Kalah Telak

Tiga puluh menit menunggu, akhirnya paket makanan yang ia pesan pun datang. Kali ini, Alex sedikit membuat pekerjanya bingung. Karena apa yang ia perintahkan pada seseorang yang biasa membawakan makan untuknya, agar si tukang paket itu sendiri yang mengantar makanan itu padanya.

Sungguh keinginan yang sangat aneh menurut mereka. Sebab yang mereka tahu, Alex adalah pria pembersih dan tidak suka ruangannya dimasuki oleh sembarang orang.

Alex memiliki kebiasaan yang menurut pekerja di sana, itu adalah kebiasaan buruk. Bagaimana tidak? Ia selalu minta ruangan dibersihkan sesaat setelah ia menerima tamu. Dan sekarang lihatlah, seorang kurir malah ia masukkan ke dalam ruangan surper higienis itu. What happen? Bukankah ini melahirkan tanda tanya di benak mereka? Sesuatu yang impossible yang terjadi sepanjang sejarah.

Di lobby kantor tersebut...

"Saya sendiri yang harus ke ruang direktur, Pak?" tanya Emma, bingung. Karena menurut kabar yang ia dengar, pria pemilik perusahaan ini sangat anti dengan debu. Lalu, lihatlah dirinya saat ini terkontaminasi dengan debu. Lalu bagaimana bisa dia diminta menemui pria itu sendiri. Bukankah ini patut dicurigai?

"Iya, Mbak. Bapak pesannya begitu. Mungkin mau ngobrol dengan dirimu. Siapa tahu di kasih fee, Mbak. Atau penawaran kerja sama barang kali. Kan warung Mbak udah jadi langganan di sini," ucap Satpam tersebut mencoba meyakinkan Emma.

"Ha, bisa jadi, Pak. Oke deh, saya akan temui beliau sendiri," jawab Emma semangat, berharap ini adalah jalan yang baik untuk usaha temennya. Setidaknya ia ikut andil dalam kemajuan seseorang yang selama ini selalu ada untuknya itu.

Tanpa curiga sedikit pun, Emma di antar oleh penjaga keamanan di sana segera masuk ke dalam lift untuk menuju ke ruang di mana pemimpin perusahaan ini berada.

Kini Emma sudah berada di depan pintu ruangan tersebut. Jantungnya berdebar, tentu saja. Sebab orang yang hendak ia temui adalah seseorang yang memiliki kedudukan tertinggi di perusahaan ini. Yang artinya dia adalah sosok yang sangat penting. Mungkin dia juga bisa kita sebut the real Sultan.

"Astaga, apa yang aku pikirkan! Semua manusia itu sama, Em. Lu nggak usah silau dengan uang, please," gumam Emma sembari merapikan jaket yang ia pakai.

Tak lama berselang, pintu ruangan itu membuka sendiri. Padahal Emma merasa belum mengetuk nya.

"Wihhhh... Canggih!" gumam Emma melonggo sembari memuji kecanggihan pintu tersebut.

"Silakan masuk, Mbak!" ucap Satpam tersebut. Kemudian, Emma pun masuk dan pintu kembali menutup sendiri.

Emma celingukan mencari penghuni ruangan ini. Namun kosong. Membuat gadis ini hanya diam mematung sembari mencari kecanggihan apa lagi yang ada di dalam ruangan ini.

"Kenapa, heran ya lihat pintu bisa buka sendiri?" tanya seseorang yang entah di mana sekarang dia berada.

"Heheh, maaf, Pak," jawab Emma, masih bersikap santai.

Tak lama berselang, terlihat seseorang keluar sari sebuah ruangan dan langsung berdiri santai sambil menyandarkan pantatnya di meja kerja super mewah itu. Menatap Emma dengan tatapan meledek tentunya.

Sedangkan Emma hanya diam mematung Menatap tak percaya dengan apa yang sekarang tersaji di depan mata.

Meski begitu, aura kebencian tetap terpancar dan menyeruak sempurna dari dalam jiwa seorang Emma.

"Kenapa bengong? Shock ya, hemmm? Santai saja! Sekarang paham kan? Siapa yang miskin dan siapa yang kaya raya di sini?" ledek Alex sembari beranjak dari tempatnya bersender dan melangkah mendekati Emma.

Emma yang tahu bahwa saat ini dia dalam bahaya, tentu saja langsung memasang kuda-kuda, berniat membela diri jika pria sombong itu menyerangnya.

"Kau tak perlu bertingkah bodoh seperti itu! Aku tak tertarik berkelahi dengan gadis bodoh nanti dekil seperti mu!" ucap Alex, meremehkan.

"Saya tidak bodoh, tahu. Anda yang bodoh. Dasar pria miskin tak guna!" lawan Emma, tak mau kalah.

"Ihhhh, masih saja kau bilang aku miskin. Kau tak lihat kemewahan yang aku miliki ini ha?" tanya Alex gemas.

"Selama anda punya hutang pada saya, bagi saya , anda sangat miskin dan saya lebih kaya dari anda. Paham!" balas Emma.

Sungguh balasan yang menohok. Tapi masuk akal, Bukan?

"Kau ya, bener-bener. Berapa hutang ku padamu, ha. Segini cukup?" tanya Alex sembari memaksa Emma menerima segepok uang darinya.

"Sorry! Waktu dan harga diri saya tidak akan pernah bisa Anda bayar dengan uang. Apa lagi sekarang, anda memberi saya uang seolah anda sedang mengejek saya," jawab Emma sembari menaruh uang itu di meja kerja Alex.

"Wahh, tinggi juga harga dirimu ya?" balas Alex, meremehkan.

Emma diam. Menunggu apa yang hendak dilakukan oleh tuan muda arogan itu.

"Cepat bayar pesanan anda, atau saya akan mencatatnya sebagai hutang," ucap Emma sembari melepaskan tas ransel itu.

Melihat lantainya pasti kotor karena tas itu, dengan cepat Alex pun mencegah Emma melakukan itu.

"Stop it!!! Jangan coba-coba kau lepaskan tas kotor itu dari punggungmu!" ucap Alex, memperingatkan.

Emma sedikit terkejut, hanya sedikit. Emma sudah mendengar perihal penyakit aneh yang di derita pria arogan ini.

Emma tak ingin berdebat dengan pria bodoh tak punya hati itu. Ia tahu, bahwa apa yang terjadi sekarang hanyalah akal-akalan pria itu untuk menjatuhkan harga dirinya.

Namun Emma tak ingin berburuk sangka. Untuk memastikan itu pun langsung mencari tahu apa yang menganggu pikirannya.

"Jadi, bagaimana sekarang? Saya taroh di mana pesanan anda ini?" tanya Emma.

"Buang saja dan ambil uang itu" jawab Alex arogan.

Spontan, hati Emma serasa tertampar. Kini ia lebih yakin jika Alex memanggilnya ke sini bukan untuk membeli makanan yang ia jual. Tetapi memang real hanya untuk menghinanya.

Tanpa kata, Emma pun memundurkan langkahnya, bersiap pergi meninggalkan ruangan Alex.

"Jadi, sekarang kamu mengakui kalo aku kaya?" tanya Alex tiba-tiba.

Emma menghentikan langkah, lalu tersenyum licik.

"Siapa bilang? Bagi saya, anda tetap pria miskin yang tak beradab. Ingat, anda masih memiliki hutang pada saya, yang artinya saya lebih kaya dari anda. Paham," jawab Emma lantang.

Alex hanya tertawa mendengar itu. Karena menurutnya, pemikiran Emma adalah pemikiran paling bodoh di dunia.

Emma kembali melangkah. Namun pintu ruangan itu tak mau membuka. Membuat Emma berteriak kesal.

"Kau tak akan bisa keluar selama aku tidak mengizinkanmu, Bodoh!" ucap Alex, menyindir.

Namun bukan Emma namanya kalau tidak berani melawan. Dengan penuh emosi, gadis ini pun menendang pintu itu sekuat tenaga. Hingga pintu tersebut bergetar dan membuka dengan sendirinya.

"Nanti rusak, Bodoh! Dasar gadis gila!" teriak Alex kesal.

"Bodo amat!" balas Emma sembari melangkah meninggalkan ruangan menyebalkan itu.

Selepas kepegian Emma, Alex malah terlihat gusar. Justru sekarang ia merasa bodoh. Kenapa dia bisa kalah berdebat dengan gadis biasa seperti itu. Niatnya membuat malu, ternyata malah di buat malu.

Bukankah ini menyedihkan?

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🍊𝐂𝕦𝕞𝕚

🍊𝐂𝕦𝕞𝕚

Lex Alex sepertinya kamu di mata Emma semakin tak baik apalagi dengan apa yang baru saja kamu lakukan mempermalukan Emma dan merendahkan nya

2022-09-21

1

🍊𝐂𝕦𝕞𝕚

🍊𝐂𝕦𝕞𝕚

hahaha 🤭🤭🤭 kata katanya itu loh emm bikin bengek 🤣🤣🤣🤣

2022-09-21

0

Eva Karmita

Eva Karmita

benci tanda nya cinta itu Lex 😍😍😜

2022-09-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!