"Akila.... kau sudah berani mengadu rupanya, lihat saja apa yang bisa aku laukan kepadamu nanti." ucap Delvano lirih namun dengan nada yang penuh penekanan di setiap ucapannya.
**
Elbara melangkahkan kakinya meninggalkan Delvano yang masih terdiam dengan wajah tetkejut karena Elbara mengatakan hal itu dengan tiba tiba. Pikiran Elbara melayang jauh mengulang kembali segala hal yang baru saja terjadi.
"Kasihan wanita itu" ucap Elbara lirih yang lantas membuat Arga mengernyit bingung tidak mengerti akan ucapan tuannya itu.
Flashback on
Setelah kejadian Elbara yang tidak sengaja menabrak seorang gadis di depannya Elbara terus melangkahkan kakinya menuju ke arah Resto.
Langkah kakinya mendadak terhenti ketika tidak jauh dari tempatnya berada, Elbara melihat wanita yang ia tabrak tadi tengah mengeluarkan sebuah dasi dan memasangkannya kepada seseorang di sana. Terlihat jelas bahwa wanita itu menahan kesakitan ketika ia mengangkat tangannya, membuat Elbara lantas menghela nafasnya panjang ketika melihat pemandangan itu.
Entah mengapa Elbara yakin bahwa wanita itu terkena KDRT, hanya saja Elbara tidak punya kuasa untuk ikut campur dengan urusan rumah tangga seseorang.
"Kenapa aku tidak bisa menutup mata saja jika melihat hal hal yang begituan?" ucap Elbara dengan lirih.
"Apa ada sesuatu tuan?" tanya Arga yang melihat Elbara menghentikan langkah kakinya cukup lama.
"Tidak, ayo kita lanjutkan." ucap Elbara kemudian mencoba untuk acuh.
Flashback off
Elbara menghela nafasnya panjang ketika bayangan tentang wanita yang tadi ia tabrak kembali terlintas di benaknya.
"Kau lakukanlah tugas mu, aku akan pergi mencari udara segar." ucap Elbara.
"Lalu bagaimana dengan nyonya Viona tuan?" tanya Arga seakan tahu bahwa istri tuannya itu pasti akan mencari keberadaannya.
"Katakan saja aku sedang rapat di luar, lagipula aku tidak akan lama dan langsung pulang, tak perlu khawatir." ucap Elbara menenangkan Arga agar tidak perlu khawatir.
Arga yang mendengar jawaban santai dari tuannya lantas hanya bisa menghela nafasnya panjang, tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain menuruti Elbara.
"Baik tuan" ucap Arga pada akhirnya.
Keduanya kemudian lantas berpisah di lift, Arga naik lift di sebelah dan langsung menuju ruangan kantornya sedangkan Elbara menekan tombol lift menuju ke arah lobi.
Ting
Suara dentingan pintu lift yang terbuka mulai terdengar, Elbara yang melihat pintu terbuka lantas langsung melangkahkan kakinya secara perlahan tapi pasti. Mobil miliknya terparkir di parkiran depan, hanya saja langkahnya lagi lagi terhenti ketika melihat wanita yang tadi atau Akila tengah duduk di area taman hotel seorang diri.
Elbara yang tak sengaja melihat hal itu lantas agak sedikit bingung antara menghampirinya atau tidak, cukup lama Elbara bepikir hingga kemudian ia memilih menuju mobil dan mengambil beberapa obat obatan kemudian melangkah menuju ke arah Akila.
**
Akila terlihat hanya diam menatap ke arah jalanan sekitar sambil terus menghela nafasnya panjang, Akila cukup terkejut ketika tiba tiba seorang laki laki nampak duduk di sebelahnya sambil menyodorkan kantong kresek berisi beberapa salep dan obat merah, membuat Akila lantas bingung akan apa yang sedang di lakukan laki laki di sebelahnya ini.
"Saya benar benar tidak apa tuan, itu bahkan hanya tabrakan kecil saja." ucap Akila sambil tersenyum ke arah Elbara mencoba untuk bersikap baik baik saja.
"Aku tahu, hanya saja baju lengan panjang mu tidak bisa menutupi apa yang ada di dalamnya. Aku tidak akan membahasnya lebih detail karena aku yakin itu tidak sopan dan terkesan ikut campur, ambillah ini siapa tahu kamu membutuhkannya." ucap Elbara dengan nada datar.
Akila yang mendengar ucapan Elbara lantas dengan spontan membetulkan baju lengan panjangnya, membuat Elbara lantas menghela nafasnya panjang. Elbara menaruh kresek tersebut di sebelah Akila kemudian bangkit berdiri.
"Jangan hanya di pendam, saat ini semuanya mudah untuk di proses kamu bahkan hanya perlu membuat laporan dan semua akan selesai." ucap Elbara hendak melangkah pergi.
"Andai aku bisa... mungkin aku tidak akan tetap terjebak dalam kisah yang tidak aku inginkan." ucap Akila dengan lirih namun masih bisa di dengar oleh Elbara membuat langkah kaki Elbara terhenti.
"Kamu hanya perlu keluar dari sana, jika kamu mau aku bisa membantu mu." ucap Elbara dengan tiba tiba membuat Akila lantas menatap ke arah Elbara dengan tatapan yang bertanya tanya.
"Apakah pria ini sungguh sungguh dengan ucapannya?" batin Akila dalam hati bertanya tanya seakan tidak terlalu yakin akan pertolongan yang di tawarkan oleh pria di hadapannya ini.
***
Malam harinya
Akila baru sampai di rumah karena ia harus terlebih dahulu mengunjungi ibunya yang berada di Sanotarium (tempat peristirahatan atau fasilitas medis untuk penyakit jangka panjang). Akila yang baru sampai lantas melangkahkan kakinya memasuki rumah dengan perlahan. Dari arah ruang tamu samar samar Akila seperti mendengar Simfoni milik Hector Belioz di putar di ruang tengah.
Akila yang tahu betul apa arti dari Simfoni tersebut lantas langsung terdiam membeku, keringat dingin bahkan sudah mulai terasa membasahi keningnya tepat ketika mendengar Simfoni tersebut di putar.
"Apa lagi kesalahan ku kali ini?" batinnya dalam hati.
Tak tak tak
Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai keramik, mulai terdengar menggema berbarengan dengan suara Simfoni tersebut yang kini terdengar semakin kencang. Akila menelan salivanya dengan kasar ketika melihat Delvano mulai melangkahkan kakinya turun dari arah tangga dan mendekat ke arahnya.
Tatapan mata Delvano benar benar tajam hingga menembus hati Akila yang sedari tadi sudah di buat ketar ketir dan bertanya tanya tentang apa kesalahannya.
"Maaf aku telat mas, tadi aku mampir dulu mengunjungi ibu sebentar." ucap Akila sambil berusaha menahan perasaan takut yang mulai menggerogoti dirinya.
Delvano hanya tersenyum sinis ketika mendengar ucapan Akila barusan. Hingga ketika jarak keduanya sudah dekat dan hanya tersisa beberapa senti saja, Delvano perlahan mulai melempar tubuh Akila hingga ia terjatuh dan bersimpuh di lantai dengan tatapan yang tidak mengerti akan perilaku yang ditunjukkan oleh Delvano.
"Ada apa ini mas?" tanya Akila.
Delvano berjongkok mencoba menyamai posisi Akila.
"Sekarang kau sudah pandai mengadu rupanya? apa kau tidak lagi menginginkan ibu mu untuk hidup?" ucap Delvano yang lantas membuat Akila terkejut sekaligus bingung karena ia sama sekali tidak merasa melakukan apa yang baru saja di tuduhkan kepada dirinya.
Di saat rasa keterkejutan dalam diri Akila belum surut, Delvano tiba tiba menyeret tubuh Akila dan membawanya ke kamar tamu dengan paksa. Akila tidak bisa berbuat apa apa, jika Akila melawan tentu saja ibunya akan dalam bahaya, namun jika dirinya tidak melawan akankah ia akan mati malam itu juga?
Suara Simfoni milik Hector Belioz terdengar nyaring beradu dengan suara sabetan yang mengenai punggung Akila secara berkali kali. Ini adalah kehidupan yang selalu Akila terima setiap harinya, Akila tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan menikah dengan seorang monster yang hanya terlihat baik pada cangkangnya saja. Impian pernikahan yang harmonis dan juga bahagia harus hancur dengan kenyataan pahit yang ia terima setiap harinya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments