Bab 2

Neta terdiam, ia benar-benar tidak tau bagaimana bisa ia berada disana selain yang ia tau kalau ayahnya baru saja menjual dirinya.

"Hhhmmss.. Sebaiknya kita lanjutkan saja. Nanti juga kamu akan tau sendiri" ucapnya melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Hampir 20 menit lamanya ia merias wajah Neta, tidak menunggu lama si mucikari tersebut masuk kembali ke dalam ruangan mereka melihat Neta dari atas sampai bawa terlihat begitu sangat cantik sekali.

"Saya menyukainya. Ayo keluar".

Neta lalu mengikuti langkah kakinya dari belakang sembari mencari cara bagaimana bisa ia kabur dari sana. Namun seketika harapan itu menghilang saat si mucikari mengancamnya kalau saja ia berani macam-macam.

"Sekarang aku pasrah Tuhan apa pun yang terjadi kepada ku" ucap Neta dalam hati.

Kemudian si mucikari membuka sebuah pintu yang jauh dari tempat ia melihat orang berlalu lalang dari hadapannya. "Saya sudah membawanya tuan" ucapnya memberitahu pria yang sedang berdiri di balik jendela kaca menatap keluar dengan membelakangi mereka.

"Mmmmmm.. Kamu boleh keluar" jawabnya.

"Baik tuan" setelah itu ia keluar meninggalkan Neta seorang diri dengan tubuh bergetar mendengar suara bass tersebut begitu sangat menakutkan sekali, bahkan si mucikari sempat merasa merinding hanya mendengar suaranya saja.

Lalu Neta mencoba untuk melangkah mundur, namun suara milik pria itu langsung menyuruhnya jangan bergerak sedikitpun dari tempat ia berdiri.

"Saya mohon jangan sakiti saya hiks" tangis Neta tidak sanggup membendung ketakutan yang ia rasakan. Lalu ia mendengar sebuah langkah kaki berjalan kearahnya membuat ia semakin ketakutan, "Saya mohon jangan sakiti saya hiks.. hiks.. Saya mohon siapa pun anda jangan sakiti saya hiks..".

"Angkat kepala mu".

Deng!

Kini pria itu telah berdiri dihadapannya, Neta yang belum siap melihat sosok wajah itu membuat ia masih menuduh ketakutan dengan air mata tersebut.

"Apa kamu tidak mendengar ku?".

"Apa tuan akan membunuh ku?".

"Tidak, aku tidak akan menyakiti mu. Aku hanya ingin kamu melihat ku" jawabnya seketika suara itu terdengar lembut ditelinga Neta.

Secara perlahan, Neta pun akhirnya mengangkat kepalanya dihadapan pria yang baru saja menyuruhnya. Lalu pria itu tersenyum manis kepadanya sampai-sampai ia tidak berkedip.

"Apa aku terlihat tampan?".

"Haahhh?" kaget Neta langsung memalingkan wajahnya merasa malu. "Tidak, tidak seperti itu tuan. Saya mohon jangan salah sangka dulu".

"Tidak apa-apa. Sekarang lihat aku kembali" dan lagi-lagi suara itu terdengar semakin lembut di kedua telinga Neta. "Apa kamu mengenal ku? Apa kamu masih mengingat ku?".

Neta pun mengerutkan keningnya tidak mengerti maksud dari perkataan pria yang berada di hadapannya itu. "Ini aku Raga suami kamu. Apa kamu benar-benar tidak mengingat ku lagi?".

"Maaf tuan. Tapi saya benar-benar tidak mengenal tuan siapa" jawab Neta.

"Benar, kamu pasti tidak mengingat ku lagi setelah 200 tahun lamanya aku menunggu mu sayang. Dan sekarang kamu berada di hadapanku lagi, aku sangat merindukan kamu sayang" Raga lalu memeluk tubuhnya Neta dengan sayang. "Jangan tinggalkan aku lagi sayang, aku tidak bisa hidup tanpa mu".

"Maafkan aku tuan. Tapi aku benar-benar tidak mengenal tuan siapa".

Raga melepaskan pelukannya tersenyum kembali mengusap kepalanya dengan sayang.

"Kamu memang tidak mengenal ku siapa sayang, tapi aku masih mengenal istri ku yang dulu. Kini sudah saatnya kita bersama kembali sayang, terima kasih sudah menepati janji mu".

"Tapi maaf sekali lagi aku ucapkan tuan, aku ini masih anak dibawah umur. Aku sama sekali belum pernah menikah".

"Mmmmm.. Aku tau itu sayang" Raga mencium keningnya. Tapi entah kenapa Neta sangat menyukai pelukan itu dan juga ciuman yang Raga berikan di keningnya. Ia benar-benar sangat menyukai, berbeda halnya saat pertama kali Aldo pernah memeluknya.

"Kita pulang ya sayang. Aku tidak mau kehilangan kamu lagi" ucap Raga.

"Pulang? Kemana?".

"Kerumah kita sayang".

"Tapi..

Raga lalu menutup semua tubuhnya dengan jas yang ia kenakan, setelah itu ia membawa Neta pergi meninggalkan kamar tersebut menuju tempat dimana ia memarkirkan mobilnya.

"Kemana kamu akan membawa ku pergi?" tanya Neta kembali dengan rasa penasaran.

"Kerumah kita sayang".

"Tapi kenapa kamu menutup kepala ku seperti ini. Aku tidak bisa melihat jalan atau pun... Aakkhhh" Raga lalu mengangkat tubuhnya melayang di atas udara. "Apa yang kamu lakukan?".

Raga tidak menjawabnya, ia sengaja menutup kepala Neta agar tidak satu orang pun melihatnya. Begitu mereka berada di dalam mobil, Raga kemudian membuka jasnya dari atas kepala Neta. "Maafkan aku sayang".

"Jangan panggil aku sayang. Aku sangat tidak nyaman dengan panggilan itu".

"Tidak, aku akan tetap memanggil mu dengan sebutan itu karna aku sudah berjanji kepada mu kalau aku akan tetap memanggil mu sayang".

Neta pun menghela nafas panjang, ia berpikir kalau pria yang berada di hadapannya itu sepertinya sedang kehilangan kekasihnya sehingga Raga memperlakukan dirinya seperti ini.

"Aku tau apa yang kamu pikirkan" ucap Raga.

"Apa?".

"Aku tau apa yang baru saja kamu pikirkan tentang aku" jawab Raga menyalakan mesin mobilnya.

"Tunggu! Kamu mau membawa ku kemana?".

"Kerumah kita sayang".

.

Sesampainya di sana, dengan mata membulat Neta melihat kearah istana yang benar-benar berada di hadapannya itu dengan tidak percaya.

"I-ini rumah siapa?" tanyanya.

"Rumah kita sayang. Ayo keluar" jawab Raga membukakan pintu mobil untuknya.

"OMG!".

"Ya Tuhan. Ini benar-benar rumah?".

"Mmmmm, ayo masuk. Ini rumah kita berdua sayang. Kamu bebas melakukan apa saja yang kamu mau dirumah ini".

"Aku masih belum mempercayainya. Tapi kenapa..

"Kenapa?".

"Apa kamu tinggal sendiri di rumah semewah ini?".

"Iya, aku tinggal sendiri disini sayang sambil menunggu mu kembali. Dan kini aku tidak tinggal sendiri lagi, sekarang aku sudah bersama dengan mu".

"Lalu dimana orang tua mu?".

"Aku tidak memiliki orang tua. Hanya kamu satu-satunya yang aku miliki sayang".

"Jangan berbohong kepada ku. Aku ini masih anak di bawa umur" balas Neta berjalan duluan di hadapan Raga. Meskipun ia tidak tau siapa Raga yang sebenarnya, tetapi ia merasa percaya kepada pria itu. Entah kenapa itu bisa terjadi, tapi memang itu yang ia rasakan saat ini.

Kemudian ia melihat beberapa pelayan wanita berjalan kearah mereka, "Wah, ternyata kamu tidak hidup sendiri. Kamu pembohong sekali".

Lagi-lagi Raga tersenyum, "Mereka hanya seorang pelayan saja sayang".

"Ya itu tetap saja ada mereka yang menemani kamu dirumah semewah ini. Harusnya kamu menghargai mereka dong dengan menganggap mereka ada".

Raga tertawa kecil, "Baiklah sayang, aku akan mengakui kalau aku tidak tinggal sendiri dirumah ini".

Terpopuler

Comments

Widani

Widani

Bagus bgt gila

2022-12-30

2

Stevani febri

Stevani febri

ayo loh lanjut ini baru berapa bab
cemungut Up-nya 💪💪

2022-09-23

0

Andi Fauzyyah

Andi Fauzyyah

lanjut thor 💪💪💪

2022-09-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!