''Eh, apaan nih. Lepas!'' teriak Binar.
''Loe jadi cewek ganjen banget sih!'' sentak gadis itu.
''Gimana? Maksudnya apaan?'' sengak Binar.
''Loe nggak usah pura-pura b*go deh. Jadi cewek sok alim banget. Udah sering kan gue bilang, jangan deketin kak Dani. Dia itu cowok gue!'' teriak gadis itu lagi.
''Siapa juga yang ganjen. Kaya enggak ada cowok lain aja.'' balas Binar.
'Eh gue tahu ya, kalau loe itu belum move on dari kak Dani. Jadi, gue peringati sekali lagi sama loe. Jangan coba-coba buat deketin kak Dani lagi. Dia itu enggak tertarik sama cewek modelan kaya loe! Awas aja loe berani kegatelan sama kak Dani!'' maki gadis itu sambil beranjak meninggalkan Binar.
''Amit amit jabang bayi. Buset deh.. Ada ya orang modelan kaya gitu.'' Gerutu Binar sambil melajukan mobilnya.
...ΩΩΩ...
Pagi hari ini, Binar sedang libur kuliah karena hari ini memasuki akhir pekan. Ia pun masih bermalas-malasan di kasur empuknya. Hingga suara menggelegar terasa menyakitkan menusuk telinga.
''Binar Senja Prajaya!'' teriak mama Sari. Jika nama lengkap Binar sudah terlontar dipastikan dunia emak sedang tidak baik-baik saja.
Dengan langkah gontai Binar beranjak dari kasur empuknya menuju lantai bawah.
''Ada apa sih, ma? Teriak-teriak kenceng banget.'' jawab Binar sambil menuruni tangga.
''Kamu tuh ya, anak gadis jam segini masih ngebo. Cepetan mandi, dandan yang cantik setelah ini kita ke rumah temen papa, kamu inget om Tomi kan?'' jawab mama Sari.
''Nggak pake mandi juga udah cantik, Ma.'' balas Binar.
''Iyadong, turunan dari Mama kamu itu cantiknya. Eh, kenapa jadi gini? Udah sana buruan mandi, jam 10.00 kita berangkat.'' seru mama Sari.
''Lagian, kenapa harus sama Binar juga sih, ma?'' tanya Binar.
''Ya pokoknya kamu ikut aja!'' perintah mama Sari.
''Iya, yaudah Binar siap-siap dulu. Naik ke lantai atas lagi ini? Tau gitu, mama aja tadi yang naik ke kamar Binar.'' jawab Binar.
''Ini bocah, sama orang tua juga.'' jawab mama Sari.
Setelah sekitar empat puluh menit menempuh perjalanan, rombongan keluarga Binar sudah sampai di sebuah kompleks perumahan elit di pinggiran kota Yogyakarta. Sesaat, Binar tertegun melihat rumah mewah tersebut. Rumah Binar memang sudah mewah, namun apabila dibandingkan dengan rumah yang saat ini ia pijak, jauh berkali lipat lebih besar dan sangat apik tentunya.
''Rumah siapa ini, ma? Mewah banget, bukan rumahnya sultan kan, ma?'' tanya Binar pada mama Sari.
''Ini rumah masa depan kamu.'' jawab mama Sari sambil merapikan hijabnya.
''Wah.. papa beli rumah baru ya, Ma?'' tanya Binar dengan antusias.
''Tanya aja sama papa kamu.'' balas mama Sari.
Setelah ayah Binar memarkirkan mobilnya, Binar menghampiri ayahnya.
''Pa, papa beli rumah baru? Buat Binar? Wah, papa keren benget!'' seru Binar.
''Enggaklah, papa mana ada uang beli rumah kaya gini.'' jawab ayah Binar santai.
''Papa nih sukanya gitu.'' balas Binar.
Setelah dipersilakan masuk oleh asisten rumah tangga di rumah itu, keluarga Binar sudah berada di ruangan yang cukup luas bernuansa modern minimalis.
Lamunan Binar memudar ketika suara sambutan menyambut kedatangan keluarga Binar.
''Hallo Ardi, apa kabar? Makin tampan saja kamu sekarang. Silahkan duduk.'' seru seorang laki-laki yang sudah berusia sekitar 50 tahunan.
''Mas Tomi bisa saja. Mas Tomi juga makin gagah saja sekarang.'' balas papa Ardi.
''Halo jeng, apa kabar?'' seru kedua ibu-ibu yang masih tetap cantik di usia yang sudah lebih dari kepala empat tersebut.
''Eh, Ini Binar ya, cantik sekali kamu sayang. Bunda sampai pangling.'' seru bunda Dyah.
''Iya tante, tante juga sangat cantik.'' jawab Binar sambil membalas pelukan bu Dyah.
''Panggil bunda sayang, jangan tante lah.'' seru bu Dyah.
''Iya bunda.'' balas Binar.
''Ayo silahkan duduk, silahkan dinikmati, jangan sungkan.'' seru Pak Tomi.
Setelah cukup lama mereka berbincang dan bernostalgia, kini mereka sudah berpindah ke ruang makan untuk melanjutkan makan siang.
''Ya ampun bun, masaknya banyak banget kaya mau hajatan aja ini.'' seru Binar dan semua orang di ruangan itu pun ikut tertawa.
''Iya, sayang. Bunda sengaja masak yang banyak buat menyambut kedatangan calon besan dan calon mantu bunda.'' seru bunda Dyah dengan semangat.
''Siapa yang mau menikah bun? Seingat Binar, mas Ibram masih kuliah di luar negeri kan? Sedangkan Bia masih kelas tiga SMP?'' tanya Binar sungguh-sungguh.
Binar saat ini sudah paham siapa orang yang mereka datangi. Ialah Pak Tomi, sahabat ayahnya dulu sewaktu mereka masih tinggal di kota M. Sebelum ayah Binar memutuskan untuk berhenti bekerja saat Binar masih duduk di kelas 2 sekolah dasar dan memilih menetap di kota gudeg, tempat tinggal nenek Binar.
''Iya nak, Ibrahim yang akan menikah.'' saut Ayah Tomi.
''Oh.'' jawab Binar.
Setelah makan siang selesai, keluarga Binar berpamitan untuk pulang. Binar yang memang mudah akrab dengan siapa saja, juga berpamitan pada Bianca, putri kedua ayah Tomi dan bunda Dyah. Mereka saling berpelukan untuk berpamitan. Binar dan Bia belum pernah bertemu, karena saat keluarga Binar pindah rumah, bunda Dyah sedang hamil besar. Tak lupa mereka bertukar nomer telefon dan akun sosial media.
''Sering-sering main kesini ya, mbak Binar.'' rengek Bia dengan manja.
''Iya cantik, besok mbak aja jalan-jalan deh kemanapun kamu mau.'' jawab Binar.
''Bener ya, mbak. Besok deh aku kabarin lagi, habis kalo sama mas Ibram nggak asik banget. Berasa lagi jalan sama patung. Kulkas banget.'' balas Bia.
''Sst, jangan keras-keras ntar orangnya denger.'' bisik Binar.
''Enggak bakalan mbak, orang mas Ibram baru balik lusa kok.'' jawab Bia.
''Yaudah, mbak pulang dulu ya. Besok kabarin lagi.'' kata Binar.
''Siap, mbak! Hati-hati ya, mbak, om dan tante.'' seru Bia.
''Sip.'' balas Binar disertai dengan acungan jempolnya.
''Kami permisi dulu mas Tomi, mbak Dyah.'' pamit papa Ardi dan mama Sari.
''Binar pamit dulu ya yah, bun.'' Binar berpamitan sambil mencium kedua tangan orang tua itu.
''Iya, sayang. Kamu enggak nitip salam buat Ibram?'' goda bunda Dyah.
''Apa sih, bun.'' jawab Binar dengan salah tingkah.
''Tuh yah, anak kita dapat salam dari gadis cantik, calon mantu.'' jawab bu Dyah sambil berbisik.
''Udah bun, jangan digodain terus jadi malu kan anaknya.'' jawab pak Tomi.
''Assalamualaikum.'' seru Binar, papa Ardi dan Bu Sari sebelum keluar dari pintu rumah.
''Waalaikumsalam.''
Saat papa Ardi mulai melajukan mobilnya untuk meninggalkan kediaman Pak Tomi, mereka berpapasan dengan masuknya sebuah mobil mewah memasuki pekarangan rumah Pak Tomi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Kanjeng ayu
up thor
2022-10-01
5