Takdir Yang Memilih
Suara benturan keras itu membuat banyak orang menoleh ke arah sumber suara. Seorang gadis kecil tersungkur ke tanah, lututnya terluka. Dia menoleh ke belakangnya, dimana tubuh sang Ibu terpental beberapa meter. Darah mengalir dari hidung dan kepala Ibunya.
"Ibu...."
Gadis kecil yang berusia 6 tahun itu berlari dengan kaki terpincang-pincang. Dia bersimpuh di dekat tubuh ibunya yang penuh dengan darah.
Sang Ibu mengangkat tangannya yang sudah sangat lemah, dia mengusap wajah anaknya yang menangis tersedu-sedu.
"Ibu... Maafkan Tyas"
Jika saja dirinya tidak nakal, dia tidak menyebrang jalan dengan cepat tanpa menghiraukan perkataan Ibunya. Mungkin Ibunya tidak akan menolongnya dan berakhir seperti ini.
"Tyas anak kuat, pasti Tyas akan baik-baik saja. Hidup dengan baik dan selalu menyayangi Ayahmu, Nak. Maafkan Ibu karena tidak bisa terlalu lama hidup bersamamu"
Tyas kecil semakin menangis sesenggukan, dia memegang tangan ibunya yang semakin lemah di pipinya itu. "Hiks..Hiks.. Ibu, maafkan Tyas. Gara-gara nolongin Tyas, Ibu jadi kayak gini. Hiks... Ibu.. Hiks.. Maafkan Tyas"
"Hiduplah dengan bahagia, selalu menjadi anak baik dan sabar ya Nak"
Semua orang semakin banyak berkerumun disana. Setelah mengucapkan itu, Ibunya benar-benar menghembuskan nafas terakhir.
"Nak, yang sabar ya"
Seorang Ibu menepuk bahu Tyas kecil, Ibu ini terlihat begitu prihatin melihat gadis kecil itu yang harus melihat Ibunya meninggal dunia di depan matanya sendiri.
"Ibu... Jangan tinggalin Tyas"
...🍬🍬🍬🍬🍬🍬🍬🍬...
Tyas mengerjap saat merasakan cipratan air di wajahnya. Dia membuka kedua matanya dan melihat Ibu tirinya berdiri di pinggir tempat tidurnya dengan memegang segelas air.
"Mama" Tyas langsung terbangun, menatap Ibunya yang berdiri disana. "Maaf Ma, aku kesiangan"
"Kau itu sudah seperti ratu saja ya, seenaknya tidur nyenyak. Siapkan sarapan sekarang"
Tyas hanya mampu mengangguk, sudah terlalu biasa menghadapi hari yang seperti ini. Dia sudah tak pernah lagi mendapatkan perlakuan baik di rumah ini. Bahkan Ayahnya selalu menatap benci pada Tyas, setelah kejadian Ibunya yang meninggal karena menyelamatkan nya.
Menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam adalah kewajiban Tyas setiap harinya. Mengerjakan hal lain pun masih harus Tyas lakukan jika Ibunya melihat dia ada waktu senggang sebentar saja.
Menata sarapan di atas meja makan, dan pada saat itu Ayah, Ibu dan adiknya turun untuk menikmati sarapan bersama. Tyas menatap pada adiknya yang bergelayut manja pada Ayahhya.
Tyas juga anaknya, tapi sejak kejadian 16 tahun yang lalu, semuanya berubah. Tidak lagi ada tatapan hangat seorang Ayah pada anaknya ketika dia menatap Tyas.
"Selamat pagi, Pa" lirih Tyas menyapa Ayahnya, meski tak pernah mendapatkan respon apapun. Ayahnya selalu menatap dingin pada Tyas.
"Pa, aku mau ke mall nanti pulang sekolah sama temen-temen. Boleh ya"
Adriana, adik dari Ayah dan Ibu tiri Tyas. Umur mereka berbeda 7 tahun. Dia sekarang sedang duduk di bangku sekolah menengas atas. Sudah hampir lulus.
"Iya Sayang, boleh kok. Tapi pulangnya jangan kemalaman"
Adriana mengangguk "Siap Pa, makasih banyak"
Tyas hanya menatap iri pada kedekatan Ayah dan anak itu. Betapa Ayahnya sangat membencinya. Jangankan untuk bermanja seperti itu pada Ayahnya, bisa mendapat sapaan dari Ayahnya saja sudah sangat beruntung untuk Tyas.
"Kak Tyas mau ikut aku jalan-jalan ke mall?"
Tyas menghentikan gerakannya yang sedang menyuapkan sarapan ke dalam mulutnya. Adriana memang selalu bersikap baik jika dia berada di depan Ayahnya. Namun, di belakang itu semua dia sama saja seperti Ibunya.
Tyas menggeleng pelan "Tidak Dek, Kakak ada kerjaan hari ini"
"Ohh. Yaudah kalo gitu, semangat kerjanya ya" kata Adriana dengan senyumannya
Tyas mengangguk "Terimakasih Dek"
Ayuningtyas, nama yang di berikan orang tuanya saat dia lahir ke dunia ini. Nama yang cantik sesuai dengan wajah manis nya. Namun, nasibnya tidak secantik namanya.
Selesai sarapan, Tyas segera membereskan pekerjaan rumah sebelum dia berangkat ke tempat kerjanya. Ayuningtyas bekerja di salah satu tempat pecentakan buku. Sesuai dengan hobby nya, menulis novel online.
Tyas selalu bermimpi jika suatu saat dia bisa mempunyai novel cetak nya sendiri. Meski sampai saat ini, mimipinya itu belum tercapai. (Kayaknya mimpi author sama Tyas sama deh. 😌)
Melihat beberapa buku yang baru tercetak, kebayanyakan adalah novel-novel terkenal dari sebuah aplikasi menulis novel online. Tyas selalu senang melihatnya, meski bukan novel miliknya yang bisa tercetak menjadi sebuah buku. Tapi, Tyas selalu senang melihat beberapa novel ini.
"Yas, pulang yok.. Udah sore nih"
Seorang teman menyadarkan Tyas yang sedang membereskan hasil pencetakan hari ini. Tyas menoleh ke arahnya dan tersenyum. "Iya, ayo"
Jam kerja Tyas memang hanya dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Sampai di rumah selesai bekerja seharian, Tyas tidak hanya diam dan bersantai. Dia tetap harus memasak untuk makan malam keluarganya.
"Tyas, bisa ke ruang kerja Papa sebentar"
Tyas sampai menjatuhkan spatula yang sedang di pegangnya. Suara Ayahnya benar-benar sangat jarang terdengar memanggil namanya seperti sekarang. Tyas menoleh dan mendapati sang Ayah yang berdiri di ambang pintu dapur.
"Emm. A-ada apa Pa?"
"Kau datanglah ke ruang kerja, nanti akan tahu sendiri"
Setelah berkata seperti itu Eriawan langsung berlalu dari sana. Tyas hanya menatap bingung punggung Ayahnya yang semakin jauh lalu menghilang di balik dinding.
Apa yang ingin Papa bicarakan padaku?
Tyas menjadi bingung sendiri, tidak biasanya Ayah ingin berbicara dengannya. Bahkan sampai dia sampai mendatangi Tyas ke dapur.
"Baiklah, selesaikan dulu masakan ini"
Tyas menyelesaikan masakannya terlebih dahulu. Setelah masakannya selesai, barulah Tyas bersiap umat menemui Ayahnya di ruang kerja.
Pintu ruang kerja, Tyas buka dengan perlahan. Dia melihat Ayahnya sedang duduk di sofa dekat jendela. Hanya Ayahnya, tidak ada Ibu tirinya disana.
Dengan perlahan Tyas berjalan mendekati sang Ayah. Setelah Tyas sampai di depan Ayahnya, dia hanya berdiri disana. Bingung harus bicara apa saat itu.
"Duduklah" kata Eriawan
Tyas mengangguk dan segera duduk di ujung sofa. Dia hanya menunduk, karena tidak siap menatap tatapan Ayahnya yang selalu menatap benci padanya.
Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh tangannya, Tyas tersentak kaget. Dia langsung menoleh ke arah Ayahnya yang juga sedang menatapnya dengan tatapan berbeda dari biasanya.
Apa ini? Kenapa Papa tidak lagi menatap benci padaku?
Aneh rasanya bagi Tyas, saat sang Ayah menatapnya seperti itu. "Ada apa Pa?"
"Selamatkan perusahaan Papa, atau kau keluar dari rumah ini dan tinggalkan keluarga ini selamanya"
Deg....
Bersambung..
Kisah Tyas Ganesh di mulai.. yuk yang udah baca benteng penghalang kita pasti udah tahu siapa mereka.
Jangan lupa dukungannya..like komen di setiap chapter.. kasih hadiahnya dan votenya..
Ada karya temanku lagi nih..
"Anak laki-laki, walaupun sudah menikah ia tetap menjadi milik ibunya."
Namaku, Adhira Ulya. Ibuku pernah mengingatkan kata-kata itu padaku. Itulah yang membuatku berusaha menuruti keinginan ibu mertuaku. Lantas, haruskah selamanya kehidupan rumah tanggaku berdasarkan apa yang beliau inginkan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
vi
Baru baca udah sedih
2022-12-02
1
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
saya mampir ka
2022-10-27
0
uyhull01
hehe maaf kak bru masuk karna bru ada waktu senggang,,
2022-10-13
0