"Makanlah Kila,, tadi pagi kamu hanya makan sedikit saja karena terburu-buru untuk bersembunyi," ucap Laras sambil memberikan makanan pada Syakila yang berisi nasi dan lauk yang sangat banyak.
"Apa Ibu belum pulang juga?" tanya Syakila.
Laras langsung menggelengkan kepalanya,, mereka bicara pelan-pelan.
"Belum,, Beliau masih ada di paviliun,, sedangkan Tuan sudah berangkat ke perkebunan," ucap Laras.
"Dia pasti akan memarahi aku, aku tidak membalas sejak tadi semua pesan-pesan dia karena ponsel sedang aku charge sekarang,, dan ponsel itu malah tertinggal di kamar bawah," ucap Syakila lagi.
"Tenang saja nanti aku ambilkan," ucap Laras.
"Terima kasih yah," ucap Syakila sambil tersenyum pada Laras.
"Iya,, ayo makanlah cepat," ucap Laras.
Syakila segera makan dengan lahap,, Syakila memang sangat lapar dan haus,, apalagi tadi dia habis menyetrika baju yang cukup banyak.
"Wah ini baju mahal semua Kila," ucap Laras sambil meraba salah satu kemeja Syden.
"Iya memang mahal,, harga CD dia saja bisa aku belikan untuk beberapa bajuku," ucap Syakila.
Laras terkekeh sambil menutup mulutnya.
"Laras,, apa dia memang pria yang sangat cerewet dan juga banyak mengatur?" tanya Syakila.
"Tidak kok,, sebenarnya Tuan itu pria yang sangat pendiam dan juga sangat dingin,, kami sangat jarang sekali diajaknya berbicara,, tapi semenjak Mbak Inka depresi waktu itu, Tuan jadi sangat mengkhawatirkan banyak hal,, Tuan muda sangat menyayangi kakaknya, apalagi semenjak Ibu memaksa dia agar segera menikah, membuat Tuan jadi semakin tertekan," ucap Laras.
"Kenapa Mbak Inka tidak dibawa tinggal di vila ini saja? kan lebih mudah untuk mengawasi Mbak Inka jika disini," tanya Syakila.
"Sebenarnya dulu Mbak Inka pernah tinggal disini,, tapi setelah dua kali dia mencoba bunuh diri dengan loncat dari balkon, itu membuat dia dipindahkan di paviliun," jawab Laras.
Syakila lalu mengambil segelas air putih kemudian meneguknya setengah.
"Apa Tuan tidak punya pacar? sehingga di suruh nikah pun malah tertekan," tanya Syakila lagi.
"Aku nggak tau kalau sekarang kalau dulu ada seorang gadis yang suka datang kesini,, rambutnya di pirang teman kuliahnya Tuan, tapi yang aku lihat sepertinya wanita itu saja yang sangat tergila-gila pada Tuan dan Tuan tidak menyukai wanita itu sama sekali,, terus rumah ini sudah lama tidak kedatangan tamu semenjak Mbak Inka jatuh sakit. Semua relasi dan rekan bisnis pasti akan menemui Tuan di gudang,, mungkin bisa saja Tuan membawa pacarnya di gudang," ucap Laras.
"Oh gitu," ucap Syakila.
"Laras, aku habiskan semuanya siapa tau saja aku terkurung lama di tempat ini," ucap Syakila, setelah menghabiskan makanan yang di bawa Laras dan sudah meneguk satu gelas air minum sampai habis.
"Baguslah,, kalau kamu tidak menghabiskan itu,, aku akan marah besar padamu, karena aku kesini saja tadi penuh perjuangan,, takut kalau tiba-tiba Ibu muncul dan aku masih ada di setengah tangga," ucap Laras sambil nyengir.
"Terima kasih yah Laras," ucap Syakila sambil menepuk bahu temannya.
"Iya sama-sama," ucap Laras.
"Apa Ibu biasanya nyetir sendiri kalau datang kesini?" tanya Syakila.
"Tidak,, Beliau bersama Pak Ahmad, sopirnya. Kalau perjalanan jauh Tuan tidak mengizinkan mamanya untuk menyetir sendiri," ucap Laras.
Laras bercerita sangat banyak tentang keluarga Syden. Bu Sinta yang sangat baik dan juga anggun, Syden yang suka memberikan hadiah kepada setiap pekerjanya, Stevan adik Syden yang orangnya humoris dan juga tampan, sifatnya sangat bertolak belakang dengan Syden yang pembawaannya selalu saja serius dan sangat kaku.
"Kila,, kamu sudah telepon keluarga mu atau belum?" tanya Laras.
Syakila langsung menggeleng karena dia sendiri pun bingung harus menelepon kakaknya dengan cara apa. Mau memakai ponsel yang dipinjami Syden juga dia takut,, kalau sampai dia bermasalah dengan Syden secara otomatis Pamannya akan dalam masalah juga, Syakila benar-benar malas menghadapi masalah dalam keluarga. Padahal Syakila ingin sekali menelepon kakaknya yang tadi pagi sudah menikah, Syakila yakin Mila juga pasti sudah menunggu kabar darinya.
"Lebih baik kamu telepon Kila,, mereka pasti sedang menunggu kabar dari kamu," ucap Laras.
Laras tidak tau saja palingan hanya kakaknya yang mencemaskan dirinya,, apalagi Syakila masuk ke dalam rumah Syden sebagai pengganti kakaknya.
"Aku tidak berani memakai ponsel Tuan," ucap Syakila.
"Pakai punyaku saja biar aku ambilkan,,, kamu bisa menelepon kakakmu sekarang atau nanti malam juga bisa," ucap Laras lagi.
"Besok-besok saja Laras karena nanti malam adalah malam pertama Mbak Mila,, aku tidak mau jadi pengganggu," ucap Syakila.
"Oh jadi kakakmu menikah?" tanya Laras.
"Iya," jawab Syakila.
"Sayang banget yah Kila,, dihari bahagia kakakmu,, kamu malah tidak hadir,, padahal kamu bisa minta izin pada Tuan untuk menghadirinya,, Tuan baik kok orangnya, dia pasti akan mengizinkan kamu," ucap Laras.
Syakila hanya tersenyum tipis saja,, karena Laras tidak tau apa yang menyebabkan dirinya bisa bekerja di Vila Syden sekarang.
########
Jam sebelas malam Syakila mendengar pintu kamar dibuka, yang itu berarti Syden baru saja pulang,, Syakila menarik selimut karena udara dingin yang kian menusuk sampai ke tulangnya.
Syden tidak membangunkan dirinya,, tidak juga mengirimkan pesan lagi untuk Syakila,, setelah Syakila mengirimkan permintaan maaf karena tidak menjawab telepon darinya dan juga tidak membalas banyaknya pesan darinya.
Apakah laki-laki itu marah? hmmm bodoh amat lah,, batin Syakila.
Terdengar shower menyala dari kamar mandi sana, juga suara bersin yang beberapa kali didengar Syakila,, kemudian kembali hening yang itu berarti Syden mungkin sudah tidur.
Setelah mengantarkan makan malam untuknya tadi,, Laras tidak lagi datang menemuinya,, mungkin dia sedang sibuk di bawah, Syakila hanya ingin bertanya apakah Mamanya Syden sudah pulang atau belum,, Syakila benar-benar tidak betah berada di ruangannya Syden karena seperti tahanan saja.
Hingga larut malam pun,, Syakila tidak bisa tidur sama sekali,, Syakila terus kepikiran kakaknya,, semoga saja pernikahan kakaknya tadi lancar dan tidak ada kendala sedikit pun, keluarga mertua kakaknya sangat baik,, Syakila selalu diajak ke rumah mas Dimas, Ibu Mas Dimas yang menjual kue itu sering mendapatkan pesanan makanya Mila selalu mengajaknya untuk membantu sedikit-sedikit. Tentu setelah ini Syakila akan kesulitan bertemu kakaknya lagi,, bahkan mungkin tidak akan bertemu lagi kecuali setelah hutang-hutang Pamannya lunas. Tidak terasa air mata Syakila jatuh,, Mila adalah satu-satunya saudaranya,, tapi dirinya tidak bisa menyaksikan pernikahan kakaknya sendiri.
"Kak,, biar aku saja yang melunasi hutang-hutangnya itu,, kakak mau nikah dengan Mas Dimas,, jangan membuat keluarga Mas Dimas kecewa karena menunda pernikahan kalian, lihatlah betapa baiknya mereka sama kita kak," ucap Syakila dua hari sebelum Syakila ke Vila Syden untuk membayar hutang,, Mila langsung meneteskan air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments