Bab 3. Menjadi trending

Emelly terus saja mondar-mandir, dia gelisah takut kalau cowok itu kenapa-kenapa, sumpah demi apapun Emelly sangat terpukul kalau saja dirinya keluar dari mobil pasti kejadian ini tak pernah terjadi. Emelly duduk di bangku, dia mengusap wajahnya kasar, ini adalah kali keduanya ia merasa terpukul setelah kejadian perceraian orangtuanya.

Kedua bodyguardnya hanya berdiam diri, melihat sang majikan yang sedang panik.

Tadi saat salah satu dari mereka ingin bubar, tiba-tiba ada motor yang melaju kencang yang menyebabkan satu orang terluka hingga tak sadarkan diri. Namun sang penabrak malah kabur dengan motornya, dia lari dari tanggung jawab.

Emelly yang masih shock pun langsung mengikuti ambulans yang membawa korban tabrak lari itu.

"Bagaimana, dengan anak saya?!"

Perkataan itu membuat Emelly mendongak, dia melihat seorang wanita paruh baya yang menangis histeris.

Emelly berdiri ingin menghampirinya, wanita itu justru lebih dulu mendekatinya dengan keadaan yang sangat kacau. "Kamu kan? Karena kamu anak saya celaka! Iya kan!"

Emelly tidak bisa menahan tangisnya, kepalanya mengangguk pelan karena memang dirinyalah penyebab utama kecelakaan ini terjadi.

Plak!

Emelly menoleh ke samping, tangannya memegangi pipinya yang terasa panas, kedua bodyguardnya tentu saja kaget, mereka langsung berdiri di depan Emelly, berusaha melindungi sang majikan.

"Awas! Saya akan menghabisi wanita jahat itu!"

Emelly tidak bisa berkata-kata apa-apa, ia takut dan gelisah, Emelly menundukkan kepalanya merasa bersalah pada wanita paruh baya itu. Emelly pun kembali duduk dengan tangisan yang belum reda.

"Kak Melly!" teriak seorang cowok yang sangat kencang, bahkan karena teriakannya wanita itu berhenti menangis.

Dua orang cowok mendekati Emelly yang masih duduk di kursi dengan keadaan acak-acakan bahkan jika ada yang melihatnya pasti tidak percaya bahwa Emelly seorang aktris, saking berantakannya.

Theo, cowok itu duduk di samping kakaknya dan memeluknya erat, dia bisa merasakan tubuh kakaknya yang dingin dan gemetar. Theo mengusap punggung kakaknya berusaha menenangkannya, dia sangat tahu betul jika kakaknya ini sedang ketakutan.

"Tenang Kak. Theo ada di sini." Hanya itu yang bisa cowok itu ucapkan. Jika dia berkata 'semua akan baik-baik saja' Theo sendiri bukan Tuhan yang maha tahu, sedangkan kalau dia berkata 'kakak yang sabar ya' kakaknya pasti akan semakin meninggikan tangisannya, jadi serba salah kan.

Rion, cowok itu diam mematung. Tangannya memegangi ujung kaos, dirinya jadi merasa bersalah. Ingin sekali memeluk erat sang kakak namun Rion sadar bahwa dirinya tidak sepenting itu, Rion juga sadar dia bukan siapa-siapa. Rion menghela nafas panjang, dia duduk di samping Theo yang sedang memeluk Emelly.

The berdecak sebal. Dia memandang sinis saudara tirinya itu. "Nggak guna."

Rion diam tak menjawab, dia memasang wajah datar.

Wanita paruh baya itu berjongkok, dia sesenggukan takut kalau putranya kenapa-kenapa. Dua bodyguard itu juga diam memperhatikan wanita yang masih menangis.

"Emelly!" panggil seseorang, dia khawatir mendengar tangisan yang begitu kencang, dirinya juga semakin khawatir melihat Emelly yang berada di pelukan adiknya.

Violet, ya dia Violet. Wanita itu jadi merasa bersalah karena meninggalkan Emelly, tadi dia izin sebentar untuk membayar administrasi.

Mata Rion membulat sempurna, melihat seseorang yang berbaju hitam, dia sedang memegang kamera. Sepertinya sang wartawan. Tanpa mengucapkan apapun, Rion berlari mengejar orang itu yang sudah sadar jika Rion berlari ke arah nya.

Yang lain pun sama terkejutnya melihat Rion berlari mengejar sosok yang mencurigakan itu, Violet pun menyuruh kedua bodyguardnya untuk membantu Rion.

"Bagus, ada gunanya," gumam Theo.

Seorang dokter pun keluar dari ruangan, Emelly dan wanita paruh baya itu langsung berjalan ke arah dokter dengan wajah panik.

"Gimana dengan keadaannya Dok?" tanya Emelly.

"Gimana dengan keadaan anak saya?"

"Pasien sudah siuman, tidak ada luka yang cukup serius tapi harus istirahat total agar pasien cepat sembuh."

Semua yang berada di sana menghela nafas lega.

"Saya bisa melihat anak saya?"

"Silahkan, tetapi cukup dua orang saja."

Emelly dan sang ibu pasien pun masuk ke dalam, Emelly meminta maaf pada pasien, dia sangat menyesal.

Sang pasien tersenyum, dia merasa senang melihat sang idolanya ada di hadapannya untuk menjenguknya.

"Tidak apa-apa Kak, ini bukan salah Kakak hehe. Ini salah Aldo yang sudah kelewatan," ujarnya dengan cengengesan, ingin sekali memeluk sang idola namun masih sakit jika menggerakkan badan.

Emelly tersenyum, dia tak berhentinya mengucap syukur pada yang maha kuasa.

***

["Apa?! Kamu membuat masalah?!"]

Emelly menjauhkan ponselnya dari telinganya, suara Ayahnya ini sangat membahana yang membuat telinganya sakit. Theo hanya menahan tawa melihat sang Kakak terkena amukan.

["Sekarang kamu beli mobil baru saja, siapa tahu para fans kamu yang nakal itu tidak akan kenal dengan mobil kamu.]

Theo melototkan matanya, dia benar-benar merasa tak adil. "Jangan gitu dong Yah."

["Halo Melly? Halo? Halo?"]

Tut!

Panggilan dimatikan secara sepihak, Theo mengerucutkan bibirnya kesal, pasti Ayahnya itu sengaja mematikan sambungan.

Tiba-tiba keadaan sekitar menjadi menyeramkan, Theo yang mulai menyadari tatapan tajam dari Emelly pun berusaha menghindari kontak mata.

"Kenapa tadi tidak nurut! Kamu itu laki-laki jangan kelayapan nggak jelas!"

Theo menyeringit bingung. "Itu ditujukan untuk perempuan Kak."

"Nggak usah nyahut! Awas aja kalau terulang lagi! Kakak aduin kamu sama Ayah, Ibu!"

"Iya! Iya! Theo janji tidak akan melakukan itu lagi," ujarnya kesal, padahal tadi hari Minggu, kenapa juga harus diatur kapan pulangnya, batinnya kesal.

"Tidak usah membatin!" sewot Emelly dengan wajah garangnya.

"Iya Kak, iya."

Suara decitan pintu membuat dua manusia berbeda jenis itu menoleh ke arah pintu, di sana terlihat Rion yang baru saja pulang.

"Ayo, Kak! Marahin aja!" kompor Theo, dia sangat senang jika Rion dimarahi oleh Emelly.

Emelly melipatkan kedua tangannya, dia memandang datar ke arah Rion.

"Dari mana saja?!"

Rion berhenti melangkah saat ingin menaiki lift, ya tentu saja di rumah Emelly tersedia lift. Orang kaya mah bebas.

"Sibuk," jawabnya singkat dan jelas, bahkan Theo pun ingin sekali menoyor kepala saudara tirinya itu. Sangat menjengkelkan pikirnya.

"Jawab yang bener!" sentak Emelly yang kesal, apalagi Rion tidak berbalik badan ketika ia berbicara, bagaimana dirinya tak emosi coba?

Rion tak menjawab, dia pergi begitu saja meninggalkan Emelly yang sudah melongo.

"Tadi langsung hajar aja, Kak! Jadi pergi kan dia sekarang," celetuk Theo yang ingin melihat Rion dimarahi.

Emelly memutar matanya malas, dia mengambil sebuah bantal dan melemparnya pada Theo. "Sana, ke kamar! Belajar!"

Theo berdecak sebal, lalu pergi ke kamarnya.

Ponselnya berdering, dengan malas Emelly mengangkatnya.

["Gawat Em!"]

"To the point aja," ucap Emelly yang sudah malas meladeni Violet.

["Pokoknya ini buruk! Lihat aja trending topik di tweet!"]

Dengan malas, Emelly mematikan sambungannya, tangannya menari-nari membuka aplikasi bewarna biru itu.

Deg!

"Emelly Carolyn aktris sombong?!" teriak Emelly yang shock membaca apa yang trending saat ini.

Terpopuler

Comments

Puja Kesuma

Puja Kesuma

oalah tuh berita di lebih lebihi aja mau jatuhkan reputasi emily aja...

2022-09-30

0

Deniayu ajah⚞⚟🧕🤑💦

Deniayu ajah⚞⚟🧕🤑💦

sabar em, padhl kamu aktris baik kok dikatain sombong

2022-09-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!