"Apaan?" Tanya Kayra heran saat Arkana mengacungkan dua jempol ke arahnya.
"Adik aku keren." Jawab Arka.
"Aku gitu loh. Bang liat ga tadi wajah jelek nya dia?" Tanya Kayra mencemooh.
Arka tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dengan kekakuan Kayra.
"Tapi Kay, dari mana kamu tahu soal mereka. Bukannya Paman tidak ingin kamu mengetahui tentang keluarga mu itu?" Tanya Arkana heran.
"Mama memberitahu ku. Dia mengatakan semu tentang laki-laki itu agar aku tidak akan salah paham jika suatu hari nanti mendengar kebenaran itu dari orang lain." Jawab Kayra.
"Kamu ngga punya keinginan untuk mencaritahu lebih jauh tentang mereka?" Tanya Arakan lagi.
"Buat apa? Memiliki kalian dalam hidup aku dan Ibu, sudah lebih dari cukup, Bang. Aku tidak ingin serakah, karena Allah tidak suka." Jawab Kayra. "Allah sudah memberi keluarga yang baik dalam hidup aku dan ibu, aku sudah sangat mensyukuri nya. Bukan berarti aku tidak mengakui mereka sebagai keluarga. Yah, lebih tepatnya keluarga dengan ikatan darah." Sambung Kayra.
Arkana mengangguk-angguk paham. Semua orang punya pilihan masing-masing dalam hidup. Dan Kayra lebih memilih keluarga mereka, itu adakah sesuatu yang sangat ia syukuri.
"Ayo pulang, Bang. Aku lapar, tadi belum dekat makan." Rengek Kayra..
Arkan menggaruk tengkuknya merasa bersalah.
"Maafkan aku ya." Ucap Arkana kemudian melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. "Gimana kalau kita singgah di restoran lain." Tawar Arka.
Kayra mengangguk antusias, karena memang perutnya sudah sangat lapar.
Beberapa saat kemudian, mobil Arkan kembali memasuki pelataran salah satu restoran yang tidak kalah mewah dengan restoran yang mereka datangi tadi. Keduanya lalu turun dari dalam mobil dan segera melangkah masuk ke dalam restoran itu.
"Ini restoran milik teman Abang." Ujar Arakan memberitahu, saat keduanya sudah duduk di salah satu meja.
Kayra mengangguk sambil mengelilingi ruangan restoran itu dengan takjub. Di lihat dari luar, gedung nya sama seperti restoran yang mereka datangi tadi, namun, saat masuk ke dalam, mata akan di suguhkan dengan dekorasi yang begitu memukau khas anak-anak muda jaman sekarang..
Beberapa saat kemudian, gadis cantik yang merupakan pemilik dari restoran, melangkah mendekat ke arah Kayra dan Arkana.
"Wah tumben makan di tempat ku." Ucap gadis itu.
"Adik ku lapar." Jawab Arka.
"Hai.." Gadis cantik itu mengulurkan tangannya. "Ini pasti Kayra." Imbuhnya sambil tersenyum manis ke arah Kayra.
Kayra segera mengulurkan tangannya untuk menyalami teman kakak sepupunya itu.
"Inggrid." Ucap wanita itu lagi.
"Kayra." Jawab Kayra.
"Karena malam ini kamu sudah menyempatkan diri mampir ke lapak aku, maka malam ini aku traktir." Ujar Inggrid setelah berkenalan dengan Kayra. Kini ia menatap laki-laki tampan yang ada di hadapannya.
"Wah boleh tuh. Nanti aku akan sering-sering mampir ke mari." Ujar Arkana membuat gadis bernama Inggrid itu tersenyum dengan wajah merona. Namun, beberapa saat, wajah cantik itu kembali seperti biasa.
"Nikmati waktunya Kayra. Aku mau kembali ke belakang." Ujar gadis itu, kemudian berlalu dari sana.
"Dasar tukang gombal, tapi ga laku-laku." Rutuk Kayra.
Arkana hanya tertawa kecil. Beberapa saat kemudian, Kayra pun ikut tertawa geli dengan ucapannya sendiri.
"Bang, nikah gih. Nanti kehabisan stok perempuan baru tahu." Ujar Kayra lagi.
"Kan masih ada kamu." Jawab Arkana acuh.
"Maksudnya? Jangan bilang Abang mau nikahin aku. Aku ogah ya nikah sama orang posesif kayak Abang. Sumpah aku ngga mau jadi seperti Mama, kerjaannya di dapur sama di kasur aja." Ujar Kayra, dan langsung membuat Arkana kembali tertawa, kali ini jauh lebih keras dari yang tadi.
"Perempuan itu emang urusannya kalau bukan di dapur, ya di kasur." Jawab Arkana di sela-seka tawanya.
"Ga! Aku mau jadi wanita karir. Nanti aku akan cari laki-laki yang ingin istrinya tetap kerja dan jadi wanita karir." Tegas Kayra.
"Berdo'a aja jodoh kamu bukan aku." Ucap Arkana.
"Aamiin." Jawab Kayra dengan tubuh bergidik ngeri.
Baru membayangkan jadi istri Arkana saja sudah begitu mengerikan, bagaiman jika benar-benar terjadi? Nggak-nggak, itu ngga mungkin.
"Bang mau ngga aku kamar pemilik restoran ini buat kamu?" Tanya Kayra.
Arkana hanya tertawa kecil melihat tingkah adik sepupunya itu.
"Nggak mau. Aku mau minta Ibu dan Ayah lamar kamu aja." Ejeknya.
"Aku akan membunuhmu." Ancam Kayra tegas.
Arkana tidak terpengaruh. Laki-laki itu hanya terus memamerkan senyum manis yang membuat orang-orang yang ada di dala restoran itu menatap nya takjub.
"Bang...
"Makan." Arkana mengambil makanan yang masih berada di tangan pelayan restoran, lalu meletakkan piring yang begitu makanan itu di hadapan Kayra. "Ngomong aja kamu. Mulut tuh di pake makan, biar lebih berguna. Setidaknya tulang-belulang mu itu akan berisi daging." Sambungnya membuat Kayra semakin cemberut...
"Ngga enak meluk tulang, Kay." Bisik nya membuat pelayan yang sedang menata makana di meja mereka tersenyum salah tingkah. "Nih pelayan nya baper." Sambungnya lagi dan langsung mendapat hadiah pukulan sendok di kepalanya.
"Mulut mu itu kayak tetangga masa kini. Ngerocos aja terus kerjanya." Omel Kayra dan mulai menikmati makan malam nya.
Setelah pelayan yang baru saja menata makanan di meja mereka berlalu dari sana, Arkana berniat kembali mengganggu adik nya itu.
"Diam!" Kali ini bukan lagi sendok yang mengarah ke arah laki-laki itu, melainkan pisau steak yang sedang di gunakan Kayra untuk memotong daging.
"Kalau kamu kayak gini, ga ada manis-manisnya kayak gini, kamu ga akan dapat jodoh." Ucap Arkana ketus.
"Aku bilang makan." Tadinya sendok, kali ini garpu yang sudah melayang di kepala Arkana. Lebih tepatnya, garpu yang ada dagingnya, hingga membuat laki-laki tampan itu berteriak.
Setelah puas membuat kakak sepupu nya itu kesal, Kayra kembali melanjutkan makannya, tentu saja dengan garpu yang baru saja ia gunakan untuk memukul kepala Arkana.
Gadis itu sama sekali tidak terpengaruh dengan keadaan di sekitarnya, dan terus melanjutkan makan malam nya. Sedangkan Arkana sudah melangkah menuju toilet untuk membersihkan daging yang menempel di rambutnya.
Sepeninggal Arkana menuju toilet, Inggrid menatap Kayra dengan lekat. Ponsel nya yang sedang terhubung panggilan video Dengan sang Ibu, kameranya masih terus tertuju pada Kayra.
"Dia gadis yang cantik, mirip seperti mu." Ucap wanita paruh baya yang sedang berada di layar ponselnya.
"Tapi hidupnya lebih beruntung dari pada aku. Dia punya orang tua dan keluarga yang menyayangi nya. Mama lihat kan tadi, Arka begitu menyayangi nya. Tidak hanya Arka, tapi juga Azka yang dulu sempat aku ceritakan." Jawab Inggrid.
"Kamu masih punya Mama, Sayang." Jawab wanita paruh baya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Setyaningrum Ningrum
author ceritanys membingungkan😇😇
2022-11-09
1
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
byk bgt misterinya ka
Inggrid Rangga kisah dr mana ya
jdi kayra ini bukannya anak kandung nya Alfan ya...
2022-09-24
0
Reni giany
typo dikit thor,,lamar
2022-09-22
1