Rasa takut

Di ruang makan...

Sungguh pemandangan yang sulit untuk dijelaskan. Baru kali ini aku benar-benar bisa memperhatikan Pak Fathan dengan jelas. Dia yang mengenakan pakaian kaos berkerah warna abu-abu dengan celana panjang bahan yang berwarna hitam, terlihat sangat sederhana namun cocok di badannya.

Pak Fathan yang mungkin melihatku sedang memperhatikannya tanpa berkedip ini pun akhirnya bertanya, “Fir, kenapa kamu lihat aku seperti itu?”

Dengan spontan dan polosnya aku langsung menjawab, “Tampannya.”

Entah dia mendengar ucapanku atau tidak tetapi yang pasti dia pun langsung menyentil dahiku sehingga aku berteriak, “Aw, sakit Pak.”

“Sudah tahu sakit, kenapa tadi ditanya masih melongo kaya lihat sesuatu yang menarik,” ucap Pak Fathan.

“Hehehe,...” cengirku, “Suruh siapa kelihatan tampan,” gumamku.

“Ya sudah. Kalau begitu kamu makan,” perintahnya dan lagi-lagi aku seperti boneka yang langsung menuruti ucapannya.

Dan di saat yang bersamaan, aku tak sengaja melihat bibi tersenyum. Entah apa yang membuatnya tersenyum seperti itu.

Di saat kami sedang asik makan, tiba-tiba saja ponsel milik Pak Fathan pun berdering dan dengan cepat dia pun langsung mengangkatnya.

“Halo,” ucapnya.

Entah apa yang dikatakan oleh orang di telepon tersebut. Tapi yang pasti Pak Fathan langsung menyahut, “Baik. Aku mengerti. Lanjutkan sesuai dengan rencana. Jangan sampai gagal.”

Setelah mengatakan hal itu, Pak Fathan pun langsung mematikan teleponnya. Aku yang mendengar hal itu pun sebenarnya penasaran namun aku juga tidak berani bertanya lebih lanjut lagi.

“Fir, setelah ini, anggap lah rumah ini seperti rumahmu sendiri. Jika aku sedang tidak ada di rumah dan kamu sedang membutuhkan sesuatu, kamu bisa meminta tolong pada Bibi,” ucap Pak Fathan sesaat setelah itu.

Aku pun mengangguk dan Pak Fathan pun tersenyum.

***

Keesokan paginya, aku merasa segar sekali. Seperti sudah lama sekali tidak merasakan tidur nyenyak.

“Fir, bagaimana tidurmu semalam? Apakah nyenyak?” tanya Pak Fathan saat kami sarapan.

“Nyenyak, Pak. Baru kali ini aku bisa merasakannya,” ucapku.

“Syukurlah,...” sahutnya, “ya sudah. Cepat habiskan sarapanmu setelah itu kita berangkat ke kampus.”

“Uhuk..uhuk..uhuk..”

Tiba-tiba saja aku tersedak mendengar ucapannya.

“Kamu baik-baik saja, Fir?” tanyanya dengan nada khawatir.

“Ehm. Aku baik-baik saja, Pak,...” sahutku, “tapi, Pak. Apa tidak lebih baik jika aku berangkat sendiri aja, ya. Aku soalnya gak mau menambah musuhku.”

Saat mendengar ucapanku itu, Pak Fathan langsung menghentikan makannya dan bertanya, “Musuh?! Maksud kamu apa, Fir?”

Aku pun tidak mau kalah. Aku juga langsung menghentikan makanku dan berkata, “Bapak memang gak sadar ya kalau para mahasiswi di kampus itu banyak yang naksir sama Bapak?”

“Kamu kok bisa tahu? Jangan-jangan kamu suka perhatiin ya? Atau kamu jangan-jangan cemburu?” ucap Pak Fathan yang sepertinya sedang menggodaku.

Aku yang awalnya tidak punya maksud apa-apa berkata seperti itu pun tanpa ku sadari menjadi merasa seperti orang yang sedang tertangkap basah. Sehingga dengan spontan aku pun menjawab, “Gak. Aku sama sekali gak cemburu. Mereka nya aja yang terlalu transparan sehingga aku tanpa sadar jadi tahu tentang itu semua.”

Mendengar jawaban dariku, entah apa yang di pikirkannya. Namun yang pasti dia pun langsung tertawa terbahak-bahak dan itu pertama kalinya aku melihat dia seperti itu.

“Ya sudah.. ya sudah.. kalau memang kamu mau berangkat sendiri. Tapi ingat, jika kamu lagi-lagi merasa ada yang membuatmu tidak nyaman, kamu harus segera kasih tahu Bapak ya,” pesannya dan aku pun mengangguk.

***

Saat di kampus, seperti biasa aku langsung masuk ke dalam kelas. Namun saat aku masuk, kondisi kelas terlihat masih sangat kosong dan itu membuatku seketika merasa merinding.

Lalu saat aku melihat papan tulis, betapa terkejutnya aku karena di sana terdapat tulisan yang isinya...

'Yang ke dua.. yang ke dua juga akan segera lenyap. Kamu lihat saja.’

Seketika tubuhku bergetar ketakutan dan di saat yang bersamaan tiba-tiba saja sebuah tangan menepuk pundak ku dan saat aku berbalik ternyata...

“Fir, lo kok ada di sini?” tanya Jio.

Aku yang melihat Jio pun langsung merasa lega dan seketika langsung memberi tahu tentang tulisan yang ada di papan tulis.

Jio yang akhirnya ikut membaca tulisan itu pun akhirnya berkata, “Ah lo, Fir. Penakut banget sih lo. Bisa aja kan itu cuma kerjaan orang iseng aja, kan?”

Jio pun langsung menghapus tulisan tersebut dan langsung merangkulku mengajakku pergi.

“Fir, kemarin lusa lo ke mana aja? Lo bolos kuliah gak ajak-ajak,” ucap Jio saat dia mengajakku ke suatu tempat.

“Siapa yang bolos? Waktu itu gue sedang kurang sehat dan akhirnya tidak bisa berangkat kuliah,” ucapku.

“Kurang sehat?! Lo sakit?! Kok lo gak kasih tahu gue sih kalau lo lagi sakit?! Gue kan bisa bawain lo obat ma cemilan,” protes Jio.

“Sori, Yo. Gue waktu itu lemes banget. Jadi gak bisa ngasih tahu lo,” ucapku.

“Ya sudah.. ya sudah.. gue ngerti kok,...” ucap Jio, “tapi gue pesen ke lo kalau lain kali lo ngarasain kurang sehat, lo kasih tahu gue ya.”

Aku pun menganggukkan kepala.

Tak selang berapa lama kemudian, kami pun sampai di aula pertemuan. Aku yang tidak tahu kenapa aku di bawa ke aula pun menjadi merasa bingung lalu kemudian bertanya, “Yo, kita ngapain mau ke sini?”

“Ststtst.. nanti lo juga tahu sendiri,” ucap Jio.

Setelah beberapa saat kemudian...

“Tes.. tes.. 1, 2, 3...”

“Mohon perhatiannya semuanya. Kalian tentu sebagian ada yang sudah tahu kenapa kalian di kumpulkan di sini. Kalian di kumpulkan di sini karena sebentar lagi pihak kampus akan mengadakan acara pertunjukan seni. Di harapkan masing-masing dari setiap fakultas mengirimkan satu pertunjukkan untuk di tampilkan di acara nanti,” ucap salah satu Dosen.

Mendengar pengumuman tersebut, semua mahasiswa dan mahasiswi yang hadir pun saling berkomentar sehingga suasana dalam aula pun riuh.

Sementara itu aku tidak terlalu antusias dengan acara seperti itu pun hanya diam saja.

“Hai, lo gak pingin ikutan tampil?” tanya Jio.

Aku pun menggeleng sambil berkata, “Gak ah. Gak tertarik.”

“Ish. Lo ini kebiasaan banget tahu gak?!” ucap Jio kesal.

“Biarin aja,” celetukku.

***

Setelah kami semua bubar dari aula, kami pun kembali ke kelas masing-masing. Saat aku duduk di bangkuku, aku menemukan sebuah foto yang di beri tanda silang dengan menggunakan spidol merah.

Ketika hati merasa 'deg'. Saat itu perasaanku seketika menjadi terasa gelisah.

“Foto siapa ini? Kenapa di beri tanda silang?” gumamku.

Karena dosen yang mengajar sudah masuk ke dalam kelas, aku pun spontan langsung memasukkan foto itu ke dalam tas.

***

Siang harinya, mungkin karena beberapa hari mengalami susah tidur pulas, aku pun jadi merasa kantuk. Aku sandarkan kepalaku di atas meja kelas dan tanpa tersadar aku pun tertidur.

Saat sedang terlelap, aku kembali bermimpi tentang tulisan yang aku lihat di papan tulis dan juga foto yang aku temukan di kolong meja.

Karena terlalu takut sehingga membuatku terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal dan keringat dingin yang mengucur deras.

Karena merasa takut dan gelisah, aku pun berlari tak tentu arah hingga akhirnya aku pun lelah dan menghentikan lariku. Namun saat aku sedang duduk berjongkok karena sudah merasa putus asa, di saat yang bersamaan tiba-tiba di depanku aku melihat sepasang kaki yang memakai sepatu berwarna hitam dengan celana panjang yang juga berwarna hitam.

Dengan hati yang waswas, aku pun mencoba pelan-pelan mendongakkan kepalaku ke atas mencoba mencari tahu siapa orang yang ada di hadapanku.

“Kamu sedang apa, Fir?” tanya orang tersebut yang ternyata Pak Fathan.

“Bapak?” tanyaku dengan ekspresi wajah yang ingin sekali menangis.

“Kamu ini kenapa?” tanya Pak Fathan bingung.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Pak Fathan, aku pun menangis terisak-isak sehingga membuat Pak Fathan semakin bingung.

“Fir, ikut aku,” ucapnya yang langsung pergi.

Aku yang mendengar ucapannya itu pun langsung membuntutinya dari belakang hingga kami sudah berada di tempat yang terbilang cukup sepi.

“Sudah. Jika ingin menangis, menangis saja. Setelah itu, kamu ceritakan ada apa sebenarnya,” ucapnya.

Aku yang sebenarnya menangis karena merasa putus asa karena aku merasa sangat ketakutan sekali, hanya bisa sesenggukan tidak jelas.

“Pak, aku takut,” ucapku sambil masih terisak-isak.

“Takut?! Kamu kenapa takut? Kamu bermimpi buruk lagi?” tanyanya dan aku pun menggelengkan kepala lalu memberikan foto yang tadi aku dapatkan di meja saat kuliah.

Pak Fathan pun melihat foto tersebut dan dia pun langsung bertanya, “Lalu ada apa dengan foto ini? Apakah ada yang aneh?”

“Aku tidak tahu pasti, Pak. Tapi saat aku tadi masuk ke dalam kelas, aku membaca sebuah tulisan yang isinya kalau yang ke dua akan segera lenyap dan aku suruh menunggu sampai saat itu terjadi,” jelasku.

Pak Fathan yang mendengar penjelasanku itu pun seketika memasang raut wajah yang berbeda. Namun dengan cepat dia mengubahnya lagi dan kemudian berkata, “Sudahlah. Mungkin ini hanya kebetulan saja dan hanya kerjaan orang iseng saja. Kamu jangan terlalu banyak berpikir macam-macam. Ok?!”

Pak Fathan pun mengelus-elus kepalaku dan kemudian mengajakku kembali masuk ke dalam kampus.

“Fir, jika kamu merasa masih takut, lebih baik kita pulang bersama dan kamu tunggulah Bapak di halaman parkir,” ucap Pak Fathan dan aku pun menganggukkan kepala.

Dan di saat yang bersamaan sebelum Pak Fathan melangkahkan kakinya meninggalkanku, tiba-tiba saja teleponku berdering dan aku pun mengangkat teleponnya.

“Halo,” ucapku.

“Bagaimana?! Apa kamu suka dengan hadiah dariku, sayangku?! Hahaha.. itu masih belum seberapa. Setelah ini, akan ada hadiah yang lebih bagus lagi untukmu, Cinta.”

Seketika aku merasa pandanganku menjadi kabur dan ponselku pun terlepas dari genggaman tanganku sehingga membuat Pak Fathan menjadi cemas.

Sambil memegang kedua bahuku, Pak Fathan pun bertanya, “Fir, ada apa? Siapa tadi? Apa yang sudah dia katakan padamu?”

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!