Siang harinya di Hotel Star
Sesuai dengan agenda yang telah di buat oleh Arga, setelah Elbara menyelesaiakan rapatnya, agenda Elbara selanjutnya akan dilanjutkan dengan jamuan makan siang sekaligus persiapan sebelum memulai wawancara bisnis oleh salah satu tv swasta yang cukup terkenal di Indonesia.
Elbara terus melangkahkan kakinya menuju ke arah Resto yang terdapat di lantai lima pada gedung hotel ini. Elbara melangkahkan kakinya secara perlahan keluar dari lift, sebuah deringan ponsel miliknya membuat Elbara lantas dengan spontan mengambil ponselnya yang terletak pada saku jas miliknya, tanpa menyadari bahwa di depannya seorang gadis juga tengah berjalan dengan langkah yang cepat.
Elbara yang tidak terlalu memperhatikan jalanan di depannya, lantas terus saja berjalan hingga tanpa sengaja menabrak tubuh gadis didepannya yang tiba tiba berhenti secara mendadak. Tabrakan antara keduanya tidak bisa dihindarkan, tubuh Elbara yang memang pada dasar tinggi kekar lantas tidak akan berpengaruh pada tabrakan kecil seperti itu. Hanya saja hal tersebut tidaklah berlaku bagi wanita di hadapannya itu yang bertubuh lebih kecil dari Elbara yang ternyata adalah Akila.
Aw...
Akila terjatuh sambil terduduk di lantai, ia sedikit meringis. Bukan karena sakit yang di timbulkan akibat jatuh dari benturan barusan, hanya saja rasa sakit yang di akibatkan karena bekas penyiksaan Delvano semalam, terasa sangat ngilu ketika tubuhnya terbentur dengan tubuh pria tersebut dan dinginnya lantai Hotel.
Arga yang melihat wanita di hadapannya nampak kesakitan, lantas dengan sigap langsung berjongkok mencoba untuk mengecek keadaan wanita di hadapannya itu.
"Anda baik baik saja nona?" tanya Arga dengan nada yang khawatir karena wajah wanita di hadapannya ini nampak terlihat sangat pucat.
"Saya tidak papa, anda bisa melanjutkan perjalanan anda... maaf karena saya berhenti mendadak." ucap Akila dengan senyum yang di paksakan.
"Biar saya bawa anda ke rumah sakit, untuk mengecek kondisi anda. Apa anda sedang sakit nona?" tanya Arga lagi.
Akila yang mendengar hal tersebut lantas langsung menggeleng dengan keras karena jika sampai kedua pria di hadapannya ini bersikukuh membawanya ke Rumah Sakit, tentu saja segalanya akan terbongkar dan Akila tidak menginginkan hal itu.
"Tidak perlu pak sungguh..." ucap Akila sambil perlahan bangkit di bantu dengan Arga.
Elbara yang masih ada di sana lantas memperhatikan setiap gerak gerik wanita di hadapannya ini, hingga tanpa sadar mengabaikan telpon yang sedari tadi ternyata sudah ia angkat.
Ada satu hal yang menarik perhatian Elbara sedari tadi, tepat ketika Akila masih bersimpuh di bawah karena jatuh, luka lebam di tangan Akila nampak terlihat sedikit karena lengan baju Akila yang tersingkat sedikit. Elbara benar benar yakin itu adalah luka bekas pukulan seseorang, jika memang karena jatuh tentu tidak akan mungkin berada tepat di pundak dan juga area lengan wanita itu bukan?
"Apa kamu baik baik saja?" kata kata itu mendadak terlintas begitu saja di benak Elbara ketika melihat bekas luka lebam wanita tersebut barusan. Entah mengapa Elbara selalu saja merasa tidak tega jika melihat seseorang tengah terluka. Rasanya seakan seperti Elbara tengah melihat dirinya sendiri.
"Sungguh tak apa tuan, saya permisi dulu suami saya pasti sedang menunggu sekarang." ucap Akila sambil sedikit menunduk kemudian berlalu begitu saja, takut kedua orang tersebut terus memaksanya untuk pergi ke rumah sakit jika Akila terlalu lama berada di sekitaran mereka.
Elbara yang mengetahui Akila pergi, lantas hanya bisa menatap kepergian wanita itu dengan berbagai tanda tanya besar yang melintas di kepalanya hingga punggung Akila menghilang dari pandangannya.
"Apakah anda ingin sanya mengejarnya?" tanya Arga ketika melihat Elbara masih terdiam termenung menatap ke arah wanita tersebut hingga menghilang dari pandangan keduanya.
"Tak perlu biarkan saja." ucap Elbara kemudian.
Setelah kepergian Akila dari sana, baik Elbara dan juga Arga lantas melanjutkan langkah kaki mereka kembali ke arah Resto.
**
Dua jam kemudian
"Baik sekian acara kali ini, semoga kalian yang kini tengah menonton acara kami bisa memetik kesimpulan serta mengambil contoh dari seorang pebisnis muda Elbara Aditya Alterio. Sampai jumpa di episode episode berikutnya dengan bintang tamu yang tak kalah menarik, saya Delvano Sebastian salam sejahtera dan sampai jumpa." ucap Delvano mengakhiri sesi wawancara kali ini.
"Cut" teriak salah satu produser yang sedari tadi berada di depan memastikan semuanya berjalan dengan lancar.
Beberapa kru nampak langsung berhemburan ketika mendengar kata pamungkas "cut" terdengar di sana. Delvano yang juga mendengar hal tersebut, lantas bangkit dan mengajak Elbara untuk bersalaman dengan senyum yang mengembang ke arah Elbara yang terlihat masih duduk di kursi sedari tadi.
Elbara yang melihat jabatan tangan dari Delvano, lantas tersenyum sekilas kemudian bangkit dan menyambut jabatan tangan dari Delvano barusan.
"Terima kasih banyak untuk waktunya hari ini pak." ucap Delvano dengan nada yang ramah kepada Elbara sambil masih memasang senyum di wajahnya.
Elbara yang mendengar ucapan terima kasih Delvano lantas juga ikut tersenyum. "Dasi mu bagus" ucap Elbara dengan singkat, membuat Delvano lantas sedikit menunduk dan melihat ke arah dasi yang ia gunakan.
"Terima kasih banyak pak, ini adalah hadiah satu tahun pernikahan saya dan juga istri saya. Bukankah istri saya sangat pintar dalam memilih sebuah kado?" ucap Delvano dengan bangga.
Sedangkan Elbara yang mendengar hal tersebut lantas tersenyum dengan sinis kemudian tersenyum dengan terpaksa. Dengan perlahan Elbara lantas melangkahkan kakinya perlahan dan berhenti tepat di telinga sebelah kanan Delvano untuk membisikkan sesuatu padanya.
"Bukankah seorang laki laki yang ringan tangan adalah seseorang yang pengecut? masih banyak cara lain untuk meluapkan amarah, hanya saja itu bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan sebuah masalah dalam rumah tangga." ucap Elbara tiba tiba dengan nada suara yang berbisik ke arah Delvano kemudian melenggang pergi dari sana begitu saja di ikuti dengan Arga yang sedari tadi siap sedia tak jauh dari keberadaan Elbara.
Delvano yang mendengar ucapan Elbara barusan lantas terdiam seribu bahasa, rasanya seperti ia tengah terciduk melakukan sesuatu oleh seseorang yang asing saat ini. Delvano lantas berbalik badan dan menatap kepergian Elbara dengan tangan yang mengepal. Bagi Delvano, ucapan Elbara barusan tentu sangatlah menyinggung hatinya, namun Delvano tidak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa menatap kepergian Elbara hingga menghilang dari pandangannya. Dalam benaknya kini hanya terlintas nama Akila dengan emosi yang meluap luap di hatinya tepat setelah ia mendengar ucapan dari Elbara barusan.
"Akila.... kau sudah berani mengadu rupanya, lihat saja apa yang bisa aku laukan kepadamu nanti." ucap Delvano lirih namun dengan nada yang penuh penekanan di setiap ucapannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments