Tamara masuk ke mobil Evan Li dengan linglung, Seperti yang dikatakan oleh Evan tadi, Evan meminta sebuah syarat. Dan kini pria itu kembali berkata. Evan mengulanginya, "Mari kita menikah!"
Tentu saja hal ini menjadi masalah baru bagi Tamara dan tak percaya mendengarnya. Ternyata Evan menggunakan cara seperti ini untuk menolak membantunya.
Tetapi Evan langsung menatapnya dengan sorot mata serius. "Aku beneran serius? Dan aku tidak bercanda?"
"Memangnya lucu?" imbuh Evan lagi.
"Tidak. Tapi kau bisa memilih siapapun. Kenapa aku?"
"Karena kau punya permintaan dariku."
"Tuan Li, pernikahan itu bukan candaan. Jangan mencandai kesehatanku!"
"Nona Tamara, artis tak terkenal sepertimu pasti paham bukan? Pernikahan kita pertukaran yang adil. Aku sibuk, aku tidak mau menjalin hubungan yang butuh waktu dan tenaga."
Menurut Evan, Tamara adalah tipe istri yang paling sesuai dan memenuhi semua yang dia butuhkan. Jadi, Evan Li menyimpulkan kalau pernikahan ini semacam pernikahan palsu atau pernikahan kontrak atau bisa dikatakan semacamnya.
Evan tidak menjawabnya dan hanya menyodorkan kartu nama. Dia memberi waktu seminggu untuk Tamara agar memikirkannya.
Dan Tamara tidak mengiyakan syarat Evan dengan mudah. Ia menyetujui tenggang waktu untuk berpikir.
**
Ketika Tamara menceritakannya ke Feli, teman Tamara itu menduga jika kesepakatan ini adalah pernikahan kontrak yang tujuannya hanya untuk menutupi hubungan cinta segitiga antar ketiga pria itu.
"Kau terlalu banyak membaca novel g*y." tegur Tamara.
Feli sangat yakin dengan dugaannya. Ini adalah kesimpulan yang dia dapatkan dari hasil pengalamannya meneliti komunitas g*y. Ketiga pria itu ada hubungan.
"Itu mah cuma apa yang di-imaginasi-kan para haters Evan doang."
"Apanya yang imaginasi? Itu namanya menarik kesimpulan dari petunjuk-petunjuk."
"Coba pikir deh. Tahun lalu, Armani membuat setelan yang diperuntukkan untuk Evan. Namun, seorang ... eh ... besoknya Aron lah yang memakai setelan itu untuk menghadiri sebuah acara fashion show terkenal. Apa itu artinya?
"Artinya mereka sahabat dekat."
Tidak, pikirkan dari sudut pandang lain. Jika Aron dan Evan hanya sahabat dekat dan Wendi hanya asistennya Evan saja, maka Wendi dan Aron seharusnya berteman juga dong?" Tamara masih belum mengerti jalan pikiran Feli.
"Tapi nyatanya, Wendii dan Aron tidak pernah terlihat bersama. Bahkan saat mereka menghadiri sebuah acara yang sama, mereka tidak pernah saling bicara. Dari situ jelas kalau hubungan ketiga pria itu adalah cinta segitiga." Feli masih kekeuh dengan pikirannya.
"Masuk akal juga sih. Jadi maksudnya, dia menikahiku hanya untuk menyembunyikan status g*y-nya?" tanya Tamara dengan nada sedikit melunak.
"Pasti begitu. Coba pikirkan baik-baik. Kalau si cewek tahu dia g*y, apa yang harus dia lakukan? Dan lagi, itu mungkin saja bisa mempengaruhi bisnisnya."
Dan Tamara pilihan terbaik bagi Evan, dia tidak hubungan dan membutuhkan bantuan Evan Li juga.
Tapi Tamara masih ragu, bagaimana kalau ini bukan pernikahan kontrak? Apa yang harus dia lakukan?
"Mana mungkin. Kalau dia cowok normal, ngapain dia memilihmu sebagai istri?" Feli bahkan mendorong Tamara untuk menelepon Evan sekarang juga agar ia menyeru persyaratan dari Direktur Lucknut itu.
**
Sementara itu, Aron yang sedang syuting nge-dance dengan gaya keren. Tapi usai syuting, dia ditelepon ayahnya dan tampak jelas hubungan mereka kurang baik. Hmm ... mungkin karena Ayah Aron berusaha menjodohkan Aron dengan seorang wanita.
Ayah Aron mendapatkan kabar jika Aron menjadwalkan untuk menghadiri pameran perhiasan yang diadakan oleh Group Li malam ini.
Putri salah satu kenalan ayah Aron, Paman Wongso juga akan hadir di acara itu, Ayah menyuruh Aron untuk menemuinya. Bersikap baiklah padanya dan jangan buat masalah. Kencan buta bukan hal pertama yang akan Aron datangi.
Tamara juga mendapatkan undangan untuk pergi ke gedung pameran perhiasan itu, tapi malah mendapati pintunya terkunci. Apakah Tamara pergi ke tempat yang salah? Tamara salah alamat?
Sepertinya tidak, karena Aron datang saat itu juga. Para fans-nya langsung heboh menyerbunya dan memberinya berbagai macam hadiah. Aron tampak ramah pada para fans-nya, bahkan mengusir mereka dengan cara mentraktir mereka kopi.
Tapi saat dia melihat Tamara di dekatnya, keramahannya seketika sirna. "Kenapa aku melihatmu di mana-mana, Nona Tamara?"
"Apa kabar, Kak Aron? Senior Aron?"
"Apa kau datang kemari untuk melihatku?"
"Tidak, aku ada janji dia bertemu orang di sini, tapi pintunya terkunci."
"Ya, iyalah. Pameran perhiasan ini tidak terbuka untuk umum, tidak sembarang orang bisa masuk."
"Pameran perhiasan?"
"Kenapa kau kaget? Bukankah kau menunggu di sini biar bisa masuk secara diam-diam, kan?" Sinis Aron.
Tamara berusaha meminta Aron untuk membawanya masuk, tapi Aron ketus menolaknya. "Jangan memohon padaku apalagi dengan pura-pura melas. Tahu kenapa?"
"Karena kau .... bukan tipeku!" imbuh Aron dengan nada jijik pada Tamara.
Tentu saja Tamara geli mendengarnya. "Senior, kau juga bukan tipeku. Resletingmu kebuka tuh."
Aron seketika langsung panik mengecek resletingnya yang ternyata masih tertutup rapat. "Dasar! anak nakal ... udah buta apa? Dia tidak lihat berapa banyak fans-nya?"
"Tidak tahu. Satu hal yang pasti, aku bukan fan-mu."
"Kau!"
Tapi perdebatan mereka dengan cepat berakhir berkat kemunculan Wendi yang keluar untuk menjemput Tamara masuk.
Aron jelas heran dan penasaran melihat itu, dan langsung menghubungi Evan Li. "Kau punya hubungan apa dengan artis gila itu?" Karena barusan Aron melihat Wendi membawanya masuk, "Apa kau datang kemari untuk menemuinya?" Aron bahkan tidak memberikan Evan kesempatan untuk menjawab pertanyaannya.
"Kau punya waktu itu untuk peduli tentangku? Kalau kau punya banyak waktu, lebih baik kau memikirkan kencan buta yang diatur oleh ayahmu."
"Kau! Kau mengolokku cuma demi gadismu itu? Halo!" Aron kesal dan memutuskan panggilan tersebut.
Tamara akhirnya masuk dan dengan ragu mulai membahas tujuannya datang kemari adalah untuk membicarakan masalah lamarannya Evan waktu itu.
"Jadi kau sudah membuat keputusan?"
Dan Tamata masih terlalu ragu bagaimana harus menjawabnya. Memahami keraguannya, Evan Li langsung menyelanya bahkan sebelum dia sempat mengucap apapun. Evan butuh partner untuk menghadiri pameran perhiasan malam ini. Masalah ini bisa mereka bicarakan lagi setelah acara pameran itu selesai.
Alhasil Tamara kelimpungan karena disuruh gonta-ganti berbagai macam night gown dan memamerkannya di hadapan Evan yang langsung mengomentari semuanya.
Sudah tiga kali dia ganti baju, tapi Evan malah diam saja. Tamara lama-lama capek, Evan ini mau pilih yang mana?
"Semuanya oke."
"Semuanya oke? Bilang dari tadi dong. Mencobai semuanya kan butuh waktu dan tenaga."
"Bukankah kalian para gadis suka mencoba baju-baju baru?"
"Iya, sih. Tapi aku bahkan tidak sempat selfie."
"Sudah kufoto." Evan langsung menyodorkan ponselnya dan membiarkan Tamara melihat foto-foto yang diambilnya. Dia sendiri lalu pergi sebentar.
Saat dia kembali, tiba-tiba saja Evan mengalungkan sebuah kalung ruby yang cantik dan tampak sangat mewah ke lehernya. "Ini permata palsu?" tanya Tamara heran.
"Tidak, ini asli dan sangat mahal." jawab Evan dan membuat Tamara jadi takut. Kalau sampai terjadi apa-apa, dia tidak akan sanggup menggantinya.
"Maka kau akan berhutang banyak. Kau harus membayarnya dengan tubuhmu" bisik Evan tepat di telinga Tamara yang kontan saja membuat Tamara mendadak jadi gugup karena kedekatan mereka.
Tentunya Evan Li menyadari betul kegugupannya dan senang karenanya. "Kenapa kau gugup?"
"Ti-tdak kok."
"Lalu kenapa aku bisa mendengar suara detak jantungmu?"
"Ini... karena aku punya aritmia (gangguan irama jantung)."
"Akan kuambilkan anting-anting untukmu."
"Tidak usah! Aku sendiri saja!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments