Raga tersenyum, sedangkan Neta menutup mulutnya dengan kedua tangan tidak percaya kalau pria yang berada di hadapannya itu dengan beraninya mencium bibirnya. Kemudian Neta melangkah keluar, namun Raga langsung menahan tangannya.
"Lepaskan aku!" ucapnya dengan wajah ketakutan.
"Kamu mau kemana sayang?".
"A-aku mau pergi".
Raga lalu menarik tubuhnya ke dalam pelukannya, "Maaf sayang" Air mata yang tadi Neta bendung, ia pun menjatuhkannya di pelukan Raga. "Jangan menangis, maaf jika aku..
"Kamu jahat sekali" potong Neta memukul dada bidang Raga. Setelan itu ia mendorong tubuh Raga sedikit menjauh darinya, "Aku lelah sekali. Biarkan aku istirahat".
"Mmmmm" angguk Raga mengikuti langkah kaki Neta dari belakang. Namun melihat Neta yang malah melangkah kearah pintu, membuat ia kembali menahan pergelangan tangannya. "Kamu mau kemana sayang?".
"Lepaskan aku. Aku mau tidur diluar saja".
"Tidak bisa" balas Raga sedikit tegas.
Kedua mata itu pun kembali berkaca-kaca di hadapan Raga, "Kamu jahat hiks.. Kamu bilang kalau aku ini istri kamu tapi nyatanya kamu malah menatap ku seperti itu hiks.. hiks..".
Raga kemudian mengusap wajahnya dengan kasar, "Maafkan aku sayang. Aku seperti ini bukan berarti aku marah, itu karna aku sayang. Aku mohon Jangan pernah melawan perintah ku".
"Hiks.. Hiks.. Aku mau pulang. Ibu, tolong aku hiks". tangisnya lagi seperti anak kecil yang kehilangan berang sesuatu kesukaannya.
Raga terus mengusap air matanya, setelah itu ia membawa Neta keatas tempat tidur sembari membaringkan tubuhnya. "Tidurlah, aku tidak akan berbuat macam-macam sayang" ucap Raga.
Neta kemudian menatap Raga dengan mata sendu, "Benarkah kalau kamu tidak akan memperkosa ku?".
"Mmmmm" angguk Raga menahan tawa.
"Terima kasih. Kalau gitu aku akan tidur karna aku sangat mengantuk sekali".
"Iya tidurlah sayang".
Sambil menunggu Neta benar-benar terlelap dalam tidurnya, Raga lalu menyentuh kedua pipinya dengan sayang. Setelah itu ia pergi meninggalkan Neta seorang diri di dalam kamar tersebut menuju sebuah ruangan yang berada di lantai bawa tanah dengan menggunakan lift otomatis yang hanya ia sendiri yang tau bersama dengan Morgan salah satu anak buahnya yang hidup 200 tahun yang lalu.
"Tuan" senyum Morgan memberikan darah yang baru saja ia dapatkan itu.
Dengan senyum mengembang di wajah Raga, dengan sekali tegukan saja ia langsung meminum isi dalam gelas tersebut.
"Bagaimana dengan dia tuan? Apa dia orang yang benar-benar selama ini tuan cari?".
"Mmmmm, ternyata dia adalah istri ku yang selama ini aku cari Morgan" jawab Raga mengingat kejadian lampau.
Flashback.
"Aku mencintaimu mu sayang, sampai kapan pun aku akan selalu mencintai mu meskipun suatu saat nanti aku tidak mengenali mu" kata Nadira menggenggam kedua tangan Raga dengan erat.
"Tidak bisa Dira, aku tidak bisa melakukan hal itu. Sampai kapan pun orang tua kamu tidak bakalan pernah mengijinkan kamu menikahi pria monster seperti ku".
"Aku tidak perduli Raga, aku sudah mengatakan kepada mu kalau aku akan tetap menikahi mu dan mencintai mu sampai akhir hidup ku. Berjanjilah kepada ku Raga".
"Aku tidak bisa Dira, maafkan aku".
"Kalau memang kamu tidak bisa menikahi ku Raga, maka aku akan bunuh diri dari pada aku harus menikahi pria yang sama sekali tidak aku cintai".
Raga terdiam.
"Ayo kita menikah Raga tanpa restu orang tua ku. Bisakah kamu melakukan hal itu? Aku mohon Raga".
"Apa kamu yakin Dira dengan keputusan ini?".
"Aku sangat yakin dengan keputusan ku sendiri Raga".
"Baiklah kalau itu yang kamu mau. Malam ini juga kita menikah".
"Terima kasih Raga".
Keduanya pun melangsungkan pernikahan malam itu juga hingga pagi esok harinya tiba Nadira membuka kedua matanya melihat Raga berada di sampingnya.
"Ternyata aku berhasil menikahi kamu Raga. Aku sangat bahagia sekali".
"Begitu juga dengan ku Dira. Aku sangat bahagia sekali bisa menikahi mu".
"Terima kasih Raga. Bisakah aku meminta satu permintaan untuk mu?".
"Apa itu Dira?".
Nadira terdiam 5 menit lamanya, "Aku merasa prajurit ayah ku sedang menuju kemari Raga".
"Aku juga merasakan hal yang sama dengan mu".
"Bisakah kamu berjanji satu hal untuk ku sebagai rasa tanda cinta mu kepada ku Raga?".
"Mmmmmm".
"Jika akhirnya aku harus mati hari ini juga, aku ingin dilahirkan kembali menjadi orang biasa. Apa kamu bisa datang mencari ku tahun ke tahun Raga? Aku ingin merasakan kebahagiaan bersama dengan mu dan memiliki keluarga kecil bersama dengan mu. Bisakah kamu melakukan itu Raga?".
"Mmmmm, aku berjanji akan selalu mencari mu Dira" jawab Raga mendengar suara langkah kaki itu semakin mendekati rumah yang kini mereka berdua tempati. "Merasa sudah tiba Dira" ucapnya memberitahu.
Kedua mata Nadira langsung meneteskan air, ia telah menyakini kalau hari ini juga ia akan digantung mati oleh orang tuanya karena sudah berani mempermalukan putra dari keluarga bangsawan.
"Ayo".
"Mmmmm".
Keduanya pun langsung keluar dari dalam rumah tersebut. Dan saat itu juga peluru yang berada ditembak prajurit ayahnya mengenai dada Raga.
"Hentikan!" teriak Nadira mencoba menghalangi mereka. Namun orang yang keluar dari belakang prajurit tersebut bukanlah ayahnya. Melainkan calon suaminya, "Kamu?".
Ia tertawa, "Kenapa?".
"Ke-kenapa kamu yang datang kemari?".
"Hahahahha" tawanya kembali. "Aku datang kemari untuk membunuh orang yang sudah berani mempermalukan keluarga ku. Dan sekarang aku akan membunuhmu" ia lalu mendekati Nadira melihat Raga yang terkapar di atas lantai rumahnya. "Apa dia kekasih mu itu?".
"Jangan mengganggunya, dia tidak tau apa-ap.." gantung Nadira saat pisau itu tertancap di perutnya. "Akh".
"Hahahahha" tawanya kembali. "Harusnya kamu berterima kasih kepada ku setelah aku menyelamatkan keluarga mu" setelah itu mereka pergi meninggalkan Nadira yang terkapar disana bersama dengan Raga.
*************************
"Apa dia mengenali tuan?".
"Dia tidak mengenali ku. Dan dia juga sama sekali tidak mengingat kejadian 200 tahun yang lalu meskipun aku sudah menunjukkan lukisan dia sendiri".
Morgan pun mengangguk mengerti, "Secepat mungkin nona Nadira akan segera mengingat tuan".
"Mmmmm.. Apa malam ini kamu akan tidur disini?".
"Tidak tuan, besok aku harus mempersiapkan berkas yang harus aku bawa ke kantor. Jam 8 pagi nanti aku sudah tiba disini".
"Ya sudah kalau gitu. Terima kasih untuk ini".
"Sama-sama tuan".
Begitu Morgan kembali pulang ke apartemennya. Raga lalu tersenyum senang menatap kearah gelas yang berlumuran darah itu. "Nadira ku sudah kembali pulang. Tapi bagaimana kalau sampai dia tau kalau aku masih seorang monster? Apakah dia akan tetap mencintai ku atau.." Raga lalu mengusap wajahnya. "Aku tidak akan pernah kehilangan kamu lagi sayang, apapun akan aku lakukan demi kebahagiaan kita berdua".
Setelah itu Raga kembali masuk ke dalam kamar, ia melihat Neta tertidur sangat pulas sekali membuat Ia sangat ingin memeluk tubuh mungilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Stevani febri
hayoloh lagii 💪💪💪
2022-09-24
1