Beberapa hari berlalu sejak kejadian itu, baik Emma maupun Alex, mereka berdua jadi sering uring-uringan sendiri. Emma dengan kekesalannya sedangkan Alex dengan rasa penasarannya.
Pagi ini, Alex sedang ada meeting penting. Namun tiba-tiba saja dia terjingkat. Ia teringat gadis barbar yang berani memarahinya serta mengumpatinya pria bodoh dan miskin. Membuat Alex merasa lucu jika teringat.
"Shiit!!!" pekik Alex tiba-tiba. Spontan semua anggota rapat pun terjingkat bingung.
Wajah Alex spontan memerah. Sebab semua mata menatap aneh ke arahnya.
"Eh, sorry... sorry... " ucap Alex pada seluruh member meeting.
"Ada apa, Bos?" tanya Vian, berbisik.
"Ah, nggak-nggak aku nggak pa-pa. Teruskan... teruskan!" ucap Alex meminta orang yang sedang melakukan presentasi untuk melanjutkan presentasi tersebut.
Sedangkan Alex malah asik melanjutkan lamunanya.
Alex kembali tertingkah aneh mana kala ia senyum-senyum sendiri. Membuat Vian semakin tak nyaman dengan beberapa pemilik mata yang juga iku memerhatikan bos tampannya itu.
Selesai rapat, saat semua member meninggalkan ruang rapat, Vian langsung menegur bosnya.
"Bos, jujur... anda kenapa?" tegur Vian.
"Nggak, aku nggak kenapa-napa, emang aku kenapa?"
"Ah tidak, aku yakin sedang terjadi sesuatu di otak anda. Anda tidak pernah bertingkah seperti ini. Apa lagi dalam rapat penting. Biasanya anda selalu fokus. Tadi ku lihat anda sangat tidak fokus. Mengumpat sendiri, lalu tersenyum sendiri. Ini sangat tidak masuk akal, Bos!" ucap Vian, seusai apa yang ia perhatikan.
"Tadi aku seperti itu kah?" tanya Alex.
Sungguh pertanyaan yang super aneh bukan?
"Ya elah, Bos. Ni lihat... " ucap Vian sembari menunjukkan rekaman CCTV rapat yang terjadi beberapa menit yang lalu.
Alex melihat dirinya sendiri begitu aneh. Namun Alex adalah Alex, seorang pria tampan dengan sejuta pesona memiliki ribuan alibi untuk menampik itu.
"Ah, itu hanya perasaanmu saja. Sudah jangan terlalu sensitif. Nggak baik buat kesehatan jantung!" kawan Alex seraya beranjak dari tempat duduknya. Lalu pergi meninggalkan Vian yang sebenarnya masih membutuhkan jawaban darinya.
Sedangkan Alex, pria itu kembali tersenyum sendiri sembari mengingat kebodohannya di ruang rapat tadi.
Selepas rapat yang sedikit banyak menguras tenaga, ternyata membuat pria ini lapar. Tak ingin membuang waktu, Alex pun melangkahkan kaki berniat pergi ke kantin.
Namun langkahnya sedikit terganggu ketika ia melihat seorang gadis pengantar paket sedang berlari, terburu-buru. Dan lucunya, wajah gadis itu sangat mirip dengan gadis barbar yang seharian ini menganggu pikirannya.
Tak ingin tertipu, Alex pun berlari mengejar gadis tukang paket itu.
"Hay, kamu tunggu!" panggil Alex seraya berlari menuju gadis itu.
"Hay, pengantar paket. Tunggu!" teriak Alex lagi. Sayangnya gadis itu sudah menyalakan motornya dan melaju tanpa menghiraukan Alex.
"Ada apa, Pak?" tanya Satpam ketika melihat bosnya ngos-ngosan kesusahan mengatur napas.
"Sial!" umpat Alex kesal.
"Ada apa, Pak? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Satpam lagi.
"Sebentar... hah!" jawab Alex sembari mengatur napas.
Satpam setia menunggu bosnya selesai mengatur napas.
"Kau, kau kenal dengan gadis tukang paket tadi tidak?" tanya Alex.
"Yang mana, Pak? Yang barusan lewat, bukan?"
"Iya, yang pakek jaket biru!"
"Oh itu, kenal, Pak. Kedai makanan dia langganan karyawan di sini, Pak!" jawab Satpam itu.
"Ohh, Kau tahu nama dia tak? Atau alamat rumahnya! Alamat kedainya, mungkin?" ucap Alex.
"Sebentar, Pak. Saya ada stiker alamat Kedai gadis itu," ucap Satpam sembari melangkah ke meja resepsionis. Tak lama satpam tersebut pun kembali mendekati Alex dan menyerahkan kartu nama itu.
"Oke, makasih. Nanti ku kirim hadiah untukmu!" ucap Alex sembari tersenyum senang dan melangkahkan kaki kembali ke ruangannya. Karena ia memiliki cara untuk membawa gadis yang ia curigai itu ke tempat ia berada saat ini.
***
Tak berbeda dengan Alex, Emma juga masih terbayang saat bertengkar dengan pria menjengkelkan itu.
Andai dikasih kesempatan lagi, ingin rasanya Emma memarahi pria itu. Menghajarnya hingga semua tulang yang ada di tubuhnya patah semua kalau bisa.
"Heee... ngelamun mulu. Katanya mau bantuin. Ni, ada pesenan lagi. Anter sono!" ucap Laila sembari menyerahkan lima kotak makanan yang di pesan seseorang.
Emma menerima alamat dan paket yang harus ia kirim ke alamat yang tertera.
"Astaga! Kok ke kantor itu lagi. Kan barusan dari sana!" ucap Emma, protes.
"Ya mana ku tahu, mungkin mereka pengen nambah!" jawab Laila enteng.
"Baiklah, demi persahabatan kita. Apa sih yang enggak. Kali aja nanti ada yang nawarin aku kerja," jawab Emma sembari tersenyum senang.
"Iya, ku do'ain ada yang rekrut kamu jadi sopir pribadi. Biar ada penghasilan tetap. Kalo kamu bantu di sini kan aku cuma bisa kasih lu makan. Ya kan?" jawab Laila sembari mengelus pundak sahabatnya.
"Seandainya aku nggak butuh uang sebanyak itu, aku rela jadi kurir di sini sampai kapanpun. Tapi maafkan aku bestie, seseorang sedang menunggu hasil perjuanganku," jawab Emma, terdengat sedih namun inilah kenyataan yang harus dia hadapi.
"Iya, aku ngerti kok. Udah sana, udah ditunggu. Kasihan cacing mereka meronta." Laila tertawa, begitupun Emma.
Tak ada rasa curiga sedikit pun Emma pun segera melajukan kendaraannya menuju tempat tujuan.
***
Di kantor itu, tampak Alex sedang menunggu dengan perasaan siap bertempur dengan gadis barbar itu. Kali ini Alex tak mau kalah. Ia akan tunjukkan pada gadis penghina itu, bawa dia bukan pria miskin seperti yang diucapkan oleh gadis barbar itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
ian machmud
langsung gercep ya lex pingin adu mulut siapa yang kata-katanya lebih pedes 😀😂
2022-10-16
1
Srie wibi
hmmm sombongnya alex
2022-10-13
0
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
alexx gercep ya ☺️☺️☺️☺️ kelihatan banget langsung bucin padahal baru bertemu tapi kesan yang di timbulkan Emma sangat ngena di hati dan pikiran nya
2022-09-21
1