus berkata apa saat ini. Karena semua yang dikatakan oleh Marisha adalah sepenuhnya tidak benar. Jika pada kenyataannya Sean tidak pernah mencintainya.
GREEPP ...
Tiba-tiba saja Willona dikejutkan oleh Sean yang mengalungkan lengan kuatnya melingkar pada bahu Willona dan sedikit mendekati Willona.
"Tentu saja, Ibu. Mana mungkin aku bisa berpaling dari Willona? Istriku sangat cantik dan baik. Aku bahkan selalu saja merindukannya jika sedetik saja tidak bersamanya." ucap Sean begitu manis dan sesekali melirik istrinya yang hanya tersenyum tipis dan terdiam saja. "Benar begitu kan, Sayang?"
"Ahh ... i-iya. Tentu saja, Ibu." sahut Willona sedikit tergagap.
"Ya sudah, mari kita sambil makan saja!" ucap Rezvan Lucano, ayah Sean. "Sayang tolong ambilkan untukku ..." imbuhnya kepada istrinya.
Marisha segera mengambilkan beberapa makanan untuk suaminya dengan wajah yang masih bersinar.
"Oh iya. Bagaimana kuliahmu, Willona? Apakah semuanya lancar?" Rezvan mulai bertanya kepada menantunya sembari menunggu sang istri menyiapkan makanan untuknya.
"Iya, Ayah. Semuanya lancar, hanya saja saat ini sedang ada sebuah tugas untuk pembuatan sebuah program penjualan. Dan Willona sedikit kesulitan ..." sahut Willona seadanya.
Karena membuat sebuah program adalah sesuatu hal yang sangat tidak mudah. Begitu banyak bahasa pemrograman yang harus dikuasai dan harus memahami beberapa konsep dasar pemrograman.
Menjadi seorang programmer yang mahir menciptakan program-program komputer yang bermanfaat dan menguntungkan tentunya sangat tidak mudah. Banyak proses belajar dan praktik yang harus dilalui agar bisa menjadi programmer yang handal.
Rezwan tertawa kecil mendengar ucapan dari Willona karena mungkin terdengar begitu lucu untuknya, "Willona, Sean adalah seorang programer yang handal. Kau bisa belajar dari dia saat kalian sedang bersama di rumah."
"Salah satu hal yang harus dikuasai oleh seorang programmer jika ingin bisa menciptakan program komputer yang bermanfaat adalah menguasai bahasa pemrograman. Bahasa pemrograman mana yang belum kamu kuasai, Sayang? Java? Pascal? Turbo Basic? Java Script? PHP ? Aku akan mengajari semuanya nanti saat aku libur." ucap Sean yang terlihat seperti seorang suami yang sangat menyayangi istrinya.
Bahkan Sean memanggil Willona dengan sayang? Jujur saja Willona masih merasa begitu kikuk saat ini karena mendapat perlakuan yang sangat manis dan berbeda dari biasanya.
"Hhm. Terima kasih, Kakak." ucap Willona dengan tulus.
Dan ucapan Willona tentu saja sukses membuat mereka semua menganga. Bagaimana mungkin seorang istri memanggil suaminya dengan sebutan kakak? Ini sangat tidak wajar dan terdengar aneh.
"Kakak?" ucap Daisy, Rezvan dan Marisha bersamaan.
Sean dan Willona yang masih bertatapan terlihat sedikit kikuk, hingga akhirnya Sean mulai mengatakan sesuatu untuk segera menutupi ini semua.
"Uhm ... begini ayah, ibu, bibi. Willona masih belum terbiasa menggunakan panggilan sayang. Jadi Willona masih sering memanggilku kakak." ucap Sean berusaha untuk menjelaskan. "Sayang. Kamu mau makan yang mana? Biar aku ambilkan? Mau kari ayam?" Sean segera bertingkah manis kembali dan mulai mengambilkan beberapa makanan untuk Willona agar mereka bertiga tidak curiga.
Akhirnya mereka melangsungkan makan bersama dengan ditemani obrolan-obrolan ringan. Namun sesuatu yang di luar dugaan tiba-tiba saja terjadi kembali.
"Apakah Willona sudah hamil, Sean?" tanya bibi Daisy tiba-tiba dan seketika membuat Willona tak sengaja menumpahkan minumannya dan mengenai gaunnya.
Sean segera berinisiatif untuk membersihkan gaun Willona pada bagian paha dengan menggunakan sebuah sapu tangan. Dan semua orang yang sedang menyaksilkan ini sukses dibuatnya begitu terpana saat melihat pasangan pengantin baru yang begitu hangat dan manis itu.
Willona juga seketika membeku dan hanya bisa menatap pria yang selama ini selalu memperlihatkan sikap dinginnya kepadanya.
"Sudah lebih baik. Lain kali gunakan pakaian yang sedikit gelap saat akan melakukan makan bersama." ucap Sean begitu lembut menatap Willona yang masih saja mematung menatap Sean.
"Manis sekali!" gumam Marisha yang mulai melanjutkan memakan makanannya kembali.
"Jadi kapan kalian berencana untuk memiliki seorang anak?" ternyata pertanyaan itu kembali dilontarkan oleh bibi Daisy lagi untuk pasangan pengantin baru itu.
"Iya, Sayang. Ibu juga sudah tidak sabar untuk menimang cucu!" imbuh Marisha tak kalah bersemangat.
Sean dan Willona terlihat begitu bingung dan terdiam selama beberapa saat. Bagaimana mereka berdua mau memiliki seorang anak? Padahal pada kenyataannya mereka berdua adalah seperti orang asing saat sedang berada di dalam rumahnya. Saling sibuk dengan urusan masing-masing, bahkan berpisah ranjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
𝐂𝐈𝐌𝐔𝐓🌠 ✾ ⍣⃝కꫝ 🎸
ucapan adalah doa lo sean. moga suatu saat kau benar2 merindukan wilona dan tak bìsa berpisah darinya😊
2022-11-22
0
ℛᵉˣ🍾⃝ɴͩᴀᷞᴜͧғᷠᴀᷧʟ🤎🦁ˢ⍣⃟ₛ
jangan simpan sendiri deritamu
2022-10-23
0
Jennie
hayoo mau jawab apa, kalian kan dekat hanya karena sesuatu
2022-10-06
2