Acara pameran perusahaan akhirnya dimulai. Evan Li menggandeng Tamara masuk. Tetapi tiba-tiba dia berhenti di tengah tangga karena ternyata dia lupa pakai dasi. Tapi tidak usah khawatir, dia langsung saja mengambil pita rambutnya Tamara dan menggunakannya sebagai dasi bajunya.
Sedangkan Aron, pria itu tidak mencari kencan butanya. Tetapi wanita yang dijodohkan oleh ayah Aron sendirilah yang langsung mendatanginya. Tapi sikap Aron benar-benar sinis padanya.
Saat wanita itu menanyakan pendapatnya tentang sebuah kalung yang dipamerkan di depan mereka, Aron dengan sinis mengklaim jika kalung ini tidak cocok untuknya karena kalung ini kecil sementara wanita itu kan berasal dari keluarga kaya raya. Lebih bagus kalau dia pakai permata yang lebih gede.
Wanita itu jelas kesal dan bergegas pamit saat tiba-tiba lampu menyorot kedatangan Evan Li dan Tamara Lin. Para tamu kontan bertepuk tangan menyambut mereka, tapi Aron sendiri menatap mereka dengan penuh emosi.
Mantan pacar Tamara dan si selingkuhan ternyata juga menghadiri acara itu. Tamata tidak menyadari kehadiran mereka, tapi mereka menyadari kedatangan Tamara. Si selingkuhan langsung kesal melihatnya.
Ketika Evan Li sedang sibuk mempromosikan perhiasan-perhiasannya pada para tamu, Tamara memutuskan berkeliling sendirian hingga dia melihat sebuah kalung mewah yang menarik perhatiannya. "Indah sekali, berapa tahun aku harus menabung untuk bisa membeli kalung itu?" gumamnya.
Aron tiba-tiba mendekatinya dan memberitahu Tamara bahwa awal mula berlian bisa menjadi secemerlang seperti sekarang ini berkat Ratu Catherine yang menyuruh para pengrajin untuk menemukan cara baru membuat berlian jadi makin cemerlang.
Tapi kemudian dia menyindir Tamara dan menilai penampilan Tamara yang menurutnya menjijikkan, bahkan menuduh Tamara mendekati Evan dengan maksud tertentu. "Kau pasti ingin mendapatkan peran utama untuk iklan Group Li? Atau mungkin dia punya rencana yang lebih daripada itu?" ejek Aron.
"Kusarankan sebaiknya kau menyerah karena Evan Li punya banyak pilihan lain." imbuhnya dengan ketus.
Sedangkan Tamara tentu saja sinis mendengarnya. Sekarang dia mengerti kenapa Aron sangat membencinya, karena Aron menganggapnya sebagai saingan cintanya.
Dia berniat mau menghindar saja, tapi Aron dengan cepat mencengkeramnya. Tepat saat itu juga, dia melihat wanita kencan butanya baru kembali. Maka dengan sengaja Aron semakin mengejek Tamara sekaligus nyinyirin si wanita kencan buta.
"Ada banyak wanita ambisius. Kalau kau jujur, mungkin aku bisa membantumu."
Jelas saja si wanita kencan buta itu jadi kesal dan langsung pergi. Bahkan Tamara juga kesal padanya dan langsung menginjak kaki Aron keras-keras.
Tapi sekarang, Tamara malah harus berhadapan dengan si mantan dan selingkuhannya. Si selingkuhan dengan sinisnya menuduh Tamara menggoda pria yang datang bersamanya tadi agar dia bisa masuk ke dalam lingkaran elite.
Parahnya lagi, cewek ja lang itu kemudian merayu si mantan untuk membelikannya kalung yang dipakai oleh Tamara itu. Padahal kalung itu kan produk utama pameran perhiasan ini.
Si mantan setuju, dia akan menghadiahkan kalung itu untuknya sebagai hadiah perayaan 1 bulan hubungan mereka. Dia bahkan tanpa ragu menandatangani sertifikat perhiasannya, tak peduli saat si pegawai menjelaskan bahwa begitu dia membeli produk ini artinya dia tidak bisa mengembalikannya. Si selingkuhan dengan angkuhnya mengulurkan tangan meminta kalung itu.
"Kau menyukai mantanku, kau juga menyukai kalung yang kupakai. Sebenarnya yang kau sukai itu aku, kan?" sindir Tamara kepada selingkuhan Zaki mantan pacarnya.
"Baiklah, akan kuberikan kalung ini padamu agar kau teringat padaku setiap kali kau melihat kalung ini."
Tapi saat Tamara hendak melepaskan kalungnya, Evan Li dengan cepat mencegahnya dan bertanya kepada Zaki, "Apakah kau yakin mampu membeli kalung ini?"
"Apa maksudmu?"
Si pegawai menjelaskan bahwa kalung ini harganya 50 juta rupiah. "Apa?" Zaki mantan Tamara tak percaya. "Kalung beginian banyak di pasaran dan biasanya harganya mentok cuma 5 juta."
"Harga itu ditentukan oleh top manager dari Group Li. Tolong bayar tepat waktu!"
"Kau orang dari Group Li? Tidak mungkin, aku sudah pernah bertemu dengan semua manager Group Li, dan kau pasti berbohong," tukas Zaki tidak percaya.
"Kalau kita tidak mendapatkan pembayaran penuh, maka laporkan dia ke departemen legal kita." Perintah Evan Li kepada pegawainya.
"Baik, Pak Direktur," jawab pegawai Evan dengan hormat.
Zaki, mantan Tamara dan si selingkuhannya langsung melongo mendengar pria di hadapan mereka ini ternyata Evan Li, direktur Grup Li. "Bagaimana bisa Tamara mengenal Evan Li?" keduanya kompak membatin.
Ketakutan, kedua orang itu berniat kabur, tapi Evan Li dengan cepat memanggil mereka. Dia mengenali si mantan sebagai putra dari salah satu kenalannya. Evan bahkan mengenal ayah mantan pacar Tamara.
"Aku yakin kalau ayahmu pasti bersedia membayar tagihan atas kebodohanmu atau kau bersedia dibawa ke kantor polisi?"
"Direktur Li, apa yang harus kulakukan agar kau melepaskanku?"
Evan langsung mendorong Tamara maju dan menuntut mereka berdua untuk meminta maaf pada Tamara. Tuntutan yang berat, tapi terpaksalah Zaki harus menelan harga dirinya untuk menuruti permintaan Evan Li dan meminta maaf pada Tamara.
"Maaf karena aku berselingkuh, dan aku yang salah. Tapi, demi kenangan manis kita bersama, maka maafkanlah aku, yah?"
Zaki juga minta maaf dengan setengah hati, tapi ujung-ujungnya malah mengklaim kalau mereka berjasa terhadap Tamara. Berkat merekalah Tamara akhirnya bisa bersama dengan Evan Li. "Sekarang kita impas, jadi mari memulai hidup baru sendiri-sendiri."
Tamara benar-benar sakit hati mendengarnya. "Terserah, aku tidak butuh permintaan maaf mereka." Tamara pun langsung pergi.
Evan Li langsung menyobek-nyobek sertifikat perhiasan itu dan memperingatkan si mantan dan si selingkuhan untuk tidak lagi muncul di hadapan Tamara lagi mulai sekarang. Dia lalu pergi mengejar Tamara pergi.
Tamara termenung sedih saat Yi Evan datang dan dengan manisnya menyelimuti Tamara dengan jasnya. Tamara sungguh berterima kasih atas bantuan Evan Li hari ini. Ternyata Evan benar-benar baik dan rela membantu orang lain. Evan juga heran mendengarnya, memang Tamara lah yang salah memahaminya.
"Biarpun kau tidak ingin mendonorkan sumsum tulang belakangmu, kau tidak perlu mencemaskan nama baikmu sendiri. Oh yah, aku lupa mengembalikan kalungmu."
"Tidak perlu, aku membelinya."
"Apa? Kau tidak perlu membelikannya untukku."
Tamara langsung panik mau balik untuk mengembalikan kalung mahal itu. Namun, Evan dengan cepat mencegahnya dan menjelaskan kalau dia membeli kalung ini untuk neneknya.
Tamara lega mendengarnya. Dia langsung mencopot kalung dan anting-antingnya lalu mengembalikannya ke tangan yang semestinya yakni Evan. Evan sendiri menerimanya tanpa mengucap sepatah kata, entah apa yang dia pikirkan.
Tamara cepat-cepat beralih topik membicarakan masalah lamaran Evan. Dia sudah memikirkannya baik-baik, dia juga sudah mengecek ke berbagai rumah sakit yang berbeda tapi tanpa hasil.
Dia menduga kalau Evan Li pastilah tidak mempercayai pernikahan. Tetapi Evan menyangkal, dia percaya dan justru karena itulah dia belum menikah.
"Hmm, aku mengerti. Jadi di dalam hatimu, kau menganggap pernikahan adalah sesuatu yang sakral?" tanya Tamara.
Tamara juga selalu berpikir bahwa dua orang haruslah memiliki cinta yang dalam baru mereka bisa melangkah bersama ke dalam sebuah pernikahan.
"Karena itulah, aku tidak yakin apakah menganggap pernikahan sebagai sebuah perdagangan itu benar atau salah." imbuh Tamara.
"Cinta tidak sepenuhnya tentang pernikahan. Bahkan sekalipun kau saling jatuh cinta, pernikahan mungkin tidak akan sempurna. Di dalam konsepku, pernikahan adalah tentang tanggung jawab. Aku janji bahwa walaupun pernikahan kita adalah sebuah perdagangan, tapi aku akan bertanggung jawab sebagai seorang suami." bujuk Evan meyakinkan Tamara.
"Aku percaya padamu, tapi aku tidak bisa memercayai diriku sendiri. Lagipula, Direktur Li sangat baik. Aku takut aku akan jatuh cinta padamu."
Evan seketika tercengang mendengarnya. Canggung, Tamara meyakinkan kalau dia cuma bercanda kok. Dia tidak akan menghentikan Evan untuk mencari jodoh terbaik untuk dirinya sendiri dengan tidak menikahi Evan.
"Nona Tamara, aku yakin kau orang yang sangat bertanggung jawab. Aku juga yakin bahwa perdagangan ini akan membuatmu sangat bahagia."
Dalam perjalanan, tiba-tiba ponselnya Evan berbunyi. pria itu hanya melihat sekilas siapa peneleponnya lalu menyuruh Tamara untuk mengangkat teleponnya.
Alasan Evan ke Tamara karena dia sedang nyetir jadi tidak bisa angkat telepon. Padahal telepon itu dari nenek Evan.
Nenek langsung antusias begitu mendengar suara wanita yang mengangkat telepon cucunya. "Aku neneknya Evan. Boleh aku tanya siapa namamu?"
"Saya ... " Lalu, Tamara kembali melanjutkan, "Dia sedang menyetir sekarang, jadi dia tidak bisa. berbicara."
Nenek makin senang mendengarnya, Tamara dan sangat tahu Tamara. Namun, nenek memastikan dengan bertanya, "Kau duduk di bagian mana? Di sebelah setir atau duduk di belakang?"
Dan Tamara menjawab di sebelah setir.
Nenek langsung heboh saking senangnya, bagus sekali. Nenek senang sekali. Bagaimana kalau jika Tamara dan Evan datang kemari dan bertemu nenek sekarang juga? Dan bahkan sebelum Tamara sempat menjawab apapun, Nenek langsung saja menyatakan kalau ia menunggu mereka di rumah sakit.
"Nenek bilang apa barusan?"
"Pergi .... ke rumah sakit." ujar Tamara dengan canggung.
Senyum tipis kontan tersungging di wajah tampan Evan.
**
Nenek sudah menunggu saat mereka datang, tapi Tamara masih terlalu ragu dan gugup untuk masuk. Evan bahkan harus menariknya masuk ke ruangan nenek.
Nenek benar-benar senang bertemu dengannya dan langsung menggenggam tangan Tamara dengan antusias.
Asal Tamara tahu saja, selama ini Evan tidak pernah membiarkan wanita manapun duduk di kursi sebelah setir, "Kamu yang pertama loh. Makanya Nenek ingin sekali bertemu, Nak!"
"Nek, jangan buat dia shock. Dia sangat gugup sekarang. Aku harus mengganti bajunya dulu sebelum menemui Nenek." ujar Evan yang menyadari kegugupan Tamara.
"Aduh, Evan cucuku akhirnya belajar untuk bersikap baik pada wanitanya. Nak, jangan diambil hati. Aku sangat bahagia. Aku selalu ingin Evan cucuku menikah cepat dan punya bayi. Sekarang aku bisa merasa tenang."
Waduh, Tamara tambah semakin canggung karena disinggung masalah bayi. "Nenek pasti salah paham."
Tapi karena tak enak pada Nenek, Tamara akhirnya mengurungkan apapun yang hendak diucapkannya dan menggantinya dengan mendoakan semoga Nenek panjang umur.
"Nenek suka dia, kelihatannya baik. Semangat, Evan!" bisik nenek di telinga Evan sebelum cucunya mengantar Tamara pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments