Shana yang masih masih berkutat dengan pikirannya sendiri mengingat kembali saat dia baru pertama kali melamar dan diterima bekerja di Perusahaan Kingsly Group tersebut.
“Tunggu sebentar. Kok aku bisa jadi sekretaris si bos menyebalkan itu ya? Batin Shana yang tiba-tiba ingin mengingat kembali memori awal-awal saat dia bekerja di Perusahaan Kingsly Group dulu.
Ingatannya kembali ke lebih lima tahun yang lalu saat dia pertama sekali menginjakkan kali di perusahaan itu awalnya sebagai anak magang. Dan ada beberapa kejadian yang membuat dia ingin keluar juga dulu karena melihat senior-seniornya yang terlebih dahulu sudah bekerja di sana.
Para senior yang bekerja sebagai sekretaris dari Deen Neal Kingsly yang menjadi CEO baru saat itu. Shana dan bosnya itu hanya beda hari saja mulai bekerja mengawali karir mereka di perusahaan itu. Saat itu Shana menyaksikan sendiri bagaimana para seniornya yang penuh tekanan bekerja sebagai sekretaris Pak Deen.
Satu pun tidak ada yang bertahan lebih dari dua bulan. Semuanya mengundurkan diri karena tidak tahan dengan gaya dan cara kerja Pak Deen yang pada waktu itu diangkat sebagai CEO baru di perusahaan itu.
“Cukup. Aku tidak tahan lagi…!!! Tujuanku bekerja di sini, bukan untuk dimarah-marahi. Aku mau berhenti saja” ujar sekretaris senior Shana waktu itu. Seniornya itu keluar dari dalam ruangan kantor bos mereka dengan air mati yang bercucuran.
Shana saat itu menjadi karyawan paling cepat menjadi karyawan tetap dan langsung diangkat menjadi sekretaris baru Pak Deen. Karena senior-seniornya yang terdahulu sudah pada mengundurkan diri semuanya. Total ada tiga orang sekretaris yang terdahulu sudah mengundurkan diri karena tidak tahan menghadapi bos mereka.
Dia masih ingat betul bagaimana wajah sumringah ketiga seniornya setelah berhasil dan bebas dari cengkeraman si gila kerja, Pak Deen. Dan saat itu, tibalah dirinya dipromosikan sebagai skretaris pribadi sang bos walaupun dia magang di perusahaan itu masih seumur jangung.
Harusnya dia masih waktunya belajar bagaimana menjadi seorang sekretaris yang profesional setelah terjun langsung di lapangan. Shana ingat saat dia baru menjadi sekretaris, begitu seringnya Pak Deen selalu salah menyebut namanya dan kena omelan.
“Ibu Dea…!!! Oh, maaf. Dia sudah keluar ya.”
“Sena ya yang sekarang menggantikan Ibu Dea” ujar Pak Deen saat itu yang sudah sekian kalinya salah menyebut namanya.
Lain hari lagi, ada kejadian yang membuat Shana juga semakin merasakan tekanan dalam pekerjaannya.
“Sena, aku lihat sandwich ini sambalnya terlalu banyak. Aku tidak terlalu suka makan makanan pedas. Cepaat ganti” ujar Pak Deen saat dia baru saja meletakkan serapan atasannya itu. Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang membuat dia bekerja tertekan dan tidak nyaman di perusahaan itu.
Mengingat semua kejadian tidak mengenakkan itu, Shana kembali sadar.
“Aaah, aku tidak mau menjadi sekretari lagi. Apalagi menjadi sekretaris dia. Aku tidak mau lagi” ujar Shana di dalam hatinya.
“Tenang dulu. Untuk masalah itu nanti akan aku pikirkan lagi. Sekarang aku harus melakukan apa yang harus aku lakukan. Contohnya adalah…”
Shana dengan penuh semangat bangun dari rebahannya. Kemudian dia mengambil buku catatan dan penanya. Lalu dia duduk di meja kecil yang ada di dalam kamarnya itu dan menulisakan sesuatu di dalam buku cacatannya itu.
“Balas Dendam."
Keesokan pagi harinya, Shana sudah berada di meja kerjanya seperti biasanya. Tadi malam dia tidak cukup tidur karena memikirkan dan menyusun rencana apa yang akan dilakukan untuk menghadapi bosnya si keras kepala dan si sok cool itu.
Dia harus membuat rencananya berjalan dengan lancar hingga dia bisa keluar dari perusahaan itu. Sesekali dia mengusap wajahnya yang terlihat kurang tidur yang ditandai dengan kantung matanya yang terlihat hitam. Tanpa dia sadari juga dia kadang menguap.
Ada beberapa orang yang melihat kondisi Shana yang seperti itu sambil berbisik-bisik.
“Lihat, sekretaris Shana sudah kembali seperti sedia kala. Sepertinya si bos menyuruh dia melakukan pekerjaan yang berat dan lembur lagi” ujar salah satu karyawan yang lewat tadi.
“Iya, kelihatannya seperti itu. Lihat saja meja kerjanya. Sudah mulai dipenuhi dengan tumpukan file-file” timpal yang lain lagi.
“Aaaiiish…!!! Ini gara-gara tadi malam. Cuma mau memikirkan rencana apa yang akan aku lakukan untuk membalas supaya memuluskan rencanaku untuk keluar dari perusahaan ini. Bahkan kalau aku dipecat langsung pun akan ku terima.”
“Tetapi, aku malah sampai bergadang hingga kurang tidur hanya untuk memikirkan dan menulis rencana yang akan aku lakukan. Semoga usahaku kali ini tidak gagal lagi. Supaya waktuku yang terbuang tadi malam tidak sia-sia” batin Shana meratapi nasibnya kali ini.
“Ok, semuanya kita awal dari hal-hal yang kecil. Dan tindakan yang akan aku lakukan kali ini juga dimulai dari hal-ahal yang kecil juga” lanjut Shana mengepalkan telapak tangannya dengan memejamkan matanya sambil menarik napas panjang.
Saat Shana menenangkan pikirannya sejenak dengan keadaan kelopak mata masih tertutup, Shana mulai mendengarkan langkah kaki seseorang semakin lama semakin mendekat ke arahnya. Shana yang tahu siapa orang itu langsung membuka kedua kelopak matanya dan melihat ke arah sumber suara.
“Aaah, benar dia sudah datang” gumam Shana dengan suara lirih.
“Biasanya aku yang selalu duluan menyapanya, tetapi mulai dari sekarang aku tidak akan melakukan hal itu lagi. Aku pura-pura aja tidak melihat dia datang” lanjut Shana yang langsung membuka map file di depannya dan terlihat dia seperti orang yang fokus membaca berkas tersebut.
Shana dengan hati-hati sekilas melirik dari sudut mata ke arah Pak Deen yang berjalan semakin mendekat ke arah meja kerjanya. Karena pintu ruang kantor sang bos persis di depan station meja kerjanya. Dia melihat Pak Deen berjalan dengan langkah tegapnya sambil mengobrol dengan seseorang lewat telepon selulernya.
“Semangat. Kamu biasa Shana…!!! Kamu sudah membuat surat pengunduran diri yang baru. Itu artinya mulai detik ini tidak ada lagi kata mundur. Ayo, jangan melirik ke arahnya lagi. Pura-pura tidak tahu saja kalau dia sudah datang” ujar Shana menyakinkan dirinya di dalam hati walaupun sebenarnya dia terlihat was-was dan khawatir juga.
Pak Deen yang berjalan di depan sekretarisnya itu pun merasa ada yang berubah. Biasanya dia akan mendengarkan suara sapaan dari sekretarisnya itu setiap kali dia sampai di depan meja kerja kerja Shana. Bahkan dari kejauhan wanita itu sudah menampakkan senyumannya. Tetapi, pagi ini sangat berbeda. Aura yang dia rasakan seperti hawa-hawa kuburan yang sepi-senyap.
Karena Pak Deen yang penasaran dengan sekretarisnya itu, tangannya yang hampir menyentuh gagang pintu ruang kantornya akhirnya memutuskan untuk membalikkan badannya. Dia menoleh, melihat Shana yang masih tidak menyadari kehadirannya di situ.
Dan dia juga melihat sekretarisnya itu masih fokus memeriksa dan membolak-balikkan lembaran kertas di depannya. Pak Deen berjalan hingga menyisahkan beberapa langkah lagi jarak antara dia dengan meja kerja Shana, sang sekretaris.
“Selamat pagi…”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments