Ternyata oh ternyata

Belum beranjak pak Tomi dan bu Dyah dari balik pintu, terdengar deru kendaraan roda empat terparkir di halaman rumah. Ketiga pasang bola mata di balik pintu ternganga memandang sesosok laki-laki tinggi, tampan turun dari sebuah mobil.

''Ibram! Mas Ibram?'' sorak bunda Dyah dan Bia secara bersamaan.

''Assalamualaikum, yah, bun, dek.'' salam Ibram sembari mencium kedua tangan orang tuanya.

''Waalaikumsalam.'' jawab mereka serentak.

''Kamu kok enggak bilang sih kalau pulang sekarang!'' seru bu Dyah.

''Maaf bun, tadi aku langsung dijemput Nino.'' jawab Ibram. Nino adalah asisten pribadi Ibram.

''Yaudah yuk, masuk dulu. Kamu pasti capek kan.'' tuntun bu Dyah.

Setelah melepas rindu, kini pak Tomi bersama bu Dyah dan Ibrahim yang lebih sering mereka panggil dengan Ibram duduk di ruang tengah.

''Kamu sih, Bram. Enggak ngabarin bunda kalau mau pulang sekarang. Jadi nggak ketemu sama calon mantu bunda kan.'' kata Bu Dyah.

''Hm.'' Bram hanya membalas singkat perkataan bundanya.

Dilain tempat, Binar sedang merebahkan tubuhnya di gazebo belakang rumah. Tempat favorit Binar selain kasur empuknya tentunya. Ia sedang asik berbalas pesan dengan para sahabatnya.

*BURONAN MERTUA💄*

Arabella ✉️ Hai cantik-cantikku

Lila ✉️ Hai sistah, malming pada kemana nih?

Arabella ✉️ Otw kentjan kakak 😉

Lila ✉️ Duh, senengnya yang mau kencan. Dandan cantik say!

Arabella ✉️ Pastinya mak💄

Binar ✉️ Berisik!

Arabella ✉️ Seloow mak, kenapa sih sensi amat?

Lila ✉️ Lagi dapet, neng?

Binar ✉️ Pusing nih

☎️☎️☎️

Ponsel Binar terus bergetar. Ia sengaja mengaktifkan fitur silent dan memilih mengabaikan ponselnya.

Huft. Sejenak ia menghembuskan nafasnya dengan berat sambil merebahkan tubuhnya di kasur lantai yang ada di gazebo belakang rumah. Suara gemericik air kolam buatan dan kilauan bintang tak mampu menenangkan pikirannya yang sejak pembicaraan dengan kedua orang tuanya selepas dari kediaman Pak Tomi terasa berputar-putar di kepala dan seketika menghilangkan nafs* makannya.

*FLASHBACK*

Disepanjang perjalanan setelah meninggalkan kediaman Pak Tomi, Mama Sari terus melontarkan candaan pada Binar.

''Bi, kamu enggak penasaran sama Ibrahim sekarang?'' goda mama Sari.

''Apaan sih, mama enggak jelas banget.'' jawab Binar.

''Beneran nggak penasaran sama Ibrahim? Dia ganteng banget lho sekarang.'' balas mama Sari.

''Mama ini pakai bilang ganteng segala. Nanti papa cemburu lho.'' goda Binar.

''Papa mah enggak akan cemburu, soalnya Ibrahim kan bakalan jadi anak papa juga.'' seru mama Sari.

''Jadi anak papa? Papa mau angkat anak?'' tanya Binar.

''Ya enggaklah, punya anak perempuan satu aja udah ribet hidup mama.'' balas mama Sari.

''Jahatnya, mama.'' akting Binar pura-pura menangis.

''Kalian ini, ribut mulu. Sampai rumah nanti, ada yang ingin papa bicarakan sama kamu, Bi.'' balas papa Ardi.

''Papa apaan sih, serius amat. Kaya mau ijab kabul aja.'' canda Binar.

''Kan sebentar lagi memang mau ijab kabul.'' seru mama Sari.

''Papa mau nikah lagi?'' tanya Binar sambil menggoda mamanya.

''Enak aja kamu, ya enggaklah, awas aja kalau papa berani nikah lagi.'' protes mama Sari sambil menjewer telinga Binar.

''Ampun ma, ampun. Bercanda kali mah. Habis papa sama mama gitu sih.'' rengek Binar.

Setelah sampai di rumah, Papa Ardi dan mama Sari segera mendudukkan diri di ruang keluarga. Binar yang hendak naik ke lantai atas menuju kamarnya pun dicegah olah mama Sari.

''Eh, mau kemana kamu? Sini dulu dong.'' cegah mama Sari.

''Ada apa sih ma? Binar gerah nih mau mandi.'' jawab Binar.

''Bi, papa mau ngomong hal penting sama kamu.'' kata papa Ardy.

''Ada apa, Pah? Dari tadi hal penting mulu.'' jawab Binar.

''Kamu ini, orang tua lagi ngomong sukanya motong pembicaraan.'' kata mama Sari.

''Iya, maaf mama cantik dan papa ganteng.'' rayu Binar.

''Bi, papa ada satu hal penting yang ingin papa bicarakan sama kamu. Dengerin dulu papa bicara sampai selesai, jangan dipotong dulu. Setelah papa selesai bicara, baru kamu boleh bicara.'' jelas papa Ardi.

''Baik, pah.'' jawab Binar yang mulai tidak tenang menerka-nerka arah pembicaraan kedua orang tuanya.

''Jadi gini, Bi. Jeng jeng jeng. Nungguin ya?'' goda mama Sari.

''Mama ih, dasar emak-emak lebay.'' ejek Binar.

''Hmm.'' Papa Ardy pun sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah anak dan istirnya.

''Maaf, maaf. Habisnya ngelihat mukanya Binar lucu banget. Tegang amat kaya mau dinikahin sekarang juga.'' jawab mama Sari sambil tertawa.

''Tuh kan, pa. Mama sukanya usil.'' adu Binar pada papa Ardi.

''Jadi gini, Bi. Sebenernya dulu waktu kita masih tinggal di kota M. Pak Tomi pernah mengalami kecelakaan. Saat itu, kebetulan papa sedang melewati lokasi kejadian. Melihat ada korban kecelakaan yang belum ditangani petugas medis, papa inisiatif menolong Pak Tomi yang waktu itu terjepit diantara badan mobil. Sesaat setelah papa berhasil menolong Pak Tomi, mobil Pak Tomi meledak. Beruntung tidak ada korban saat kejadian itu. Semenjak saat itu, hubungan persaudaraan papa dan Pak Tomi menjadi sangat baik. Bahkan, saat itu Pak Tomi juga membantu memberikan modal untuk perusahaan yang baru papa rintis. Tapi, bukan karna hal itu yang mendasari maksud dari apa yang akan papa sampaikan ke kamu.'' tegas papa Ardi.

Binar masih diam memperhatikan setiap runtutan kata yang disampaikan oleh papanya.

''Sebelum papa memutuskan untuk pindah dan menetap tinggal disini, merawat rumah peninggalan kakek dan nenek kamu ini, papa dan Pak Tomi bersepakat untuk mempererat hubungan persaudaraan kami dengan cara saling menjodohkan anak-anak kami.'' jelas papa Ardy.

''Bi, maksud papa dan mama baik. Papa dan mama hanya ingin jodoh yang terbaik untuk kamu. Terlebih kamu adalah anak satu-satunya papa dan mama. Niat kami baik, dan semoga apa yang kami niatkan mendapat ridho dari yang di atas. Terlebih, nantinya kamu sendiri yang akan menjalani mahligai rumah tangga ini bersama Ibrahim.'' terang papa Ardy dengan lugas.

Binar tentu saja terkejut dengan apa yang disampaikan papanya. Ia mencoba mencerna setiap kata dengan baik. Binar ingin menolak, tapi tidak sampai hati ia melukai perasaan kedua orang tuanya. Tapi, untuk menerima begitu saja juga ia masih teramat tidak siap.

''Iya, sayang. Mama dan papa hanya ingin yang terbaik untuk kamu.'' mama Sari berkata sambil memeluk putri semata wayangnya dengan penuh kasih sayang.

''Binar, pikirkan dulu, pah mah. Jujur, Binar belum siap untuk menikah sekarang.'' jawab Binar sambil mencoba merangkai kata sebaik mungkin.

''Iya, sayang. Papa dan mama mengerti.'' jawab papa Ardi.

''Binar ke kamar dulu ya, mau mandi.'' Binar berkata tanpa berani menatap wajah kedua orang tuanya.

''Semoga ini memang yang terbaik ya, mah. Papa percaya anak kita tidak akan macam-macam. Tapi, melihat pergaulan anak muda jaman sekarang yang sudah mengkhawatirkan papa jadi tidak tenang.'' kata Papa Ardy.

''Iya, pah. Semoga saja.'' balas mama Sari.

Terpopuler

Comments

Raflesia

Raflesia

keren amat nama grup nya Thor🤭🤭🙃🙃🙃

2022-12-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!