Bab 5

Begitu Raga menaiki ranjang tersebut ia langsung memeluk tubuh mungil Neta dari belakang sampai membuat Neta yang empunya tubuh membuka kedua matanya melihat Raga berada di sampingnya.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya setengah sadar.

"Memeluk mu sayang. Tidurlah, aku tidak akan berbuat macam-macam".

Namun bukannya berlari dari sana, Neta malah memeluknya sambil bergumam. "Aku butuh kehangatan, rumah mu terlalu dingin sekali".

Dengan senyum mengembang di wajah Raga, ia pun membalas pelukan Neta dengan erat sampai membuat Neta tersenyum lelap dalam tidurnya.

Hingga pagi kini telah tiba, Neta membuka kedua matanya tidak melihat siapa-siapa lagi berada di sebelahnya. Ia mencoba mengalihkan seluruh arah pandangan matanya untuk mencari tahu dimana keberadaan Raga. Namun tetap saja ia tidak melihatnya.

"Kemana perginya dia?" setelah itu ia menuruni tempat tidur. Ia berjalan kearah jendela yang sudah terbuka membuat ia seketika terpesona melihat keluar begitu indahnya rumah tersebut.

"Wah, aku serasa berada di negeri dongeng saja. Bagaimana bisa dia memiliki rumah semewah ini?".

"Bahkan di samping rumahnya ada danau. Ya ampun, rasanya aku ingin kesana. Tapi bagaimana caranya yah..

Tok... Tok....

Neta lalu memutar tubuhnya, ia melihat pintu tersebut terbuka melihat beberapa pelayan dirumah itu membawakan sarapan pagi untuknya.

"Selamat pagi nona. Apa tidur nyonya begitu sangat nyaman?" tanya mereka.

"Hhhmm? Akh iya. Terimakasih" angguk Neta dengan wajah linglung. "Oh iya, aku boleh bertanya tidak?".

"Iya nona. Silahkan".

"Itu! Danau itu kalian lihat itu kan? Aku mau kesana. Bisakah kalian membawa ku pergi kesana hhmm?".

Mereka lalu melihat kearah jendela, setelah itu mereka saling melihat satu sama lain. "Maaf nona, kami bukannya tidak bisa membawa nona kesana. Tapi terlebih dahulu nona izin dulu kepada tuan Raga" jawab mereka.

"Haruskah? Tapi bagaimana caranya aku menghubunginya? Lagian ini kan masih dilingkungan rumah. Apa salahnya?".

"Sekali lagi kami minta maaf nona. Kami hanya mematuhi perintah tuan Raga saja".

Neta pun langsung mendengus kesal mendengar peraturan tersebut sangat menyebalkan sekali di kedua telinganya. "Kalau gitu, bisakah kalian membantu ku meminta izin kepadanya? Aku mohon".

"Baiklah nona. Tunggu sebentar" angguk salah satunya mencari telepon yang berada di dalam kamar itu. Setelah ia menemukannya, ia pun segera menghubungi nomor ponselnya Morgan yang tak lain adalah sekretarisnya Raga. Namun panggilan itu tidak Morgan jawab sampai beberapa kali lamanya si pelayan tersebut mencoba untuk menghubungi nomor ponselnya.

"Bagaimana?" tanya Neta penasaran.

"Maaf nona, tuan Morgan tidak menjawabnya".

"Benarkah?".

"Iya nona".

Lagi-lagi Neta mendengus kesal melihat hidangan yang berada di hadapannya itu seketika tergiur ingin sekali melahapnya. "Apa sarapan pagi ini untuk ku?" tanyanya senang.

"Iya nona. Silahkan dinikmati, semoga nona Neta menyukainya".

"Tentu saja, terimakasih banyak yah sudah mau repot-repot membawakan saya sarapan pagi ini sampai ke dalam kamar heheheheh.. Lalu bagaimana dengan mbak-mbak semuanya? Apa kalian juga sudah sarapan?".

"Sudah nona. Kami semua sudah sarapan pagi".

"Oh" angguk Neta.

"Lalu bagaimana dengan sarapan pagi ini nona? Apa rasanya sesuai dengan selera nona? Kalau tidak, kami akan membuatkan yang baru nona" ucap salah satunya bertanya.

Neta tersenyum senang, "Ini sangat enak sekali. Seumur aku hidup belum pernah mencoba makanan seenak ini" jawab Neta mengacungkan jempol. "Kalau seperti ini, rasanya aku ingin belajar memasak dengan kalian. Bisakah aku melakukan itu?".

"Maaf nona. Yang menyiapkan hidangan ini bukan kami, tetapi chef yang sudah tuan Raga pekerjakan".

Neta terkejut, "Benarkah dia mempekerjakan seorang chef hanya untuk menyiapkan makanan dia setiap hari?".

"Iya nona, dan itu sudah kita lakukan dari tahun ke tahun".

"Wah.. Ini sangat luar biasa. Beruntung sekali hidupnya bisa semewah ini. Terus, apa kalian sudah lama bekerja disini?".

"Maaf nona kami tidak bisa menjawabnya. Kami permisi dulu".

Begitu mereka pergi meninggalkan Neta seorang diri di dalam sana, ia lalu mengusap perutnya yang sudah membuncit selama 15 menit lamanya sampai membuat ia merasa mengantuk.

Sedangkan Raga dan Morgan yang baru kembali dari ruang meeting. Keduanya mendudukkan diri diatas sofa melihat Morgan sedari tadi memperhatikan ponselnya. "Ada apa?" tanyanya.

"Ini tuan. Sepertinya nona Nadira..

"Jangan panggil dia dengan sebutan nama itu lagi. Dia sudah memiliki nama yang lain, Neta" ucap Raga memberitahu Morgan.

Morgan mengangguk tanda ia mengerti, "Saat berada diruang meeting, nona Neta dua kali menghubungi ke nomor ponsel saya tuan" jawab Morgan.

"Apa? Berikan ponsel mu".

"Ini tuan".

Raga kemudian menghubungi nomor telepon itu kembali sampai membuat Neta yang hampir saja terlelap melonjak kaget.

"Astaga! Kenapa suara telepon itu sangat kuat sekali?" ia lalu berjalan mendekat. "Hallo! Ini dengan siapa?".

Mendengar suara Neta yang begitu sangat ia sukai, Raga langsung melebarkan senyuman di wajahnya. "Ini aku sayang. Apa yang sedang kamu lakukan?".

"Raga?".

"Iya sayang. Kamu sedang apa?".

Neta lalu berpikir jawaban apa yang ingin ia berikan kepada Raga. "Hhhmmss.. Dirumah ini sangat membosankan sekali. Rasanya aku sedang berada di dalam penjara. Tidak bisakah kamu memberi ku izin keluar sebentar? Kamu tenang saja? aku hanya bermain di sekitaran rumah mu saja" jawab Neta tiba-tiba berpikir kalau ini adalah kesempatan emas dia untuk melarikan diri dari istana tersebut.

"Jangan pernah berpikir macam-macam sayang. Aku tau apa yang sedang kamu pikirkan".

"Apa?" kaget Neta merasa kalau Raga mengetahui apa yang sedang ia rencanakan. Namun ia mencoba untuk menyakinkan Raga supaya dia tidak merasa curiga. "Bagaimana bisa dia tau yah? Ck, dia seperti cenayang saja. Aku juga tidak mau dikurung terus dikamar ini seperti orang gila. Apapun itu, aku harus mencari cara untuk pergi dari sini..

Tutt... Tuutt... Tuuutttttt...

"Aaiisss.. Kenapa dia mematikan ponselnya tanpa memberitahu ku dulu? Dasar manusia aneh. Lihat saja, apapun akan aku lakukan pergi dari sini. Aku yakin Aldo pasti mencari ku. Hhmmm.. Apa yang sedang dia lakukan? Aku sangat merindukan kamu Aldo" Neta kemudian mengingat janjinya dulu bersama dengan sang kekasih yang masih ia anggap sampai sekarang ini.

"Ya Tuhan, aku yakin Aldo pasti sudah mendaftar kuliah. Sedangkan aku? Malah tinggal dirumah semewah ini. Aku senang? Tentu saja aku senang bisa tinggal dirumah semegah ini, tapi aku tidak bahagia. Aku tidak bahagia karna rasanya aku seperti tinggal di dalam penjara saja".

Neta menghela nafas berat, ia melihat pintu kamar mandi langsung berpikir untuk segera membersihkan tubuhnya sembari untuk menenangkan pikirannya juga yang sedang gusar. Dan begitu Neta memasuki kamar mandi tersebut, lagi-lagi ia dibuat terkagum melihat desain kamar mandinya Raga yang begitu sangat menarik perhatiannya.

Terpopuler

Comments

WR ξκύαε

WR ξκύαε

nyicil dulu

2022-10-11

0

Stevani febri

Stevani febri

lagi knp Up-nya dikit thor
Up yg byk lah
moga byk pembaca yg minat ya thor 😊
karna cerita,y menarik 💪💪

2022-09-24

1

Andi Fauzyyah

Andi Fauzyyah

lanjut thor

2022-09-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!