Lima tahun telah berlalu setelah acara keluarga yang rutin di laksanakan oleh keluarga Danira. Gadis remaja yang selalu membuat seisi rumah khawatir, kini sudah menjelma menjadi gadis yang cantik dan pintar.
"Kay, kamu sudah atur pertemuan ku dengan klien yang dari Ganedra Corporation, kan?" Tanya Arkana saat tiba di meja sekertaris nya yang tidak lain adalah adik sepupunya sendiri.
"Sudah, Pak." Jawab Kia tanpa menoleh. Ia hanya tetap fokus pada layar komputer di hadapannya, tanpa memperdulikan Arkana. "Apa masih ada yang Bapak butuhkan?" Tanya Kayra, karena Arkana masih berdiri di samping meja kerjanya.
Karena kesal bercampur gemas, Arkan mencubit pipi adik nya itu.
"Bang, ga enak di liatin sama karyawan lain." Kayra membulatkan mata, menatap tajam laki-laki yang sudah melangkah masuk ke dalam ruangannya.
Kayra menoleh ke bagian lain ruangan, berharap beberapa karyawan yang ada di sana tidak melihat apa yang baru saja di lakukan oleh Arkana padanya.
"Dasar." Ucap Kayra kesal, namun setelah pintu ruangan Arkana tertutup rapat, senyum di bibir tipisnya terlihat dengan jelas. Setelah memastikan laki-laki yang selalu berlebihan jika menyangkut dirinya itu, Kay kembali melanjutkan pekerjaannya. Mempersiapkan jadwal untuk Arkana, dan masih banyak lagi yang perlu ia urus mengenai kesibukan atasan sekaligus kakak sepupunya itu.
Cukup lama waktu yang di habiskan Kia dengan menatap layar komputernya, hingga beberapa saat kemudian, satu pesan masuk ke dalam aplikasi yang ada di ponsel pintarnya.
"Jangan lupa makan siang, Kay."
Kayra tersenyum membaca pesan itu. Laki-kaki yang sama baiknya dengan Arkana, selalu saja menyempatkan diri mengirim pesan singkat seperti ini padanya padahal dia tahu jika laki-laki itu tidak kalah sibuknya dengan Arkana dan Azka.
"Bang Ai juga jangan lupa makan. Salam buat Kak Nala ya." Balasan pesona terkirim. Kayra kembali meletakkan ponselnya, dan bersiap menatap layar monitor untuk melanjutkan pekerjaannya.
Pekerjaan ini adalah impiannya sejak kuliah. Menjadi sekretaris adalah keinginan nya sejak dulu. Padahal Papa Alfan sudah menawarkan sebuah jabatan tertinggi di perusahaan. Namun, Kayra tetap memilih menjadi sekretaris dari Arkana.
Bukan tanpa alasan. Arkana memang posesif mengenai dirinya. Namun, Papa Alfan jauh lebih posesif. Untuk itu dia memilih untuk bekerja dengan Arkana dari pada dengan Papa nya.
Jika saja, Aidan memiliki perusahaan di Jakarta, maka ia akan memohon agar bisa bekerja dengan laki-laki itu. Azka pun begitu, kakak sepupunya itu memilih berkarir di luar negeri.
Dan kini, dia hanya bisa memilih bekerja dengan orang posesif, atau dengan orang yang sangat posesif.
"Ayo makan siang." Laki-laki yang beberapa jam lalu masuk ke dalam ruangan, kini kembali berada di depan meja kerjanya.
"Saya masih banyak pekerjaan, Pak." Jawab Kayra tanpa menoleh. Ia sudah sangat kenal dengan suara yang sedang mengajaknya makan siang ini.
"Oke, Bang. Oke!" Kesal Kayra karena tangan Arkan hendak kembali mendarat di wajahnya. Entah bagian wajah yang mana akan terkena cubitan, sehingga ia memutuskan mengikuti kemauan laki-laki di hadapannya itu.
"Bisa ngga kamu tuh sekali aja nurut sama aku." Ujar Arkana.
Kayra mengerutkan dahinya.
"Bukannya selama ini aku selalu nurut sama, Bapak." Jawab nya masih dengan bahasa formal. "Bang kita lagi di kantor. Ngeselin banget sih." Kesal Kayra karena kedua belah pipinya di cubit dengan gemas oleh Arkan saat mereka sudah berada di dalam lift.
"Habisnya, kamu tuh gemesin banget kayak bayi." Jawab Arkana.
"Bang jangan kayak gitu lagi. Nanti kalau pacar aku liat dia bisa salah paham." Ujar Kayra memperingati.
"Kamu sudah punya pacar? Siapa?" Tanya Arkana beruntun. Kedua tangannya sudah bertengger di pinggang, sambil melihat Kayra penuh selidiki. "Jawab, Kay. Aku laporin Paman nih, biar tahu rasa kamu di kurung di rumah." Ancam nya.
Kayra menghembuskan nafas berat.
"Bang bisa-bisa aku bakal jadi perawan tua kalau kalian seperti ini terus." Jawab nya.
"Nggak, kalau kamu ketemu laki-laki yang jahat seperti di film-film. Kamu bakal di culik dan di kurung di bawah tanah. Aku, Azka, dan Aidan pasti ngga akan bisa selamatin kamu, Kay." Ujar Arkana.
Kayra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya karena mendengar kalimat yang baru saja keluar dari bibi Abang nya.
"Ayo, mau makan siang kan?" Tanya Kayra.
"Jawab dulu siapa pacar kamu?" Arkana masih belum ingin keluar dari dalam lift, padahal kotak besi yang mereka tumpangi sudah berhenti di lantai dasar perusahaan. Kaki panjangnya ia gunakan untuk menahan pintu lift itu agar tetap terbuka, sedangkan beberapa karyawan sedang menjadi penonton drama yang sedang di buat oleh atasan mereka itu.
"Ih, malu-maluin aja." Kesal Kayra. Gadis cantik dengan balutan hijab itu, menarik telinga kakak sepupunya agar berhenti membuat drama di dalam perusahaan.
Biar saja dia akan di pecat, toh ia bisa bekerja lagi di perusahaan sang Ayah. Dari pada ia terus menjadi tontonan para karyawan karena ulah Arkana.
"Sakit, Kay. Aku pecat kamu nanti." Arkana menahan tangan Kayra yang terus menarik telinganya hingga menuju pintu utama perusahaan. "Hancur sudah harkat dan martabat aku sebagai pimpinan perusahaan karena memiliki sekretaris seperti mu." Ujarnya lagi setelah Kayra sudah melepaskan tangan dari telinga nya.
"Habisnya bikin malu aja. Lagian bagaimana aku bisa punya pacar kalau kalian seperti ini. Ngga akan ada yang mau sama aku, Bang." Kesal Kayra lalu terus melanjutkan langkahnya menuju mobil Arkana.
"Kalau ada lelaki yang menyukaimu, langsung aja datang ke rumah. Ga usah pacaran-pacaran atau apa itu." Tegas Arkana memperingati.
Kayra tidak menggubris ocehan itu. Karena selama ini, setiap kali ada lelaki yang ingin mendekatinya, sudah lebih dulu di hadang oleh para lelaki yang ada di hidupnya.
Kata orang, ia begitu beruntung karena terkahir dari keluarga kaya raya juga memiliki kakak laki-laki yang keren-keren dan sangat menyayanginya. Namun, semuanya tidak seperti yang di lihat oleh orang-orang. Kenyataan yang dia terima karena memiliki laki-laki seperti kakak sepupunya ini, sama sekali tidak menyenangkan.
Arkana mulai melajukan mobilnya menuju restoran tempat biasanya ia dan Kayra makan siang. Mulutnya terus mengoceh memperingati adik sepupunya itu, agar berhati-hati menjalin hubungan dengan laki-laki. Jika perlu, jangan pernah menjalin hubungan dengan siapapun.
Kayra tidak menanggapi. Karena itu hanya akan semakin memperpanjang ceramah dari Arkana. Ia membiarkan saja lelaki itu berbicara ke mana-mana. Toh, ia pun memang belum berniat menjalin cinta dengan siapapun. Kehidupan nya saat ini, adalah kehidupan yang ia impikan sejak dulu.Untuk itulah, ia sama sekali bum memiliki niat untuk mencari kehidupan lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Mbah Edhok
menyimak ...
2023-02-01
1
Anita Giu
Baca Kebaikan Sebuah Pernikahan, Kka 🙏😁😘
2022-09-25
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
arkana Aidan azka anak dr siapa aja ya ka
2022-09-24
0