Keesokan harinya Shana memasuki lobby perusahaan di mana dia bekerja dengan langkah mantap. Suasana hatinya pagi ini sangat berbeda dengan beberapa hari belakangan ini.
Hingga para karyawan yang berpapasan dengannya di lobby itu pun bisa merasakan perubahan suasana hatinya. Dia salah satu orang yang cukup dikenal di perusahaan itu. Karena dia bekerja dan kontak langsung dengan pemimpin mereka.
“Selamat pagi…!” sapa Shana dengan senyum manisnya tergambar jelas di wajahnya.
Dia menyapa orang-orang yang berpapasan dengannya dan beberapa orang yang dia lewati berjalan menuju lift. Orang-orang yang mengenalnya pun spontan berbisik-bisik.
“Hei, lihat nggak wajah secretaris boss tadi?” tanya salah satu karyawan wanita yang melihat kedatangan Shana.
“Iya lihat. Kok dia terlihat sangat berbeda dari biasanya ya? Padahal dia selalu terlihat kesal terus” sahut yang lain.
“Mungkin dia dapat rezeki nomplok kali makanya terlihat senang begitu” timpal yang lain yang masih berada di lobby perusahaan itu sambil berjalan pelan.
“Nggak mungkinlah dia terlihat kesal terus. Masa kerjaan dia kesal mulu. Mungkin kalian yang tidak pernah melihat dia saat tersenyum kali. Coba perhatikan kalau dia sedang menerima tahu atau kolega boss. Dia selalu tersenyum kok.”
“Positif thingking saja. Mungkin saja pekerjaanya yang menggunung di meja kerjanya sudah hilang. Lagian dia juga kan wanita yang mudah melihat situasi dan beradaptasi dengan kondisi apapun. Kalau tidak, bagaimana bisa dia bertahan melihat wajah boss kita yang datar dan sedingin es kutup itu” lanjut karyawan yang lain lagi setelah melihat shan hilang dari pandangan mereka.
Seperti biasanya, Shana sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya dan sesekali telihat menerima panggilan telepon. Di hadapannya ada beberapa tumpukan file dan pastinya itu pekerjaannya yang mengantri untuk diselesaikan.
Tetapi, untuk pagi ini shana tidak akan mengeluh melihat tumpukan filr itu lagi. Karena hari ini dia memutuskan untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya yag sudah dia persiapkan tadi malam.
Jadi, semangatnya tidak akan hilang walaupun dia tahu satu harian ini dia akan kelelahan. Dia juga terlihat seperti biasanya, menerima tamu atasannya dengan sopan sambil tersenyum.
Dia sebagai secretaris lebih dari cukup mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah jika dia menemukan sesuatu masalah dalam pekerjaannya.
Shan melihat jam yang berada di ruang kerjanya. Waktunya dia mengantarkan minuman atasannya. Dan dia pun langsung beranjak dari kursinya berjalan menuju pantry. Kemudian dia membuatkan minuman sesuai permintaan atasannya seperti biasanya.
Tok… tok… tok…
Shana mengetuk pintu di depannya setelah dia berdiri tepat di depan pintu ruangan kerja bossnya itu.
“Pak Deen, permisi…”
Shana sudah hampir dua menit menunggu bossnya yang bernama Deen Neal Kingsly itu. Tetapi, Shana belum mendengar sahutan dari bossnya itu yang memperbolehkan dia masuk ke dalam.
Shana bukan kali itu mengalami hal itu. sudah terlampau sering dia harus menunggu dan sebelum diizinkan masuk, shana sendiri tidak akan masuk ke dalam. Padahal bossnya itu jelas-jelas ada di dalam.
Apakah Deen pura-pura tidak mendengar dan sengaja membuat secretarisnya itu menunggu atau benar Deen tidak mendengar hanya Deen dan Tuhan saja yang tahu.
Shana menarik napas panjang mencoba tetap bersabar dengan nampan dan secangkir kopi di atasnya yang masih dia pegang. Boleh dikatakan Shana adalah sekretaris yang paling sabar dan boleh dikatakan juga kalau dialah sekretaris paling sempurana dan pintar.
Sekretaris yang paling bisa dan sanggup menghadapi segala macam tingkah laku dari atasannya yang terkadang moodnya sering berubah-ubah. Setelah menunggu dua menitan menunggu, akhirnya Deen mempersilahkan Shana untuk masuk.
“Masuk…”
Shana pun melangkahkan kakinya memasuki ruang bossnya itu sambil mengatur raut wajahnya agar terlihat seperti biasanya. Padahal di dalam hatinya dia sangat kesal kepada atasannya itu yang telah membuat dia harus berdiri menunggu hingga kakinya sakit.
“Ini kopi bapak saya bawakan.”
Shana berjalan mendekati meja kerja bossnya tanpa ada balasan di mana Deen sedang fokus menegerjakan pekerjaannya. Hanya suara sepatunya yang terdengar menggema di dalam ruangan itu.
Dengan perlahan dan penuh hati-hati Shana meletakkan secangkir kopi latte, minuman kopi kesukaan sang boss yang dia bawakan tadi.
Deen Neal Kingslay adalah CEO Perusahaan Kingsly Group. Perusahaan yang dibangun oleh Tuan Brees Kingsly, kakeknya sendiri dan jabatan CEO yang dia jabat sekarang diberikan oleh kakek lima tahun yang lalu.
Diawal kepemimpinannya banyak pihak yang mengkhawatirkan dia menjabat sebagai CEO perusahaan itu dikarenakan usianya yang masih muda. Tetapi, seiring berjalannya waktu, Deen Neal Kingsly mampu menunjukkan kalau dia pantas mengemban jabatan CEO di perusahaan itu.
Deen punya kemampuan, seorang pemimpin yang gila kerja dan sangat kompetitif dan menghadapi semua tantangan dan pekerjaannya. Dan dalam hitungan bulan dia menjabat sebagai CEO, dibawah kepemimpinannya Perusahaan Kingsly Group mampu meningkatkan penadapat dan keuntungan perusahaan itu.
Akibat dari hasil kerja keras dan kemampuannya yang tidak lupa juga dibantun dengan para bawahannya yang dia pilih karena kompeten di bidang masing-masing, akhirnya dia mampu buat perusahaan keluarganya itu lebih maju.
Para karyawan perusahaan itu pun terkesima melihat dan memiliki pemimpin termuda di perusahan di mana mereka bekerja. Tidak hanya punya skill di bidang pekerjaannya, Deen juga didukung oleh penampilan wajahnya yang tampan.
Semenjak dia menjadi CEO di perusahaan itu banyak yang mengidolakannya. Banyak karyawati yang mengagumi ketampanannya. Wajah blasteran putih mulus, hidung mancung, badan tinggi dan memiliki badan kekar.
Tapi, kalian jangan terlalu mudah ditipu oleh wajah tampannya dan penampilannya begitu saja. kalian juga harus tahu begitu menjengkelkannya dia sebagai atasan.
Shana yang masih berdiri di sisi meja kerja bossnya itu dengan perasaan ragu-ragu memberanikan diri untuk membuka percakapan lagi dengan Deen.
“Pak Deen, maaf mengganggu waktunya sebentar. Saya mau ngomong sesuatu dengan bapak” ujar Shana dengan nada suara rendah dan intonasi yang cukup berhati-hati.
Shana kembali kesal mendengar respon dari Deen. Dia kembali ngedumel di dalam hati karena Deen sang atasan kembali salah menyebut nama dengan Sena.
“Haaah….! Sudah berapa kali aku mengingatkannya kalau namaku bukan Sena, tapi Shana Savita Yashvi. Apakah aku perlu berteriak kencang suapaya dia mengingat dengan jelas siapa namaku” batin Shana meratap di dalam hatinya.
Dia sudah bekerja dengan Deen sebagai sebagai sekretaris pribadinya selama lima tahun. Tetapi, selama itu juga atasannya itu memanggilnya dengan nama yang salah. Shan merasa seperti orang yang terlupakan.
Bagaimana bisa seorang atasan yang setiap hari dia kontak dan berinteraksi dengan bossnya itu, tetapi nama panggilanya saja tidak pernah diingat sang atasan dengan benar.
“Sungguh miris nasibku. Sepertinya sampai akhir hanya hidupnya juga sepertinya dia tidak akan pernah mengingat namaku dengan benar. Huufff…!”
Shana kembali ngebatin sambil menghembuskan napas panjangnya tanpa mengeluarkan suara dengan wajah cemberut sambil menundukkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments